TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Sebab Gagal Menciptakan Kehidupan yang Mindfulness

Terlalu mementingkan validasi sosial

ilustrasi merasa sedih (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tujuan menjalani hidup bukan hanya untuk merasakan kebahagiaan sesaat atau terpaku pada standar yang berlaku di lingkungan sosial. Terpenting yang perlu diterakan adalah membangun kehidupan yang mindfulness agar segala sesuatunya terasa bermakna dan berharga.

Tidak terkecuali dengan kebahagiaan yang berasal dari hal-hal kecil dan sederhana. Namun, sayangnya masih banyak orang gagal membangun kehidupan yang mindfulness. Alih-alih memperoleh kebahagiaan dalam jangka panjang, kehidupan justru penuh masalah. Fenomena demikian menarik untuk diketahui lebih lanjut. Kurang lebih, terdapat lima hal yang menjadi sebab mengapa kamu gagal menciptakan kehidupan yang mindfulness.

1. Kecanduan validasi sosial

ilustrasi memperoleh ucapan selamat (pexels.com/Yan krukau)

Menjalani hidup tentu kita ingin merasakan momen yang bermakna. Inilah yang dimaksud dengan kehidupan mindfulness. Kebahagiaan tidak hanya diukur berdasarkan pencapaian sesaat, namun demikian, tidak jarang seseorang justru gagal menciptakan kehidupan yang mindfulness. Sudah pasti ada sebab-sebab di baliknya.

Salah satunya karena kecanduan validasi sosial. Ia berusaha hanya untuk memenuhi tuntutan dan standar yang berlaku di lingkungan masyarakat. Namun tidak menyesuaikan kembali dengan prinsip dan nilai-nilai yang dianut. Meskipun meraih pencapaian sesuai yang diinginkan, namun tidak terdapat kepuasan di dalamnya

Baca Juga: 5 Tips Membeli Perabotan untuk Anak Kos, Jangan Asal Pilih

2. Hanya mengukur Kebahagiaan dari segi materi

ilustrasi memegang uang (pexels.com/Aukid Phumsirichat)

Tanpa disadari kita kerap mengukur kebahagiaan hanya dari segi materi. Kekayaan berlimpah dijadikan sebagai tolok ukur kehidupan yang sejahtera. Namun, kita mengesampingkan faktor-faktor lain yang jauh lebih penting. Contohnya ketenangan mental dan pikiran. Menjalani hidup dengan cara seperti ini juga memiliki akibat tersendiri.

Ketika seseorang mengukur kebahagiaan hanya dari segi materi, maka akan gagal menciptakan kehidupan yang mindfulness. Mengedepankan sikap dan pola pikir materialistis hanya akan membebani diri. Kita akan terjebak pada ekspektasi yang tidak masuk akal, kemudian merasa terbebani atas tuntutan-tuntutan tersebut.

3. Hanya mau menghargai pencapaian dalam skala besar

ilustrasi lelah menjalani hidup (Pexels.com/Mikhail Nilov)

Kehidupan tidak hanya diisi pencapaian dalam skala besar. Tapi banyak hal-hal kecil yang bermakna dan patut diapresiasi. Menjadi hambatan tersendiri saat kita menjadi individu yang hanya mau menghargai pencapaian dalam skala besar saja. Sedangkan pencapaian secara bertahap tidak dianggap sebagai simbol kemajuan.

Sikap dan pola pikir demikian ini yang membuat kamu gagal menciptakan kehidupan mindfulness. Ketika pencapaian kecil diabaikan, kehidupan akan terasa hambar. Kita merasa jenuh dan terjebak di tempat yang sama tanpa perkembangan. Pada akhirnya, produktivitas dan kualitas hidup terganggu.

Verified Writer

Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya