TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Alasan Senioritas Menghambat Perkembangan Karakter Pribadi

Mereka tidak lagi menjadi individu yang kompeten

ilustrasi sok senior (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Sikap yang mengedepankan senioritas bisa kita jumpai di setiap situasi. Contohnya saat kita sedang berada dalam lingkup dunia kerja. Tidak jarang, senioritas juga diterapkan di lingkungan sekitar. Mereka yang memiliki sikap senior menempatkan diri sebagai sosok manusia dengan hierarkis tertinggi.

Tanpa disadari, senioritas menghambat perkembangan karakter seseorang yang berdampak pada masa depannya. Ini yang akan mengganggu pertumbuhan profesional maupun kehidupan di lingkungan sosial. Hal ini juga turut disertai oleh alasan yang kuat. Mengetahui kenyataan tersebut, apa kamu masih ingin mempertahankan sikap senioritas yang berlebihan?

1. Tidak mampu berpikir dan bertindak secara independen

ilustrasi sosok otoriter (pexels.com/Vlada Karpovich)

Sikap senioritas seringkali dianggap sebagai hal yang wajar. Merasa memiliki kedudukan hierarkis yang tinggi, seseorang mengembangkan sikap angkuh dan merasa benar sendiri. Namun sikap senioritas secara berlebihan ternyata dapat menghambat perkembangan karakter pribadi.

Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya kesempatan untuk pemikiran yang independen. Alih-alih berusaha dan mengandalkan kemampuan sendiri, justru melimpahkan wewenang dan tanggung jawab kepada orang-orang di bawahnya. Dalam bertindak mereka tidak pernah bisa memaksimalkan kemandirian.

Baca Juga: 5 Tips Mengatasi Rasa Malas saat Bekerja, Atur Ulang Jadwalmu!

2. Enggan melakukan introspeksi dan evaluasi diri

ilustrasi orang angkuh (Pexels.com/Cottonbro studio)

Sikap senioritas memang menjadi permasalahan tersendiri di lingkungan sosial. Individu dengan sikap senioritas yang tinggi memisahkan dirinya dari lingkungan sosial. Bahkan mereka tumbuh menjadi sosok manusia yang antikritik dan tidak mau mendengar masukan.

Ternyata permasalahan ini tidak sesederhana yang terlihat. Sikap senioritas dapat menghambat perkembangan karakter. Orang-orang dengan perilaku sedemikian rupa enggan melakukan introspeksi dan evaluasi diri. Mereka terperangkap pada sudut pandang subjektif meskipun memiliki banyak sisi kelemahan.

3. Membatasi kreativitas dan inovasi

ilustrasi pimpinan angkuh (pexels.com/Vlada Karpovich)

Pengembangan karakter secara penuh turut mempengaruhi kualitas diri. Tapi semua kembali lagi dari sikap dan perilaku yang diterapkan. Tentu menjadi catatan bagi orang-orang yang masih mengedepankan sikap senioritas tanpa batas. Terutama menganggap dirinya sebagai sosok manusia paling unggul dan layak dihormati.

Sikap senioritas yang terlalu berlebihan justru membatasi kreativitas dan inovasi. Mereka yang menduduki posisi sebagai senior tidak mau belajar dan terbuka terhadap hal-hal baru. Bahkan menganggap kedudukannya yang sekarang adalah posisi paling strategis. Pada akhirnya tumbuh menjadi individu yang berpuas dengan pencapaian seadanya.

4. Tumbuh menjadi orang yang melupakan tanggung jawab

ilustrasi sosok otoriter (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kualitas seseorang turut diukur dari sikapnya dalam melaksanakan tanggung jawab. Baik dalam skala kecil maupun besar. Tanggung jawab yang terlaksana dengan baik menjadi bukti bahwa seseorang memiliki komitmen dan totalitas kuat. Tapi apa jadinya jika seseorang justru mengedepankan sikap senioritas berlebihan?

Sudah saatnya sikap demikian ini diperbarui. Orang-orang yang mengedepankan sikap senioritas justru rawan melupakan tanggung jawab. Merasa memiliki kedudukan yang paling tinggi, mereka akan mengesampingkan tugas-tugas kecil. Bahkan kerap menuntut orang-orang di bawahnya untuk menyelesaikan tugas yang seharusnya menjadi bagiannya.

5. Terjebak oleh budaya hierarki yang tidak sehat

ilustrasi pemimpin (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Senioritas memang sering dianggap sebagai sikap yang sudah menjadi budaya. Terdapat lapisan kedudukan dalam situasi sosial tertentu. Contoh kecilnya adalah senioritas yang berlaku dan menjadi budaya di lingkungan kerja. Jika sikap senioritas masih sesuai dalam batas yang wajar tentu tidak masalah.

Namun yang menjadi persoalan, sikap senioritas yang diterapkan sudah di luar batas wajar. Ini menyebabkan seseorang terjebak oleh budaya hierarki yang tidak sehat. Senioritas yang berlebihan bisa menciptakan budaya di mana status lebih diutamakan daripada kompetensi dan kontribusi.

6. Kurangnya keterampilan berbaur di lingkungan sosial

ilustrasi perempuan angkuh (pexels.com/Dimitry Held)

Sebagai manusia kita harus mampu mengembangkan karakter secara optimal. Seperti sikap tanggung jawab, keterampilan berkomunikasi secara efektif dan efisien, serta solidaritas yang terbangun di lingkungan sosial. Karena ini yang berperan besar dalam menentukan kualitas hidup ke depannya.

Di sisi lain, menjadi persoalan rumit saat seseorang terjebak oleh sikap senioritas yang tinggi. Sisi negatifnya dapat menghambat keterampilan berbaur di lingkungan sosial. Orang-orang yang memiliki sikap senioritas menciptakan jarak dari lingkungan sekitar. Ia merasa eksklusif atas kedudukan yang dimiliki.

Verified Writer

Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya