TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Survivorship Bias, Jangan Tertipu Ilusi Sukses!

Mengapa kita terlalu percaya pada kisah sukses?

ilustrasi politisi (pexels.com/Werner Pfennig)

Intinya Sih...

  • Survivorship bias membuat kita terlalu optimis tentang keberhasilan, mengabaikan banyak usaha yang gagal dan tidak terlihat.

  • Penting untuk mempertimbangkan semua data, termasuk data dari subjek yang tidak "bertahan", agar keputusan berdasarkan informasi lengkap.

  • Survivorship bias bisa membuat kita mengabaikan pelajaran dari kegagalan, menghambat inovasi dan pertumbuhan pribadi maupun profesional.

Pernahkah kamu merasa terinspirasi oleh kisah-kisah sukses para pengusaha, CEO, dan influencer? Ya, siapa yang tidak tergoda dengan cerita-cerita inspiratif mereka? Tapi, tahukah kamu bahwa di balik kisah-kisah sukses tersebut, ada banyak cerita lain yang tidak pernah diceritakan?

Cerita-cerita yang tidak terungkap ini merupakan contoh dari survivorship bias. Bias ini terjadi ketika kita hanya fokus pada orang-orang atau hal-hal yang berhasil "bertahan" melalui suatu proses seleksi, dan mengabaikan mereka yang tidak. Hal ini dapat menyebabkan kesimpulan yang salah karena data yang tidak lengkap.

Nah, berikut adalah lima fakta menarik tentang survivorship bias yang mungkin belum kamu ketahui. Yuk, simak!

1. Survivorship bias menyebabkan kesimpulan yang terlalu optimis

ilustrasi berpikir (pexels.com/Julia M Cameron)

Survivorship bias dapat membuat kita terlalu optimis tentang keberhasilan. Misalnya, jika kita hanya memperhatikan perusahaan-perusahaan yang berhasil dan mengabaikan yang bangkrut, kita mungkin berpikir bahwa memulai bisnis adalah tugas yang lebih mudah daripada kenyataannya. Kita sering kali terpikat oleh cerita-cerita sukses tanpa menyadari banyaknya usaha yang gagal dan tidak terlihat.

Ketika kita hanya mendengar tentang orang-orang yang berhasil, kita mungkin tidak menyadari bahwa untuk setiap orang yang berhasil, mungkin ada banyak lagi yang telah mencoba dan gagal. Ini bisa membuat kita mengabaikan risiko dan tantangan yang sebenarnya ada, serta mengurangi kemampuan kita untuk belajar dari kesalahan.

2. Survivorship bias mengabaikan data yang hilang

ilustrasi berpikir (pexels.com/Ivan Samkov)

Ketika melakukan penelitian atau analisis, penting untuk mempertimbangkan semua data, termasuk data dari subjek yang tidak “bertahan”. Jika tidak, kita mungkin mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Ini bisa terjadi di berbagai bidang, dari penelitian akademis hingga pengambilan keputusan bisnis.

Mengabaikan data yang hilang bisa berakibat fatal, terutama dalam situasi yang membutuhkan keputusan yang tepat dan berdasarkan bukti. Misalnya, dalam penelitian medis, mengabaikan pasien yang tidak bertahan bisa menyebabkan kesimpulan yang salah tentang efektivitas suatu pengobatan.

3. Survivorship bias dapat mempengaruhi keputusan investasi

ilustrasi berpikir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Baca Juga: 5 Fakta Status Quo Bias, Bikin Kamu Sulit Keluar dari Zona Nyaman!

Dalam dunia keuangan, survivorship bias bisa membuat investor membuat keputusan berdasarkan kinerja masa lalu dari saham atau dana yang masih ada, sementara mengabaikan mereka yang telah gagal dan tidak lagi ada di pasar. Ini bisa menyebabkan ekspektasi yang tidak realistis tentang potensi keuntungan.

Investor mungkin juga gagal mengenali pola-pola yang bisa menunjukkan masalah yang lebih dalam dalam pasar atau industri tertentu. Akibatnya, mereka mungkin melewatkan kesempatan untuk menghindari kerugian atau untuk menemukan peluang investasi yang lebih baik.

4. Survivorship bias berasal dari penelitian pesawat Perang Dunia II

ilustrasi berpikir (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu contoh klasik survivorship bias berasal dari penelitian pesawat pengebom Perang Dunia II. Para peneliti awalnya hanya memperhatikan pesawat yang kembali ke pangkalan, yang menyebabkan mereka mengabaikan data dari pesawat yang tidak kembali karena kerusakan parah. Ini adalah kesalahan yang bisa berakibat pada keputusan yang salah tentang bagaimana memperkuat pesawat.

Seorang insinyur kemudian menyadari bahwa bagian-bagian pesawat yang tidak menunjukkan kerusakan pada pesawat yang kembali sebenarnya adalah bagian yang paling kritis. Pesawat yang terkena di bagian tersebut tidak pernah kembali, dan ini mengubah seluruh pendekatan dalam penelitian tersebut.

Verified Writer

Muhamad Aldifa

Menulis di saat senggang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya