Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pernahkah kamu merasa lebih yakin dengan kemampuanmu setelah berhasil menyelesaikan tugas yang sulit atau ragu untuk mencoba restoran baru karena pengalaman buruk di restoran lain baru-baru ini? Tanpa sadar, kamu mungkin telah terjebak dalam fenomena recency bias.
Recency bias adalah kecenderungan untuk lebih memprioritaskan informasi atau pengalaman terbaru dibandingkan dengan yang lebih lama. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan dan penilaian kita dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Bagaimana recency bias dapat memengaruhi kita? Nah, berikut adalah lima contoh fenomena recency bias yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, simak!
1. Pasar saham
ilustrasi pemasar (pexels.com/Yan Krukau) Investor sering kali terjebak dalam recency bias ketika mereka menilai saham berdasarkan pergerakan harga terkini. Misalnya, jika saham mengalami penurunan nilai dalam beberapa hari terakhir, investor mungkin merasa perlu untuk menjual saham tersebut karena takut akan kerugian yang lebih besar. Namun, keputusan ini seringkali tidak mempertimbangkan tren jangka panjang atau fundamental perusahaan, yang bisa jadi lebih penting.
Di sisi lain jika saham mengalami kenaikan, investor mungkin terlalu optimis dan membeli lebih banyak saham tanpa analisis yang mendalam. Mereka mungkin mengabaikan bahwa kenaikan harga saham bisa jadi hanya reaksi sementara terhadap berita atau peristiwa tertentu, bukan karena peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
2. Olahraga
ilustrasi berolahraga (unsplash.com/Ivan Andriavani) Dalam olahraga, recency bias bisa terlihat ketika penggemar dan pelatih memberikan penilaian berlebihan terhadap hasil pertandingan terakhir. Sebagai contoh, tim yang baru saja menang dianggap akan terus menang, meskipun tidak ada jaminan bahwa performa terakhir mereka akan berlanjut di pertandingan selanjutnya. Ini bisa menyebabkan ekspektasi yang tidak realistis dan keputusan strategi yang kurang tepat.
Sebaliknya jika tim mengalami kekalahan, mereka mungkin dianggap lemah dan tidak mampu membalikkan keadaan. Padahal, setiap pertandingan adalah kesempatan baru dan hasil sebelumnya tidak selalu mencerminkan potensi sebenarnya dari sebuah tim.
Baca Juga: 5 Dampak Negatif dari Survivorship Bias dalam Pengambilan Keputusan
3. Tempat kerja
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi bekerja (pexels.com/cottonbro studio) Di tempat kerja, recency bias dapat mempengaruhi cara manajer menilai karyawan. Jika seorang karyawan baru saja mencapai sukses besar, mereka mungkin mendapatkan pujian dan pengakuan yang berlebihan. Ini bisa mengabaikan kesalahan atau kegagalan sebelumnya yang juga penting untuk dipertimbangkan dalam penilaian keseluruhan.
Di sisi lain, jika karyawan melakukan kesalahan terbaru, mereka mungkin dihukum atau dinilai buruk secara tidak adil. Ini mengabaikan kontribusi positif yang telah mereka lakukan sebelumnya dan bisa menurunkan moral serta motivasi kerja.
4. Hubungan pribadi
ilustrasi berpikir (pexels.com/Karolina Kaboompics) Dalam hubungan pribadi, recency bias bisa membuat kita terlalu fokus pada peristiwa terakhir, baik itu positif atau negatif. Misalnya, jika pasangan kita baru saja melakukan sesuatu yang menyenangkan, kita mungkin merasa hubungan kita sedang dalam kondisi yang sangat baik. Namun, ini bisa mengabaikan masalah yang mungkin telah berlangsung lama dan perlu diatasi.
Sebaliknya, jika terjadi konflik atau masalah terbaru, kita mungkin merasa bahwa hubungan kita sedang dalam masalah besar. Padahal, jika kita melihat lebih luas, mungkin banyak momen indah yang telah kita bagi bersama yang lebih penting daripada masalah terkini.