TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kesalahan saat Membuat Anggaran Bulanan, Bikin Sulit Gapai Tujuan

Kedisiplinan jadi kunci utama

ilustrasi orang budgeting keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Membuat anggaran bulanan merupakan langkah cermat dalam mengelola finansial. Ini bisa menjadi panduan untuk membelanjakan uang sesuai kebutuhan. Di dalamnya juga terdapat alokasi untuk keinginan pribadi. Jadi, kamu bisa checkout isi keranjang atau jalan-jalan di akhir pekan sesuai bujet yang ditetapkan.

Dengan ini, kamu bisa mengontrol diri untuk ngga belanja secara impulsif agar gak meringis di akhir bulan karena saldo ATM keburu habis. Lebih lanjut, anggaran bulanan juga membantumu menabung demi kesejahteraan di masa depan. Namun, membuat anggaran bulanan bisa menjadi kurang efektif kalau kamu melakukan beberapa kesalahan berikut. 

1. Menetapkan bujet yang gak realistis

ilustrasi orang melakukan budgeting keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Barangkali kamu berambisi untuk membeli rumah begitu menginjak usia tertentu, atau ingin keliling dunia di masa pensiun. Alhasil kamu berhemat demi menabung lebih banyak uang setiap bulan. Kamu pun merelakan kesenangan pribadi, seperti menolak nongkrong bareng teman, selalu makan dengan lauk seadanya, dan memilih diam di rumah saat weekend.

Biasanya, metode 50/30/20 adalah yang umum untuk menyusun anggaran bulanan, di mana 50 persennya dialokasikan untuk kebutuhan, 30 persen untuk keinginan, dan 20 persen untuk menabung. Namun karena ingin bebas finansial di usia muda, kamu mengalokasikan 70 persen untuk menabung, dan 30 persen untuk kebutuhan. Bahkan, kamu gak menyisakan pendapatan untuk keinginan.

Awalnya, cara ini mungkin berhasil. Namun tak ada jaminan kamu tetap disiplin setelahnya. Sebab, target seperti ini tidaklah realistis. Kamu jadi kurang menikmati kehidupan. Padahal kamu sudah bekerja keras siang dan malam. Dalam jangka panjang, kamu bukan tak mungkin keluar dari jalur yang seharusnya.

Ingatlah, menabung demi meraih impian memang penting. Namun hidup dengan keseimbangan pun tak kalah penting. Walau menabung sedikit demi sedikit, asalkan konsisten, kamu pasti bisa menggapainya. 

2. Gak mengalokasikan dana darurat

ilustrasi mempersiapkan dana darurat (pexels.com/Karolina Grabowska)

Masa depan masih penuh misteri. Kamu ngga pernah tahu apa yang akan terjadi ke kehidupanmu nanti. Apakah kamu tetap bekerja di kantor seperti sekarang atau tiba-tiba terjadi krisis ekonomi yang membuat tempat kerjamu terpaksa gulung tikar. Jika iya, apakah kamu bisa langsung mendapat pekerjaan tetap dengan gaji yang stabil?

Pertanyaan tersebut tak ada jawabannya saat ini. Namun, kamu selalu bisa mengantisipasi kalau pun hal itu terjadi. Bukan berarti kamu mengharapkannya, tapi kamu bersiap-siap jika realita gak sesuai dengan harapan. Jadi, walau kamu jatuh, kamu tetap mendarat di tempat yang empuk.

Salah satu cara menyiapkan ketidakpastian masa depan adalah dengan memiliki dana darurat. Jumlah idealnya enam kali pengeluaran kalau kamu lajang. Namun kalau sudah berkeluarga, lebih aman kalau kamu memiliki dana darurat dua belas kali pengeluaran.

Sebagai contoh, kamu mengeluarkan Rp5 juta untuk kebutuhan hidup, seperti biaya sewa kos, tagihan listrik dan air, serta makanan, dan menabung. Maka, kamu perlu menyiapkan dana darurat minimal Rp30 juta. Tentu lebih besar kalau kamu sudah berkeluarga, karena kamu juga harus menyiapkan dana untuk pasangan dan anak.

Selain jumlahnya, tempat menyimpan dana darurat juga perlu diperhatikan. Dana darurat gak boleh disatukan dengan dana lain dan juga harus bisa diambil sewaktu-waktu. Karena itu, simpan dana ini di rekening tabungan yang berbeda dan hindari menyimpannya di instrumen investasi.

Baca Juga: 5 Alasan Logis untuk Tidak Mengorbankan Kemandirian Finansial

3. Mengabaikan pengeluaran kecil

ilustrasi menghitung anggaran (pexels.com/Karolina Grabowska)

Setiap kali memeriksa keuangan bulanan, kamu mungkin bingung mengapa ada selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Mungkin saja itu adalah pengeluaran kecil yang sering dianggap sepele. Misalnya, biaya parkir, cuci kendaraan, langganan streaming, dan membeli es kopi.

Pengeluarannya emang gak seberapa, tapi bisa signifikan kalau dijumlahkan. Kalau gak dimasukkan dalam anggaran, pengeluaran kecil ini dapat membengkak dan mengganggu rencana keuangan. Maka dari itu, selalu alokasikan untuk pengeluaran kecil ini setidaknya lima persen dari pendapatan. 

4. Gak mengalokasikan untuk keinginan

ilustrasi belanja (freepik.com/senivpetro)

Punya keinginan tentunya sah-sah saja. Misalnya ada kafe baru yang pengin kamu kunjungi, nongkrong bareng teman-teman untuk menyambung tali silaturahmi, atau checkout barang-barang yang sudah lama bertengger di keranjang. Namun, jangan sampai kamu mengutamakan keinginan di atas kebutuhan.

Setelah bekerja keras, kamu layak memperoleh reward agar lebih bersemangat. Karena itu, alokasikanlah maksimal 20 persen dari pendapatan untuk keinginan. Kamu bisa melakukan apa pun dengan anggara tersebut, asal gak melebihi bujet yang ditetapkan. Ini akan menghindarimu dari belanja impulsif, yang dapat mengganggu kestabilan finansial.

Verified Writer

Nadhifa Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya