8 Humor yang Seharusnya Tidak Ada, Cenderung Gak Sopan

Tidak semua hal pantas ditertawakan

Humor atau jokes sudah menjadi hiburan wajib yang selalu melekat dalam masyarakat. Humor pun beragam mulai dari jenis, konteks, maupun penyampaiannya. Sebab humor dimaksudkan untuk lucu-lucuan, sering kali orang yang tidak bisa menerima suatu humor dikritisi karena dianggap terlalu serius.

Akan tetapi, masalah yang sebenarnya tidaklah sesimpel itu. Di luar masalah selera, ada banyak faktor yang membuat suatu humor kehilangan kelucuannya. Salah satunya karena landasan nilai dan niat yang salah dari si pembuat humor. Ada beberapa humor yang seharusnya tidak ada di kehidupan sehari-hari, pastikan kamu tak pernah melontarkan humor tersebut, ya!

1. Humor seksis dan misoginis

8 Humor yang Seharusnya Tidak Ada, Cenderung Gak Sopanilustrasi misoginis (pexels.com/Cottonbro Studio)

Seksis merupakan prasangka diskriminatif berdasarkan gender seseorang. Sedangkan misoginis merupakan istilah untuk mendeskripsikan orang yang membenci perempuan. Baik dilakukan dengan sadar maupun tanpa sadar. Humor seksis dan misoginis sendiri biasanya berisi konten yang merendahkan perempuan. Umumnya berkembang dalam masyarakat patriarki.

Bukan hanya dari laki-laki, humor semacam ini juga sering dilontarkan oleh sesama perempuan. Biasanya terpengaruh budaya patriarki yang terlalu kuat. Mungkin itu humor yang wajar untuk masyarakat di masa lampau. Akan tetapi bukan hal yang patut dilanggengkan untuk masyarakat modern yang mulai paham pentingnya feminisme dan kesetaraan gender.

Baca Juga: 6 Sisi Buruk Gak Konsisten Mengambil Keputusan, Tambah Rumit!

2. Humor orientasi seksual

8 Humor yang Seharusnya Tidak Ada, Cenderung Gak Sopanilustrasi transpuan (pexels.com/Cottonbro Studio)

Tahun 1990-an hingga 2000-an, marak karya yang menghadirkan karakter transpuan, transpria, transgender, atau isu LGBT sebagai bahan tertawaan. Masyarakat pun terbiasa memandang konten tersebut sebagai lelucon. Padahal itu bukan hal yang lucu bagi tokoh-tokoh asli yang bersangkutan.

Menjadi queerphobic tidak menjadikan seseorang lebih baik dari orang-orang queer. Kalaupun ketidaksukaan terhadap mereka disebabkan suatu prinsip atau kepercayaan, kalian bisa berkomunikasi dengan cara yang lebih pantas. Bukan dengan cara mengolok-olok. Mereka sudah punya banyak kesulitan tersendiri yang harus dihadapi tanpa tambahan kebencian dari queerphobic.

3. Humor pelecehan seksual

8 Humor yang Seharusnya Tidak Ada, Cenderung Gak Sopanilustrasi catcalling (pexels.com/Keira Burton)

Dalam buku Pengantar Umum Psikoanalisis, Sigmund Freud menyebutkan bahwa banyak orang yang memiliki kecenderungan menikmati hal mesum atau tidak senonoh lewat lelucon. Hal tersebut masih berkaitan dengan hasrat manusia pada aktivitas seksual. Tentu menjadi lumrah munculnya dorongan dalam membuat humor dengan konteks seksual.

Akan tetapi, perlu lawan bicara dan situasi yang tepat untuk melontarkan lelucon semacam itu. Sebagaimana aktivitas seksual, humor bermuatan seksualitas membutuhkan isyarat persetujuan dari orang-orang yang terlibat. Jika tidak demikian, aktivitas leluconmu akan jadi pelecehan seksual bagi orang lain. Jadi berhentilah memakainya dengan asal-asalan sebab pelecehan seksual jelas tidak lucu. Bahkan untuk aktivitas sederhana yang sering disepelekan seperti catcalling.

4. Humor difabel fisik atau mental

8 Humor yang Seharusnya Tidak Ada, Cenderung Gak Sopanilustrasi difabel (unsplash.com/Josh Appel)

Tertawa di atas penderitaan orang lain sering jadi konten yang lumrah dalam humor. Kemungkinan paling kuat karena hal tersebut terkait dengan teori superioritas pada humor yang dikemukakan Plato, Aristoteles, hingga Descartes dan Hobbes. Meski begitu, atas nama etika, tentu tidak semua penderitaan layak ditertawakan.

Kekurangan yang melekat pada seseorang termasuk bencana yang mungkin dialaminya, tidak layak dieksplotasi sebagai bahan candaan. Kalaupun terpaksa menyelipkan humor dalam ironi, jelas harus meluruskan niat dan berhati-hatilah dalam penyampaiannya. Sebab humor gelap sangat jauh berbeda dengan humor merendahkan.

Baca Juga: 5 Cara Membuat Humor yang Positif dan Menghibur Semua Orang

5. Humor penampilan

8 Humor yang Seharusnya Tidak Ada, Cenderung Gak Sopanilustrasi berpenampilan berbeda dari orang kebanyakan (pexels.com/Cottonbro Studio)

Berpenampilan berbeda dari standar yang diharapkan oleh orang lain bukanlah kejahatan. Sayangnya banyak orang yang belum sadar atas perilakunya menertawakan penampilan orang lain merupakan sikap yang buruk. Bahkan bisa membuat orang yang ditertawakan kehilangan kepercayaan dirinya, merasa terancam, dan terintimidasi. Dalam masyarakat yang menjunjung kreativitas, sudah sepantasnya humor soal penampilan ini diberantas.

6. Humor kekerasan fisik

8 Humor yang Seharusnya Tidak Ada, Cenderung Gak Sopanilustrasi menertawakan kekerasan fisik (pexels.com/Mikhail Nilov)

Humor kekerasan fisik umumnya terselip dalam karya-karya yang mengusung tema hubungan vertikal antar manusia. Cerita dalam geng, bos dengan bawahan, dan sejenisnya. Hal tersebut mungkin masih lucu sebagai tayangan fiksi.

Sayangnya akibat kurangnya filter, banyak penonton yang masih salah paham dan menormalisasi lelucon tersebut dalam dunia nyata. Padahal jika perannya tak imbang, maka aktivitas tersebut telah beralih menjadi bullying. Jadi lebih hati-hatilah dalam bertindak dan menyaring dengan cermat semua konten yang kita konsumsi.

7. Humor rasis atau kesukuan

8 Humor yang Seharusnya Tidak Ada, Cenderung Gak Sopanilustrasi humor rasis (pexels.com/RDNE Stock project)

Menemui hal baru saat di tempat asing sering membuat kita merasakan gegar budaya. Menertawakan kekonyolan situasi yang dihadapi memang tidak salah. Akan tetapi jika menganggap konyol cara hidup masyarakat lain, itu sudah tidak lucu lagi.

Begitu pula ketika mendapati orang daerah lain yang tengah mencoba beradaptasi di lingkungan kita. Melakukan pertukaran budaya sah-sah saja. Namun jika mencoba meniru kekhasan mereka untuk jadi hiburan, seriuskah menurut kalian itu lucu? Untuk orang-orang yang suka mentertawakan logat penduduk daerah lain, coba tanya kembali ke hati nurani kalian.

8. Humor ketaatan agama atau keimanan

8 Humor yang Seharusnya Tidak Ada, Cenderung Gak Sopanilustrasi hang out (pexels.com/RDNE Stock project)

Belakangan muncul istilah hype 'the nuruls' untuk menggambarkan muslimah dengan gaya hidup kekinian. Istilah tersebut awalnya diterima cukup baik sampai mulai bermunculan komentar negatif yang mengkritisi cara hidup the nuruls. Berkembanglah lelucon-lelucon sindiran. Namun perlu diingat, menyampaikan ilmu perlu tempat dan cara yang tepat. Itu kalau tujuannya memang berbagi ilmu dan saling mengingatkan.

Begitu pun saat membahas masalah keimanan. Itu hal yang sangat serius dengan kedalaman yang tidak bisa diukur sebatas penglihatan mata. Menggunakan sarana lelucon untuk merendahkan kepercayaan orang lain agar kepercayaan diri sendiri terlihat paling benar tidaklah etis. Coba pikirkan kembali ajaran-ajaran dalam keyakinanmu, di sana pasti memuat cara yang lebih santun tanpa memaksakan pikiran pada orang lain.

Humor itu jadi lucu kalau kalian tertawa bersama. Jika hanya salah satu pihak yang tertawa, hal tersebut adalah mengejek, mengolok, atau menghina. Seperti halnya delapan humor yang seharusnya tidak ada di kehidupan sehari-hari. Sudah sepantasnya kita memiliki empati terhadap berbagai elemen masyarakat dan berpikir lebih kritis jika di sekitarmu masih ada yang melanggengkan jenis humor nirempati. Berhenti menormalisasi keburukan dengan menanamkan nilai yang lebih relevan.

Baca Juga: 5 Tips untuk Menghindari Pasangan yang Misoginis dan Patriarkis

Desita Writer Photo Verified Writer Desita Writer

Mantan anak sastra yang masih mencintai kata-kata. IG: @ngerusuhkarya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya