TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sederetan Gaya Kepemimpinan Paus Fransiskus yang Menginspirasi

Dikenal sebagai sosok pemimpin yang inklusif dan cinta kasih

Potret Paus Fransiskus (instagram.com/@franciscus)

Indonesia akan kedatangan Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, pada tanggal 3-6 September 2024. Terpilihnya Paus Fransiskus sebagai penerus Paus Benediktus XVI yang mundur dari jabatannya, menandai babak baru bagi Gereja Katolik. Dengan memilih nama Fransiskus, ia menyatakan rasa hormat yang mendalam terhadap Santo Fransiskus dari Assisi, seorang santo yang dikenal atas kesederhanaannya serta kepeduliannya terhadap alam dan kaum miskin.

Kedatangannya di Indonesia pada September 2024 diharapkan akan membawa pesan perdamaian, persatuan, dan memperkuat dialog antaragama di negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia ini. Hal ini menimbulkan antusiasme dan rasa penasaran dari banyak pihak akan kunjungannya. Kepemimpinannya yang dikenal sederhana dan dekat dengan rakyat telah mengilhami banyak orang, baik di kalangan Katolik maupun non-Katolik. Berikut ini adalah enam cerminan gaya kepemimpinan Paus Fransiskus yang membuatnya begitu menginspirasi dan layak dijadikan panutan.

1. Sejak awal kepemimpinannya, Paus Fransiskus telah menunjukkan komitmen terhadap hidup sederhana

Potret Paus Fransiskus (instagram.com/@franciscus)

Sejak awal masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus telah membawa perubahan signifikan pada berbagai aspek tradisional dalam Gereja. Ia juga terkenal dengan gaya hidupnya yang sederhana. Beliau memilih untuk tinggal di wisma Domus Sanctae Marthae daripada di Istana Apostolik Vatikan.

Selain itu, Paus sering kali menolak untuk menggunakan limusin resmi dan lebih memilih bepergian dengan mobil biasa. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak perlu melulu dikelilingi oleh kemewahan untuk memiliki pengaruh maupun mengais validasi dari orang lain. Namun, kerendahan hati dan kesederhanaan justru lebih efektif dalam menyentuh hati dan pikiran semua orang.

2. Paus Fransiskus dikenal dengan upayanya untuk membuat Gereja Katolik lebih inklusif

Potret Pope Francis atau Paus Fransiskus (commons.wikimedia.org/Casa Rosada)

Paus Fransiskus dikenal dengan upayanya untuk membuat Gereja Katolik lebih inklusif dan terbuka. Ia sering berbicara tentang perlunya Gereja untuk merangkul semua orang, termasuk mereka yang merasa terpinggirkan atau tersisih, seperti kaum miskin, pengungsi, dan kelompok minoritas.

Sikap ini mencerminkan ajaran Yesus Kristus yang menyambut semua orang tanpa memandang status sosial, ras, atau orientasi seksual. Kepemimpinan Paus Fransiskus mengajak orang untuk melihat keindahan dalam perbedaan dan menumbuhkan cinta kasih serta solidaritas.

Baca Juga: 10 Makanan dan Minuman Favorit Paus Fransiskus, Gak Banyak Orang Tahu

3. Salah satu tema sentral dalam kepemimpinan Paus Fransiskus adalah kasih dan belas kasihan

Paus Fransiskus memimpin Misa bersama komunitas Katolik di Aula Konser Athena, Yunani (commons.wikimedia.org/StrangeTraveler)

Salah satu inti dari kepemimpinan Paus Fransiskus adalah tema kasih dan belas kasihan. Dalam banyak homili dan pesan-pesannya, ia menekankan betapa pentingnya menunjukkan belas kasihan kepada orang lain, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kebijakan global. Melalui Yubileum Kerahiman yang diumumkannya pada tahun 2015, Paus Fransiskus mengajak umat Katolik untuk merayakan belas kasihan Tuhan dan menerapkannya dalam hubungan mereka dengan sesama.

Paus Fransiskus mendorong umat Kristiani untuk membuka hati mereka terhadap belas kasihan Kristus, yang diberikan melalui perdamaian, pengampunan, dan penderitaan-Nya. Sebagai balasannya, kita diminta untuk membagikan belas kasihan tersebut kepada orang lain.

“Marilah kita diperbarui oleh kedamaian, pengampunan, dan penderitaan Yesus yang penuh belas kasihan. Marilah kita memohon rahmat untuk menjadi saksi belas kasihan. Hanya dengan cara ini iman kita akan hidup dan hidup kita akan bersatu. Hanya dengan cara ini kita akan menyebarkan Injil Tuhan, yaitu Injil belas kasihan.” Inilah nasihat yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa Minggu Kerahiman Ilahi, yang dirayakan pada hari Minggu kedua Paskah.

Dalam bidang diplomasi, Paus Fransiskus telah berperan penting dalam memperbaiki hubungan antara Amerika Serikat dan Kuba, serta mendukung upaya perdamaian di berbagai belahan dunia. Komitmennya terhadap pengungsi dan migran juga sangat menonjol dalam banyak pidatonya, di mana ia menyerukan perlunya solidaritas global dan tindakan nyata untuk membantu mereka yang paling membutuhkan.

4. Gaya kepemimpinan Paus Fransiskus juga sangat dipengaruhi oleh perhatian yang mendalam terhadap lingkungan

Potret kepemimpinan Paus Fransiskus (instagram.com/@franciscus)

Adapun gaya kepemimpinan yang paling menonjol dari Paus Fransiskus adalah perhatian utamanya terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Ia pun vokal dalam melawan ketidakadilan sosial, menentang kapitalisme yang tidak terkendali, dan mendesak tindakan segera untuk menghadapi perubahan iklim.

Laudato Si' adalah ensiklik Paus Fransiskus yang diterbitkan pada bulan Mei 2015. Ensiklik ini berfokus pada kepedulian terhadap lingkungan alam dan semua orang, serta pertanyaan yang lebih luas tentang hubungan antara Tuhan, manusia, dan Bumi. Paus Fransiskus menekankan pentingnya menjaga planet kita sebagai rumah bersama sehingga telah menjadi dasar bagi dirinya melakukan gerakan secara global di ranah lingkungan.

Baca Juga: Indonesia Sambut Kedatangan Paus Fransiskus

5. Paus Fransiskus tidak takut untuk berbicara tentang isu-isu kontroversial

Potret Paus Fransiskus (instagram.com/@franciscus)

Paus Fransiskus tidak takut untuk berbicara tentang isu-isu kontroversial. Ia sering menyuarakan keprihatinannya terhadap ketidakadilan sosial, kemiskinan, korupsi, dan kekerasan. Keberanian Paus dalam menyuarakan kebenaran dan menghadapi tantangan ini menginspirasi banyak orang untuk tidak tinggal diam terhadap ketidakadilan. Kepemimpinannya menunjukkan bahwa agama bukan hanya soal ritual, tetapi juga tentang memperjuangkan nilai-nilai moral dan etika yang benar dalam masyarakat. Ia menyambut semua orang tanpa memandang latar belakang mereka. Ia telah mengambil langkah-langkah penting dalam merangkul komunitas LGBT, meskipun tetap berpegang pada ajaran Gereja Katolik tentang penahbisan perempuan dan pernikahan sejenis.

Paus membayangkan Gereja Katolik sebagai "rumah sakit lapangan" yang siap membantu mereka yang menderita. Namun, ia menghadapi penolakan dari beberapa orang di dalam gereja yang merasa tindakannya melanggar tradisi dan menolak reformasi yang ia ajukan, termasuk merangkul kaum Katolik LGBTQ+. Reaksi keras juga datang atas keterusterangannya tentang penderitaan migran dan perubahan iklim.

Di Amerika Serikat, beberapa kelompok menolak pendekatan progresif Paus dan lebih suka Paus yang menetapkan hukum secara tegas. Paus tidak takut menanggapi kritik, bahkan menyebut beberapa lawannya di AS sebagai "kaum terbelakang" yang mengganti iman dengan ideologi. Dalam beberapa bulan terakhir, Paus telah mengambil tindakan tegas terhadap oposisi, termasuk memberi sanksi kepada Kardinal Raymond Burke dan memecat seorang uskup di Texas yang menuduhnya merusak ajaran gereja.

Verified Writer

Reyvan Maulid

Penyuka Baso Aci dan Maklor

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya