TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan untuk Menghindari Belanja Saat Kondisi Emosi Tidak Stabil

Pernah kalap belanja saat marah, stres, atau sedih?

ilustrasi belanja (pexels.com/Max Fischer)

Belanja memang menjadi kegemaran tersendiri. Selain untuk memenuhi kebutuhan, aktivitas belanja juga bisa menjadi hiburan. Karena saat membeli barang yang diinginkan, kita cenderung puas. Bahkan merasakan kebahagiaan selama momen tersebut.

Tapi ketika belanja rupanya tidak selalu  diimbangi dengan pemikiran matang. Tidak jarang seseorang memutuskan berbelanja ketika kondisi emosi tidak stabil. Situasi seperti ini seharusnya dikontrol dengan lebih cermat. Inilah lima alasan untuk menghindari belanja saat kondisi emosi sedang tidak stabil.

1. Meminimalisir keputusan belanja impulsif

ilustrasi belanja banyak barang (pexels.com/Kindel Media)

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kegiatan berbelanja. Ini memang menjadi cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan. Tapi aktivitas berbelanja juga harus dikontrol secara logis. Jangan sampai kita memutuskan berbelanja saat kondisi emosi sedang tidak stabil.

Dalam situasi seperti ini, tentu ada kemungkinan buruk yang akan terjadi. Kita tidak bisa meminimalisir keputusan belanja impulsif. Contohnya dengan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Seseorang yang mengambil keputusan belanja impulsif hanya memenuhi tuntutan emosi sesaat.

2. Saat emosi tidak stabil, seseorang tidak bisa berpikir logis

ilustrasi belanja banyak barang (pexels.com/Angela Roma)

Pada faktanya tidak semua orang mampu mengontrol kebiasaan berbelanja. Alih-alih menyesuaikan dengan kebutuhan, justru berbelanja ketika kondisi emosi tidak stabil. Kebiasaan ini harus ditinjau ulang. Karena terdapat beberapa alasan untuk menghindari belanja ketika kondisi emosi sedang tidak stabil.

Berada dalam kondisi seperti ini, seseorang akan kesulitan berpikir logis. Mereka mengambil keputusan berdasarkan tuntutan emosi yang dirasakan. Bahkan tidak memikirkan dampak jangka panjang yang akan dihadapi setelah mengambil keputusan sesaat.

Baca Juga: 5 Tips supaya Lebih Bahagia di Kantor, Gak Gampang Emosi! 

3. Mengakibatkan belanja sebagai pelarian

ilustrasi belanja banyak barang (pexels.com/Max Fischer)

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan memanjakan diri melalui berbelanja. Cara ini efektif untuk memutihkan energi dan kesedihan. Tapi di satu sisi, cara kita dalam berbelanja juga harus terkendali. Jangan malah berbelanja hanya sekedar menuruti tuntutan emosi sesaat.

Apalagi saat kondisi emosi cenderung tidak stabil. Hal ini mengakibatkan belanja sebagai pelarian. Kita tidak benar-benar mampu mengendalikan gejolak emosi negatif yang dirasakan. Setelah kegiatan belanja usai, kesedihan dan kekecewaan akan muncul kembali.

4. Justru membawa pengaruh buruk terhadap kestabilan mental

ilustrasi sedih (pexels.com/Liza Summer)

Mungkin kita menjadi tipe orang yang gemar memanjakan diri dengan berbelanja. Membeli barang yang disukai memang memperbaiki suasana hati. Tapi apa jadinya jika kita menghapus emosi negatif dengan belanja sepuasnya? Padahal kegiatan satu ini harus dihindari ketika emosi kalut.

Mengapa demikian? Berbelanja saat emosi justru membawa pengaruh buruk terhadap kestabilan mental. Ini disebabkan oleh perasaan menyesal setelah membeli suatu barang. Tidak jarang menyalahkan diri secara terus-menerus atas keputusan yang sudah diambil

Verified Writer

Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya