Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Perbedaan akan selalu ada dalam hidup ini seperti halnya alam yang membentuknya. Kalau seluruh muka bumi ini ditutupi air, manusia dan makhluk darat lainnya tidak bisa hidup. Maka ada kawasan laut, pegunungan, dan dataran rendah.
Begitu pula makhluk hidup berkembang biak karena adanya perbedaan jantan dengan betina atau pria dengan perempuan. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan mutlak dibutuhkan di dunia ini. Sayangnya, dalam interaksi sesama manusia terkadang perbedaan yang ada justru dipersoalkan secara berlebihan.
Ini memicu konflik dengan orang lain, menyuburkan benih kebencian yang sudah ada, dan menyulitkan orang-orang untuk bekerja sama. Bahkan sekadar berteman dengan harmonis pun kadang tidak bisa sehingga terbentuk kelompok-kelompok yang saling membenci. Kamu kudu berhati-hati apabila enam tanda rendahnya toleransi pada perbedaan ini ada pada dirimu.
1. Hanya mau bergaul dengan orang-orang yang sama denganmu
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Helena Lopes) Rendahnya kemampuanmu bertoleransi terhadap perbedaan sudah tampak dari lingkaran pertemanamu. Kamu sengaja membatasi diri untuk berkawan hanya dengan orang-orang yang semirip mungkin denganmu. Misalnya, harus sama asal daerah, keyakinan, atau kondisi keuangannya.
Makin banyak persamaannya denganmu dianggap makin baik. Dirimu tidak cukup hanya dengan kesamaan prinsip-prinsip kebaikan. Apabila ada orang yang berusaha mendekati dan mengajakmu berkawan, kamu membangun pertahanan diri yang kuat.
Dirimu bisa menunjukkan sikap yang tidak ramah untuk menghentikan usahanya mendekatimu. Sebaik apa pun seseorang jika kamu menganggapnya berbeda darimu dalam beberapa hal, hubungan kalian tak akan berkembang. Kamu tetap menandainya sebagai orang di luar kelompokmu.
2. Suka berprasangka pada orang yang berbeda denganmu
ilustrasi menggunjingkan (pexels.com/Keira Burton) Isi pikiranmu tentang orang-orang yang berbeda darimu selalu negatif. Contohnya, kamu memandang orang dengan ciri tertentu sebagai pemalas atau hanya akan memanfaatkanmu. Juga menghubungkan ciri tersebut dengan perangai yang kasar dan berbahaya.
Dasar pemikiran ini bikin kamu seakan-akan punya alasan kuat untuk menjauhinya. Bahkan dirimu memprovokasi teman-teman buat tidak berkawan dengannya juga. Kamu gak perlu bukti apa pun sebagai dasar pemikiran negatifmu tentang orang lain. Dirimu semata-mata meyakininya demikian.
Sebaliknya jika orang lain mencoba meluruskan pandangan burukmu terhadap orang yang berbeda darimu, ini juga sulit berhasil. Sebanyak apa pun pengalaman positifnya ketika berinteraksi dengan orang yang menjadi sasaran prasangkamu, kamu tidak memercayainya. Mata dan pikiranmu tertutup dari hal-hal yang lain dengan keyakinanmu.
3. Tidak melihat sisi positif dari perbedaan
ilustrasi seorang pria (pexels.com/ArtHouse Studio) Kamu menganggap perbedaan dalam hal apa pun sebagai keburukan. Menurutmu, tidak ada kerja sama yang bisa berjalan dengan baik apabila orang-orangnya memiliki sejumlah perbedaan. Kalau bisa, dirimu ingin meniadakan semua perbedaan itu.
Tapi kamu gak mampu melakukannya. Hal maksimal yang dapat dirimu coba hanyalah berkelompok dengan orang-orang yang semirip mungkin denganmu. Kamu menolak gagasan bahwa perbedaan justru dibutuhkan untuk kerja sama yang lebih baik.
Ini membuatmu sangat sukar untuk berbaur di sebuah lingkungan dengan keberagaman tinggi. Konsep saling melengkapi dan mewarnai dalam perbedaan tidak bisa diterima olehmu. Bagimu, setiap perbedaan akan melemahkan segala bentuk hubungan.
Baca Juga: 5 Kualitas Hidup dari Orang yang Memiliki Sifat Toleran
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
4. Lebih fokus ke perbedaan daripada persamaannya
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Monstera Production) Sebenarnya di atas segala perbedaan pasti ada persamaan. Demikian pula semirip-miripnya sesuatu pasti bukan duplikat sehingga tetap ada perbedaannya. Contohnya, kamu dan teman satu daerah. Walaupun kampung halaman kalian sama, sifatmu dengannya tentu berbeda.
Begitu juga apabila dirimu memilih hanya bergaul dengan teman yang tingkat ekonominya sama. Gaya kalian tidak lantas menjadi persis. Kamu mungkin suka menunjukkan kelas ekonomimu dengan barang bermerek. Sementara temanmu walaupun kaya malah senang memakai barang murah.
Tapi kamu kerap menggunakan standar ganda. Apabila dirimu sudah berpikir negatif tentang orang lain, hanya perbedaan di antara kalian yang ditonjolkan. Sampai kamu mengesampingkan kenyataan bahwa orang yang berbeda denganmu masih sama-sama manusia yang perlu dihargai.
Seharusnya dirimu mampu menempatkan kesamaan di antara kalian di posisi paling atas. Seperti sekalipun kalian berbeda daerah, setidaknya masih satu bangsa. Atau kalian beda bangsa, tapi tetap sesama makhluk ciptaan Tuhan. Dengan lebih menyadari kesamaan daripada meributkan perbedaan, kalian bisa hidup berdampingan dengan rukun dan penuh kasih.
5. Sulit diajak berdiskusi sebab memaksakan pendapat
ilustrasi pertemanan (pexels.com/William Fortunato) Ruang untuk berdiskusi hanya mungkin tercipta apabila kamu terbuka pada perbedaan. Sebab perbedaan itu yang akan didiskusikan. Bukan untuk mencari mana yang lebih unggul, melainkan agar orang-orang yang berbeda dapat saling memahami.
Diskusi juga penting untuk mencari jalan tengah dari perbedaan yang ada. Terutama ketika kalian memiliki urusan yang bersinggungan. Namun karena toleransimu terhadap perbedaan rendah, sulit untuk mendudukkan kalian bersama-sama. Kalaupun orang lain bersikap tenang dan siap berkompromi, dirimu yang bersikap keras.
Kompromi mestinya datang dari semua pihak yang berdiskusi. Tetapi kamu berkeras dengan pendapat sendiri. Dirimu tidak memberikan pilihan lain kecuali semua orang harus mengikutimu. Diskusi pun selalu macet dan setelah ini kebencianmu pada orang yang berbeda darimu makin kuat.