TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Bahaya Tergiur Barang Murah saat Belanja, KW Dibilang Asli

Tetap harus waspada biar gak terjebak boros

ilustrasi belanja banyak (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Tawaran harga murah tentu menggiurkan untuk sebagian masyarakat. Jika kamu bisa mendapatkan harga terbaik buat barang-barang yang dibutuhkan atau diinginkan tentu membantumu dalam berhemat. Dengan anggaran yang sama, dirimu telah bisa mencukupi kebutuhan sekaligus produk lain yang diinginkan seperti fesyen.

Namun, membeli barang-barang murah juga gak dapat sembarangan. Meski kelihatannya lebih ekonomis, kurangnya kehati-hatian akan menjebakmu dalam pemborosan yang tidak disadari. Nanti ini baru terlihat setelah kamu menghitung ulang total pengeluaran selama sebulan.

Membeli produk yang lebih miring tentu tidak salah. Carilah diskon biar keuanganmu senantiasa sehat. Akan tetapi, kamu akan merugi apabila terlalu gampang tergiur harga murah. Usahakan dirimu belanja irit dan tetap puas, bukan malah kecewa karena enam hal berikut.

1. Kalap, total harga yang harus dibayar menjadi besar

ilustrasi banyak sepatu (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Murahnya harga-harga yang ditawarkan membuatmu ingin membeli semuanya. Pikirmu, di tempat atau kesempatan lain belum tentu kamu akan memperoleh penawaran yang sama. Pemikiran seperti ini amat diketahui oleh penjual sehingga bakal dimanfaatkan dengan baik.

Misalnya, dengan mereka memberikan tambahan diskon lagi jika kamu membeli lebih banyak. Strategi ini bakal makin membuatmu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Produk yang sama saja dibeli dalam jumlah besar. Belum lagi barang-barang yang gak pernah terpikirkan bakal dibeli. Seluruhnya akhirnya dibawa pulang. 

Setelah kamu sampai di rumah serta euforiamu mendapatkan banyak potongan harga telah surut, barulah muncul kesadaran. Dirimu sudah mengeluarkan begitu banyak uang melebihi bujetmu.

Padahal, tidak semua belanjaan itu bakal terpakai dalam keseharianmu. Berbeda dengan ketika kamu dihadapkan dengan harga produk yang lebih tinggi. Secara otomatis dirimu membatasi pembelian.

2. Baru dipakai sebentar sudah rusak

ilustrasi belanjaan (pexels.com/Ivan Samkov)

Pemborosan tidak hanya bisa terjadi karena kalap belanja barang murah seperti dalam poin pertama. Kamu bisa makin tak menyadari pemborosan karena kaitannya dengan masa pakai suatu barang. Harga barang yang dibeli memang bisa setengah bahkan sepertiga dari harga standar produk sejenis.

Akan tetapi, apa jadinya kalau masa pakainya menjadi jauh lebih singkat? Misalnya, produk serupa dengan harga rata-rata dapat dipakai sampai setahun. Sementara itu, produk yang dibeli dengan harga sepertiganya saja ternyata cuma bisa digunakan selama 2 bulan. Jika melihat selisih harganya, seharusnya belanjaanmu dapat dipakai sekitar 4 bulan.

Mau tidak mau dirimu menjadi harus membeli lagi produk sejenis sebagai penggantinya. Inilah sumber pemborosannya. Celana olahraga misalnya, harga yang termurah memberimu produk yang jahitannya mudah sekali lepas dan kainnya gampang robek. Bila celana yang seharusnya dikenakan buat berolahraga di luar ruangan telah robek berarti kudu dipensiunkan.

Baca Juga: 5 Manfaat Window Shopping, Hiburan Seru Tanpa Harus Belanja!

3. Dikira asli ternyata palsu

ilustrasi mengambil sepatu (pexels.com/cottonbro studio)

Lain urusannya dengan jika sejak awal kamu memang mencari barang palsu. Fokusmu hanyalah harganya yang terjangkau. Namun, dirimu sebenarnya menginginkan barang asli dengan harga yang lebih terjangkau. Hati-hati, jangan sampai bukannya kamu memperoleh barang sesuai dengan harapan, justru membawa pulang produk KW.

Banyak produsen dan pedagang barang tiruan tidak jujur mengenai keaslian produknya. Apabila dirimu gak cermat terhadap ciri barang yang asli, benar-benar menginginkannya, serta mengejar harga murah; kamu menjadi target empuk produsen dan pedagang barang palsu. Seandainya dirimu tahu itu barang KW, kamu barangkali lebih memilih membeli produk asli dengan merek berbeda yang lebih terjangkau.

Atau, dirimu menabung lagi sampai uangnya cukup untuk membeli produk incaran yang benar-benar asli. Harga barang asli apalagi bermerek terkenal gak mungkin ada yang terpaut jauh dari barang yang sama di lapak berbeda. Harga yang sudah jauh di bawahnya harus dicurigai sebagai tiruan.

4. Sudah ditunggu-tunggu, ternyata barang gak dikirim

ilustrasi belanja online (pexels.com/Leeloo The First)

Untukmu yang berbelanja secara online, harga yang murah jangan selalu dijadikan daya tarik. Selain terkait keaslian produk, perhatikan pula reputasi penjualnya. Meski masih banyak pedagang jujur, waspadai pula potensi penipuan dengan iming-iming belanja hemat. Beberapa orang punya pengalaman buruk ketika berbelanja online.

Seperti barang yang dipesan tidak pernah dikirimkan. Atau, barang yang dikirim sangat berbeda dari pesanan dan jauh lebih murah dari uang yang sudah dibayarkan. Kasus seperti ini biasanya masih bisa diselidiki jika kamu membeli melalui marketplace  dan uangmu akan kembali.

Namun, apabila dirimu membeli langsung dengan transfer dana ke nomor rekening penjual dan hanya berkomunikasi via WA, sulit buat melacaknya. Dia bisa menghilang kapan pun. Siapa pun penjualnya, kalau harganya tidak wajar mending gak usah dibeli. Kecuali, dia dapat membuktikan dagangannya merupakan hasil cuci gudang misalnya.

5. Bukan KW, tapi bekas atau rekondisi

ilustrasi memilih pakaian (pexels.com/Antoni Shkraba)

Setiap pembeli bakal kecewa dan merasa tertipu kalau barang yang dibeli tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Kali ini bukan soal barangnya palsu atau KW. Produknya memang asli, tetapi itu barang bekas dan pedagang tak mengatakannya di awal. Sebaik apa pun kondisi barangnya, tujuanmu adalah mencari produk yang baru.

Makin menjengkelkan apabila barang bekas itu sebenarnya sudah dalam kondisi rusak. Namun, dia memperbaikinya sedemikian rupa dan tidak memberitahukannya padamu. Sejago apa pun dirinya dalam hal memperbaiki barang rusak tak akan sama dengan produk yang baru dikeluarkan dari pabrik.

Sekalipun harganya lebih murah, sebentar lagi paling kembali rusak. Bahkan lebih parah daripada kerusakan sebelumnya. Memang orang bilang jangan berharap barang bagus kalau harganya murah.

Akan tetapi, tipu-tipu seperti ini tetap gak bisa dibenarkan. Penjual seharusnya berani menuliskan keterangan besar-besar di dagangannya tentang kondisinya sebagai barang baru atau bekas.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya