Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pernah gak sih tiba-tiba merasa cemas berlebihan soal hal-hal yang belum tentu terjadi? Kayak misalnya, "Duh, gimana kalau besok hujan terus aku gak bisa ke kantor?", atau "Nanti kalau kuliah S2, aku bisa gak ya?".
Nah, perasaan khawatir berlebihan kayak gini sebenarnya wajar kok dirasain manusia. Tapi, kalau udah terlalu sering dan bikin kita enggak nyaman, ada baiknya kita cari tahu penyebabnya.
Nah, berikut adalah lima faktor yang bikin kita sering banget overthinking soal masa depan. Dengan memahami faktor-faktor ini, kita bisa lebih sadar dan berusaha mengatasinya. Yuk, simak!
1. Transference
ilustrasi cemas (pexels.com/MART PRODUCTION) Kita sering tidak sadar bahwa pengalaman masa lalu kita berpengaruh besar pada cara kita melihat masa depan. Ini disebut transference, yakni kondisi otak kita terprogram untuk mengenali pola dan kadang-kadang orang-orang di sekitar kita mengingatkan pada orang-orang di masa lalu. Ini bisa menjadi masalah ketika kita membiarkan pengalaman masa lalu tersebut menguasai reaksi kita saat ini.
Transference tidak selalu buruk, tapi bisa jadi masalah ketika kita bereaksi secara berlebihan. Jika kamu merasa kesulitan dengan situasi atau orang tertentu, mungkin itu mengingatkanmu pada sesuatu dari masa lalumu. Mengenali “hantu” masa lalu adalah langkah pertama untuk tidak membiarkannya mengganggu kehidupan saat ini.
2. Overthinking
ilustrasi berpikir (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA) Kita semua pernah terjebak dalam spiral “bagaimana jika” yang tak berujung. Ini adalah tanda bahwa kita sedang overthinking. Memikirkan setiap kemungkinan memang baik, tapi jika kita terlalu larut dalam analisis, kita bisa jadi terjebak dalam kekhawatiran yang berlebihan dan tidak bisa mengambil keputusan.
Overthinking bisa terasa seperti problem solving, tapi keduanya berbeda. Problem solving adalah ketika kamu mencari solusi, sedangkan overthinking adalah ketika kamu terpaku pada kemungkinan tanpa mencari solusi. Ini bisa menyebabkan kita merasa terjebak dan tidak mampu bergerak maju.
Baca Juga: 5 Sebab Kesuksesan Masa Lalu Bukanlah Penentu Kesuksesan Masa Depan
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Stress dan kecemasan
ilustrasi stres (pexels.com/Karolina Grabowska) Stress dan kecemasan bisa membuat kita bereaksi secara berlebihan. Ketika kita stres, kita cenderung lebih emosional dan reaktif, yang bisa menyebabkan kita merespons situasi dengan cara yang tidak proporsional. Ini bisa mengganggu kemampuan kita untuk berpikir jernih dan membuat keputusan yang tepat.
Ketika kita merasa cemas, tubuh kita memasuki mode “fight or flight”, yang bisa membuat kita bereaksi tanpa berpikir panjang. Ini adalah mekanisme pertahanan alami, tapi ketika dipicu tanpa alasan yang jelas, itu bisa membuat kita bereaksi berlebihan terhadap situasi yang sebenarnya tidak mengancam.
4. Pengaruh media
ilustrasi bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio) Media seringkali memperlihatkan gambaran masa depan yang suram atau menakutkan. Hal ini bisa mempengaruhi cara kita memandang masa depan dan membuat kita bereaksi secara berlebihan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu terjadi.
Kita terpapar oleh berita dan informasi yang terkadang menakutkan atau negatif yang bisa membuat kita merasa bahwa masa depan adalah sesuatu yang harus ditakuti. Ini bisa membuat kita bereaksi secara berlebihan dan mencoba mempersiapkan diri untuk skenario terburuk, meskipun mungkin tidak akan terjadi.