TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Inspiratif Nadya Karina, Creative Director Brand Fashion Kami.

Mulai meniti bisnis sejak 2009

Nadya Karina, salah satu Founder dan Creative Director Kami. (dok. Kami.)

Industri fashion di Indonesia berkembang semakin masif, menghadirkan banyak brand lokal yang cukup diminati oleh banyak masyarakat. Salah satunya adalah Kami., brand modest fashion yang didirikan oleh tiga perempuan tangguh, yakni Istafiana Candarini, Nadya Karina, dan Afina Candarini.

IDN Times pun berkesempatan untuk mewawancarai Nadya Karina selaku Creative Director Kami. pada Minggu (21/8/22) untuk mengetahui perjalanannya membangun brand Kami. Biar gak penasaran, yuk simak cerita lengkapnya di bawah ini!

1. Latar belakang yang berbeda-beda justru jadi pelengkap dalam membangun usaha

Nadya Karina, salah satu Founder dan Creative Director Kami. bersama para Founder lain (dok. Kami.)

Mendirikan usaha dengan tiga kepala berbeda, jelas gak mudah. Apalagi, ketiga founder Kami. tersebut juga gak memiliki latar belakang yang sama. Namun, menurut Karin, hal ini justru jadi nilai tambah karena bisa saling melengkapi kekurangan satu sama lain. 

"Kalau menurut aku, mudahnya bukan menyamaratakan, tetapi rata-rata perempuan kan suka fashion. Terus aku juga suka menggambar, jadi mungkin aku agak dekat walaupun bukan ke fashion tetapi ke dunia creative, jadi selasar aja gitu," ucapnya.

Karin sendiri pada awalnya gak terpikir sama sekali untuk mendirikan bisnis. Namun, karena ingin menghasilkan sesuatu hingga mendapatkan uang serta bisa dekat sama keluarga, jadi ketika diajak untuk meniti bisnis, dia tertarik.

"Karena awalnya pengin menghasilkan sesuatu dan dari hasil tersebut bisa mendapatkan uang, bisnis juga kan bisa lebih dekat sama keluarga," tambahnya.

2. Nama Kami. sendiri dipilih dari bahasa Jepang, yang berarti Tuhan

Nadya Karina, salah satu Founder dan Creative Director Kami. (dok. Kami.)

Menariknya, nama Kami. sendiri dipilih dari bahasa Jepang yang berarti Tuhan. Dengan kata lain, usaha yang didirikan dimulai dari niat baik untuk menjalani sebuah bisnis lillahita'ala sehingga semua ide yang didapat, diusahakan berasal dari Allah SWT.

"Niatnya, kita menjalani bisnis ini lillahita'ala. Semua ide yang kita dapatkan, diusahakan dari Allah. Lalu, makna lain dari kami, yang berarti kertas, menjadi simbol dari kertas kosong yang nantinya dicoret-coret untuk mencari ide," jelasnya.

Nama dari brand fashion yang dibangun Karin juga dilengkapi dengan tanda titik (.) yang menjadikannya sangat khas dan unik. Untuk makna yang terkandung, titik diartikan sebagai awal dari setiap proses dan hal yang sudah berakhir. Jadi, setelah titik, pasti selalu ada hal yang baru.

Baca Juga: 5 Kisah Sahabat Nabi yang Terjamin Masuk Surga, Penuh Teladan

3. Sebagai Creative Director, Karin bertanggung jawab untuk seluruh proses creative di Kami.

Nadya Karina, salah satu Founder dan Creative Director Kami. bersama para Founder lain (dok. Kami.)

Sebagai Creative Director, Karin memiliki tanggung jawab atas seluruh proses creative yang ada di Kami., mulai dari proses bikin koleksi, pembuatan moodboard, dan lainnya. Karin juga bertugas untuk menentukan pattern dari desain yang mau dibuat serta ide campaign untuk mempromosikan produk yang mau dirilis.

"Kita pikirkan dari pattern, motif, desain, hingga ide untuk campaign untuk promosi. Creative product campaign apa yang mau kita bawa, nanti pesannya apa yang mau kita bawa dari situ, kurang lebih seperti itu tugas Creative Director di Kami.," katanya.

4. Modest fashion sendiri dipilih atas perkembangan dari kebutuhan masyarakat

Nadya Karina, salah satu Founder dan Creative Director Kami. (dok. Kami.)

Dari banyaknya jenis fashion yang ada, Kami. tumbuh sebagai brand modest fashion di mata masyarakat Indonesia. Namun, hal ini tentu bukan tanpa alasan. Karin menyampaikan bila modest fashion sendiri dipilih karena perkembangan dari kebutuhan atas pakaian muslim bagi perempuan.

"Kita mulai bisnis sejak 2009 dan kalau misalkan dirunut dari awal, kami itu awalnya bukan jualan baju muslim, tetapi aksesori. Jadi, kita bikin kalung style DIY, kemudian syal dengan teknik tie dye, lalu mulai terkenal dan diminati hingga akhirnya banyak yang meminta untuk dibuatkan baju," ujarnya.

Baca Juga: Kisah Sukses Freddie Figgers, Anak Buangan yang Kini Jadi Jutawan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya