Awas yang Suka Flexing! Dampaknya Bisa Bullying sampai Cancel Culture

Hindari kebiasaan flexing, ya!

Banyak pengguna memanfaatkan media sosial yang dimilikinya untuk menunjukan siapa dirinya atau membangun persona diri. Namun tanpa disadari, tindakan tersebut justru dinilai flexing oleh pengguna lain.

Di media sosial, kita mengenal istilah flexing yang kerap diartikan sebagai pamer kebahagiaan, prestasi, kemewahan, maupun gaya hidup secara berlebihan. Padahal, tanpa disadari flexing memiliki efek negatif pada diri sendiri, kira-kira apakah itu? Simak penjelasannya melalui artikel di bawah!

1. Meningkatkan insecurity dan mengganggu kesehatan mental

Awas yang Suka Flexing! Dampaknya Bisa Bullying sampai Cancel CultureIlustrasi bermain gedget dengan teman (freepik.com/rawpixel.com)

Banyak orang mengunggah gaya hidup yang mewah atau kehidupan yang seolah-olah sempurna dengan tujuan mendapat validasi oleh lebih banyak pengguna. Pandangan ini disampaikan Psikiater Rafa Euba dalam Psychology Today. 

Rafa menilai, seringnya pengguna media sosial mengunggah kemewahan hidup untuk menutupi ketidakamanan atau kegagalan yang dialami. Dengan membangun sebuah citra diri yang berbeda dari kegagalan yang dialami, pengguna akan merasa lebih aman dan tidak perlu merasa rendah diri. 

Sayangnya, pola pikir demikian justru sangat berbahaya. Untuk mendapatkan citra diri yang diinginkan, individu terus menerus membangun persona yang jauh dari realita.  Kemudian muncul rasa tak puas setiap melihat orang lain lebih baik darinya, sehingga timbullah keinginan untuk pamer demi tidak merasa insecure.

Lingkaran setan seperti ini dinilai Rafa sangat berbahaya untuk mental. Dorongan untuk memamerkan gal yang dimiliki akan membuat seseorang rela melakukan apapun yang bisa merugikan fisik, mental, hingga finansial. 

2. Menjadi boomerang bagi diri sendiri, bisa dinilai negatif oleh orang lain

Awas yang Suka Flexing! Dampaknya Bisa Bullying sampai Cancel Cultureilustrasi interaksi social media (freepik.com/freepik)

Pamer di media sosial tak selalu dipandang positif oleh orang lain. Seringkali, ini justru menciptakan penilaian yang negatif dari pengguna lain. Sejumlah penelitian mengungkapkan, terkadang pengguna menilai orang yang suka pamer sebagai pembual. 

Hal ini selaras dengan perspektif Utpal M. Dholakia, Ph.D., selaku profesor di Rice University yang menganggap bahwa orang flexing adalah pembual. Orang yang suka bicara omong kosong ini tidak mendapatkan kepercayaan yang baik dari publik. Sayangnya, orang yang flexing dan pembual seringkali tidak sadar bahwa dirinya memiliki karakter tersebut.

Selain itu, Utpal juga mengungkapkan dalam Psychology Today bahwa orang yang suka flexing kerap kali menganggap dirinya lebih baik dari orang lain. Tentu ini berbahaya karena dapat berlaku tidak menghormati orang lain, mengomunikasikan ketidaksukaan, bahkan menghina pihak lain yang dianggap lebih rendah.

Baca Juga: Arti Flexing di Media Sosial, Ini Makna dan Penjelasan Ilmiahnya

3. Cyberbullying hingga cancel culture

Awas yang Suka Flexing! Dampaknya Bisa Bullying sampai Cancel CulturePeople with social media (https://www.freepik.com/free-photo/customer-experience-creative-collage)

Dampak negatif lainnya dari kebiasaan flexing adalah cyberbullying hingga cancel culture. Perundungan marak terjadi di media sosial, bisa menghancur citra seseorang. Bahasa yang menyakitkan, gambar yang buruk, dengan video yang disalahgunakan dipercaya mampu mengekspos kebencian. 

Melalui laman resmi Cleveland Clinic, Psikolog Kate Eshleman sampaikan tak hanya orang dewasa, anak-anak juga berpotensi terpapar ujaran kebencian. Cyberbullying ini memiliki dampak jangka panjang, bahkan seperti snowball effects, akibatnya dapat menyebar keberbagai lini kehidupan, hingga cancel culture. 

“Tantangan terhadap cyberbullying adalah hal itu selalu ada, sehingga semakin sulit untuk menjauh dari interaksi negatif. Hal ini juga dapat menyebar lebih jauh, lebih cepat, sehingga mengakibatkan perhatian negatif terlihat dan terdengar jauh melampaui lingkaran sosial terdekat seseorang," ujar Kate. 

Baca Juga: 5 Bentuk Flexing yang Merusak Kehidupan Sosial dan Dibenci Orang Lain

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya