TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kata Pakar, Ini 3 Alasan Seseorang Terus Cari Pengakuan

Yuk, kenali penyebabnya sehingga dapat diintervensi

Ilustrasi pria sedang kecewa (pexels.com/Andrea Piacquadio )

Kita semua tentu ingin diakui dan dihargai. Sebenarnya mencari pengakuan dari orang lain adalah hal yang wajar, namun bukan berarti tidak ada batasannya. Ketika keinginan untuk diakui orang lain menjadi konstan atau terus-menerus, hal ini malah bisa mengganggu kebahagiaan dan kepercayaan diri seseorang. Karena berusaha melakukan sesuatu demi mendapat pengakuan atau penghargaan dari orang lain merupakan hal yang sangat melelahkan.

Sebetulnya kenapa ada sebagian orang yang terus menerus terjebak dalam siklus ini, meskipun tahu jika hal tersebut melelahkan? Sedikitnya ada tiga alasan utama yang diungkapkan ahli mengenai kenapa seseorang haus akan validasi orang lain.

1. Perasaan rendah diri

Ilustrasi seseorang sedang murung (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Rendahnya kepercayaan diri bisa menjadi pendorong utama kebutuhan akan validasi yang terus-menerus. Hal ini sering kali berasal dari rasa rendah diri dan kurangnya mencintai diri sendiri.

Timothy Jeider, Psikiater di Nevada Mental Health menjelaskan, saat seseorang berkutat dengan perasaan rendah diri ini dan mempertanyakan sebenarnya apakah dirinya berharga, mendengar pengakuan dari orang lain menjadi cara untuk mengisi perasaan kosong tersebut.

“Ketika merasa nilai diri kita rendah, baik karena tidak dirawat dengan baik, gangguan kesehatan mental, menyabotase diri sendiri, atau hanya mengalami hari yang buruk karena meragukan diri sendiri, saat itulah kita beralih ke validasi luar.”

Rendahnya nilai diri biasanya berakar dalam dan bisa berhubungan dengan peristiwa traumatis, seperti kekerasan pada masa kanak-kanak, gaya pelekatan yang tidak aman antara anak dan orang tua, atau masalah emosional lainnya yang diakibatkan oleh pengalaman buruk.

Pengalaman-pengalaman ini dapat menyulitkan seseorang untuk mengembangkan rasa percaya diri yang sehat, dan mereka mungkin beralih ke validasi eksternal sebagai sarana untuk mengimbangi kekurangan yang mereka rasakan.

Baca Juga: 6 Pesan Bijaksana dari Lumut, Jangan Jadi Pribadi Haus Validasi!

Masa kanak-kanak adalah momen yang sangat penting dalam hidup, karena di masa itulah kita membentuk kepercayaan serta pandangan kita tentang dunia dan diri kita sendiri. Jadi, ketika seorang anak mengalami masa kecil yang tidak menyenangkan atau menghadapi situasi sulit, hal ini akan menyebabkan ia tumbuh dengan harga diri rendah dan perasaan tidak aman. Seperti misalnya orang tua yang bercerai, orang tua yang berkonflik di depan anak, mengalami kekerasan baik verbal atau non verbal, pengabaian dari orang tua, dan lain sebagainya.

Akibatnya, beberapa orang dewasa mungkin merasa kesulitan untuk memvalidasi diri mereka sendiri, selalu mencari validasi dari orang lain, serta terlibat dalam perilaku people pleaser.

Shana Feibel, psikiater di The Lindner Center of Hope dan Universitas Cincinnati menegaskan, segala bentuk kekerasan dan pelecehan di masa kanak-kanak dapat menyebabkan seseorang terus-menerus mencari pengakuan dari orang lain ketika mereka dewasa. Memahami bagaimana pengalaman masa lalu membentuk perilaku kita saat ini, bisa menjadi langkah pertama menuju healing dan penerimaan diri sesungguhnya.

Hal ini memungkinkan kita menyadari bahwa kebutuhan kita akan validasi berakar pada masa lalu, dan kita dapat berupaya menciptakan konsep diri yang lebih sehat dan melepaskan diri dari pola people pleaser.

2. Memiliki pengalaman masa kecil yang tidak baik

Seorang anak mengetahui orang tuanya bertengkar (pexels.com/cottonbro studio)

Baca Juga: 5 Alasan untuk Stop Mencari Validasi dari Orang Lain, Percaya Diri!

Verified Writer

putriana cahya

Tryin to be hooman

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya