TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tanda Seseorang Dewasa Secara Mental

Apakah tanda-tandanya ada pada dirimu?

ilustrasi orang yang dewasa secara mental (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Usia bukanlah jaminan kedewasaan seseorang. Variabel lain seperti pengalaman di masa kecil, interaksi sosial dengan orang lain, serta kebiasaan atau tingkah laku orang-orang di sekitarlah yang mempunyai banyak andil dalam kematangan mental seseorang.

Sebenarnya, bagaimana seseorang dikatakan dewasa secara mental? Menurut laman Psychcentral, ini setidaknya terlihat dari tiga komponen. Pertama, memiliki kemampuan memahami perasaan sendiri, mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat, serta mengenali emosi orang lain. 

Namun, ada tanda lain yang dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki mentalitas yang dewasa. Coba perhatikan, apakah tanda-tanda ini ada pada dirimu juga?

1. Menyadari bahwa emosi dan identitas diri merupakan dua hal yang berbeda

ilustrasi orang merasa bebas (pexels.com/Maksim Goncharenok)

Tak sedikit orang melabeli dirinya sesuai dengan emosi yang dirasakannya. Sebagai contoh, seseorang yang kerap marah menganggap dirinya sebagai pemarah. Alhasil, 'pemarah' diidentifikasi sebagai bagian dari identitas dirinya.

Namun, seseorang yang sudah mencapai tahap kematangan mental biasanya mampu memahami bahwa emosi dan identitas diri merupakan dua hal yang sama sekali berbeda. Sebab, ia paham bahwa seluruh emosi yang kita alami, seperti marah, kecewa, bahagia, atau sedih hanyalah bersifat sementara.

Perasaan-perasaan ini tidak mendefinisikan siapa diri kita yang sesungguhnya, walau terkadang beberapa emosi dirasakan lebih intens dalam periode waktu tertentu.

2. Bertanggung jawab atas perasaannya sendiri

ilustrasi orang merasa bahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kedewasaan seseorang juga tercermin dari caranya menanggapi dan mengendalikan emosi. Saat mengalami emosi yang tidak diinginkan, ia akan menghadapi dan menerimanya dengan lapang dada tanpa menyalahkan orang lain atas apa yang dirasakannya.

Sebab, ia paham betul bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas perasaannya sendiri. Alih-alih fokus pada hal eksternal yang berada di luar kendalinya, ia lebih memusatkan perhatian pada hal internal yang dapat sepenuhnya dikontrol, yakni bagaimana ia merespons peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Baca Juga: 6 Cara Bijak Hadapi Pasangan Selingkuh, Tak Harus Pakai Emosi

3. Menerima perbedaan pendapat walau tidak setuju sepenuhnya

ilustrasi sekelompok orang mengobrol (pexels.com/Elevate)

Ini dikenal juga dengan istilah agree-to-disagree, atau kemampuan menoleransi hal-hal yang tak kita sepakati. Walau bersifat esensial dan sangat mendasar, ini tak dimiliki semua orang. Terlebih, sebagian orang mempunyai ego besar yang menganggap 'memenangkan argumen' sebagai bentuk pembuktian diri.

Setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Perbedaan pendapat seharusnya dimaknai sebagai diversitas, bukan justru ditolak sepenuhnya atau bahkan dipaksa mengikuti suara mayoritas. Dengan mendengar opini yang beragam, kita justru berkesempatan memperkaya sudut pandang.

Seseorang yang telah mencapai kematangan emosional mampu menghargai pendapat orang lain walau mempunyai opini yang sama sekali berbeda. Toh, jika diskusi bertujuan untuk mencapai kemajuan bersama, semua orang harus didorong agar terlibat aktif dalam memberikan opini sebagai bentuk kontribusi.

4. Memberikan ruang untuk setiap emosi yang ada

ilustrasi memeluk diri sendiri (freepik.com/wayhomestudio)

Ada kalanya otak dan hati tak berjalan seirama. Misalnya, seseorang sengaja memendam kesedihan lantaran enggan terlihat lemah di hadapan orang lain. Jika terjadi terus menerus, ada dampak negatif yang berpengaruh pada kondisi mentalmu.

Emosi yang ditahan akan menjadi bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Pada tingkat lebih lanjut, dampaknya juga akan mengganggu kehidupan sehari-hari, seperti perubahan suasana hati yang cepat, penurunan konsentrasi, atau bahkan kecenderungan menyakiti diri sendiri.

Kemampuan mengekspresikan emosi dengan sehat merupakan salah satu tanda bahwa seseorang sudah dewasa secara mental. Saat merasakan emosi tertentu, ia akan memberi ruang kepada dirinya untuk memproses emosi tersebut.

Proses ini takkan diburu-buru, tetapi juga tidak akan dibiarkan berlarut-larut, apalagi sampai dibiarkan mengambil alih. Ia sudah menemukan kesetimbangan agar semua berjalan seimbang. Misalnya, saat merasa sedih dan frustrasi, ia tetap berusaha tenang dan takkan membiarkan dirinya kalut.

Baca Juga: 5 Hal yang Wajar Terjadi di Masa Adulting, Jangan Takut Tambah Dewasa

Verified Writer

Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya