TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Alasan People Pleaser Sering Dimanfaatkan untuk Ambisi Toksik

Tidak memiliki batasan yang jelas

ilustrasi sosok people pleaser (pexels.com/RDNE stock project)

Menuruti ambisi toksik tidak akan membawa ketenangan sekaligus kepuasan. Sifat serakah dan haus pencapaian selalu menguasai diri. Tapi lebih buruk lagi jika kita memiliki sifat people pleaser di tengah orang-orang yang memiliki karakter toksik.

Entah disadari atau tidak, kamu telah dimanfaatkan oleh orang-orang demikian. Energi, waktu, dan pikiranmu dituntut untuk memenuhi ambisi yang tidak ada habisnya. Beberapa alasan menjadi sebab sosok people pleaser sering dimanfaatkan untuk ambisi toksik. Apakah kamu termasuk sosok people pleaser tersebut?

1. Sering merasa segan dengan permintaan orang lain

ilustrasi people pleaser (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Saling tolong-menolong dengan sesama adalah perbuatan mulia. Hal tersebut menunjukkan kamu manusia yang memiliki empati dan kepedulian. Tapi berbeda jadinya jika sikap tolong-menolong itu berubah menjadi sifat people pleaser.

Orang-orang demikian gampang sekali dimanfaatkan untuk ambisi toksik. Ini disebabkan oleh sifat gampang segan dengan permintaan orang lain. Bagi sosok people pleaser, mengatakan tidak adalah sebuah pantangan. Mereka lebih memilih membuat diri sendiri terbebani.

Baca Juga: 5 Kenyamanan Hidup yang Akan Didapat Jika Berkata Jujur

2. Menuntut diri agar selalu terlihat sempurna

ilustrasi people pleaser (pexels.com/RDNE Stock Project)

Tanpa sadar mungkin kamu masih terjebak dengan sikap people pleaser. Orang lain selalu dijadikan prioritas. Sedangkan diri sendiri dibiarkan terbengkalai tanpa adanya perhatian yang jelas. Menjadi sosok people pleaser juga bukan sikap yang baik.

Justru kamu gampang dimanfaatkan untuk ambisi yang tidak wajar. Hal tersebut disebabkan sosok people pleaser selalu menuntut diri agar terlihat sempurna. Ia takut diremehkan oleh orang-orang sekitar jika tidak bisa memenuhi ambisi yang dibebankan. Meskipun membuat diri sendiri merasa tertekan.

3. Tidak memiliki batasan yang jelas

ilustrasi people pleaser (pexels.com/Moe Mahners)

Supaya kehidupan tidak memiliki kekacauan, alangkah baiknya memiliki batasan yang jelas. Kamu harus mampu memegang kendali atas diri sendiri. Jangan sampai alur kehidupanmu disetir oleh orang lain yang bisa membawa kerugian.

Penjelasan tersebut mengingatkan kita pada sosok people pleaser yang mudah dimanfaatkan untuk ambisi toksik. Fenomena demikian tentu disebabkan mereka yang tidak memiliki batasan jelas. Dalam menjalani hidup seseorang dibiarkan sepenuhnya campur aduk menentukan keputusan.

4. Rasa tanggung jawab yang berlebihan

ilustrasi people pleaser (pexels.com/Alena Darmel)

Sejatinya memiliki rasa tanggung jawab adalah sifat yang baik. Ini adalah bukti kamu sosok manusia profesional dan berkompeten. Tapi alangkah baiknya tanggung jawab itu dilaksanakan sesuai porsinya. Bukan malah membebani diri dengan tanggung jawab yang bukan wewenangmu.

Memiliki rasa tanggung jawab berlebihan membuktikan Kamu adalah sosok people pleaser. Kamu terpacu mengerjakan banyak hal dalam satu waktu bersamaan. Meski sebenarnya sudah di luar dari tugasmu. Akibatnya, orang gemar memanfaatkan dirimu untuk kepentingan pribadinya.

5. Tidak mau peduli dengan kepentingan pribadi

ilustrasi people pleaser (pexels.com/Karolina Grabowska)

Apakah salah jika kita memutuskan untuk membantu orang lain? Tentu saja tidak. Tapi dalam membantu kamu juga harus memiliki batasan yang jelas. Akan sangat fatal akibatnya jika kamu membantu orang lain dengan mengorbankan diri sendiri.

Ternyata ini memiliki keterkaitan dengan karakter people pleaser. Semakin kamu tidak mau peduli dengan kepentingan pribadi, semakin gampang pula dimanfaatkan untuk ambisi toksik. Kamu didoktrin dengan solidaritas semu sehingga kehidupan sendiri tidak terurus.

Verified Writer

Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya