TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa Itu Toxic Shame? Perasaan Malu dan Benci pada Diri Sendiri

Kenali juga tanda-tanda dan cara mengatasinya

ilustrasi merasa malu (pexels.com/MIXU)

Setiap orang tentunya pernah merasa malu terhadap suatu hal, dan itu adalah respon alami yang sangat wajar serta gak berlangsung lama. Namun, apa jadinya jika perasaan malu tersebut bertahan lama dan mengganggu kehidupan sehari-hari? Kondisi tersebut dikenal juga dengan istilah toxic shame atau perasaan malu yang beracun.

Jika dibiarkan, perasaan ini akan menyebabkan timbulnya kebencian pada diri sendiri. Agar terhindari dari hal tersebut, yuk simak penjelasan lebih lanjut mengenai kondisi ini di bawah!

1. Pengertian toxic shame

ilustrasi menutup wajah dengan tangan (pexels.com/Pragyan Bezbaruah)

Hannah Owens, pekerja sosial berlisensi, melansir Verywell Mind, menjelaskan, toxic shame merupakan perasaan tidak berharga dan kebencian terhadap diri sendiri yang kronis. Kondisi ini bisa muncul di masa kanak-kanan atau remaja sebagai respon terhadap trauma, pelecehan, pengabaian, atau perlakuan buruk lainnya yang dilakukan orang-orang sekitar lingkungan tempat tinggal seseorang.

Perasaan ini bisa membuka pintu kemarahan, rasa jijik pada diri sendiri, dan perasaan-perasaan lain yang gak diinginkan. Seseorang yang mengalami toxic shame akan merasa dirinya gak berharga, dan membuatnya terjebak dalam dialog negatif dengan diri sendiri yang menyakitkan.

"Ketika rasa malu yang beracun terus berlanjut tanpa penyelesaian, keinginan untuk bersembunyi atau melarikan diri dari diri sendiri dapat mengarah pada perilaku yang berpotensi membahayakan seperti penyalahgunaan narkoba atau menyakiti diri sendiri," ujar Crystal Raypole, penulis topik kesehatan mental, mengutip Healthline.

2. Penyebab

ilustrasi anak trauma (pexels.com/Monstera Production)

Ada cukup banyak penyebab seseorang mengalami kondisi toxic shame, namun salah satu yang paling sering terjadi adalah karena pesan kurang baik yang disampaikan oleh orangtua kepada anaknya. Beberapa ungkapan seperti, "bodoh", "pemalas", "jangan halu/mimpi", dan ungkapan-ungkapan buruk lainnya.

Raypole menyebut, pelecehan, pengabaian, dan pengasuhan yang jauh secara emosional bisa memicu berkembangnya rasa malu. Orangtua yang mengabaikan kebutuhan fisik atau emosional anaknya bisa memberikan kesan bahwa anak gak pantas mendapatkan cinta atau kasih sayang.

Hal tersebut akan terus menghantui hingga anak dewasa. Serangan emosional atau fisik yang berulang-ulang di masa kecil mengajarkannya untuk menyerap dan menerima perasaan bahwa ia gak berharga dan harus malu pada diri sendiri, terlepas apakah dia berbuat salah atau tidak. Keadaan seolah mengajari bahwa dia harus membenci diri sendiri, dan itulah yang dilakukannya sekarang.

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Orangtua Lakukan untuk Mendukung Kesehatan Mental Anak

3. Tanda-tanda

ilustrasi stres (pexels.com/Engin Akyurt)

Perasaan gak berharga dan benci diri sendiri merupakan inti dari toxic shame, namun hal ini juga disertai dengan tanda juga gejala lainnya. Berikut pemaparannya menurut Owens:

  • Kritik terhadap diri sendiri yang terus-menerus: Bersikap keras terhadap diri sendiri.
  • Perfeksionisme: Merasa semua yang dilakukan gak cukup.
  • Harga diri rendah: Terbiasa diajari bahwa orang lain gak menghargai, jadi dia gak akan menghargai dirinya sendiri.
  • Depresi dan kecemasan: Rentan terhadap permasalahan kesehatan mental.
  • Penundaan: Percaya bahwa apa pun yang dilakukan gak akan cukup baik, jadi selalu menunda-nunda untuk melakukan sesuatu guna menghindari perasaan negatif.
  • Sensitif terhadap pendapat orang lain.
  • Mengalami masalah tidur: Terlalu banyak tidur atau sebaliknya.
  • Gangguan makan.
  • Penyalahgunaan zat berbahaya.
  • Kodependensi: Merasa harus terus menyenangkan orang lain agar membuatnya tetap bersamanya.
  • Masalah kesehatan fisik.

Verified Writer

Nurkorida Aeni

Hai

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya