TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Sebab Gak Semua Hal Bisa Diceritakan ke Bestie

Tetap bersahabat meski punya beberapa rahasia

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Ahmed ツ)

Dari sekian banyak best friends yang kamu punya, beberapa di antaranya mungkin sudah gak pernah berkomunikasi. Seperti sahabat saat SMP telah hilang kontak tak lama setelah kalian masuk SMA. Itu bukan masalah karena setiap bestie ada masanya dan di setiap masa dirimu tetap membutuhkan teman dekat.

Meski pada dasarnya kamu dapat berkawan dengan siapa pun, rasa dari memiliki bestie tentu berbeda. Dirimu dapat lebih terbuka padanya serta merasa nyaman menjadi diri sendiri. Bersamanya, kamu juga bisa mengobrolkan lebih banyak hal dibandingkan dengan teman biasa.

Akan tetapi, lambat laun mungkin dirimu baru menyadari bahwa tidak semua hal yang dialami perlu diberitahukan pada bestie. Kamu mulai memiliki beberapa rahasia yang gak membahayakannya. Ini bukan artinya dirimu mencurangi persahabatan kalian. Rasa percayamu padanya tetap besar. Akan tetapi, ada enam penyebab mengapa gak semua hal bisa diceritakan ke bestie. Ketahui selengkapnya, ya!

1. Cocok dalam banyak hal, bukan berarti cocok segalanya

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Pixabay)

Seseorang gak akan menjadi sahabatmu apabila kecocokan di antara kalian cuma sedikit. Makin rendah kecocokannya, kalian makin kurang nyaman satu sama lain. Sebaliknya kian banyak kesamaan pemikiran dan perasaan akan sesuatu, kian mungkin kalian menjadi bestie.

Seperti kamu dan dia punya pandangan yang mirip tentang kehidupan ideal yang ingin diwujudkan. Demikian pula nilai-nilai hidup serta sama-sama gak suka membuang-buang waktu dan uang untuk hal-hal yang tidak penting. Namun, banyaknya kecocokan tidak lantas meniadakan sisi kontranya.

Di hal-hal yang kontra itulah dirimu tak perlu selalu memberitahukan sesuatu padanya. Jika sesuatu yang kerap memicu perbedaan pandangan yang tajam di antara kalian kembali diangkat dalam obrolan, sedikit banyak bakal menimbulkan perselisihan. Beda pemikiran tentu biasa, tapi kalau sampai terjadi perdebatan bikin perasaan dan suasana menjadi gak enak. Mending tidak usah membahasnya.

Baca Juga: 5 Keunggulan Tersembunyi ISFJ yang Jarang Diketahui Orang

2. Kamu tahu dia lagi banyak pikiran atau sibuk

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Helena Lopes)

Meski kalian bersahabat, kamu juga tahu harus memahami keadaannya. Tidak setiap saat bestie bisa diganggu dengan masalah-masalah pribadimu. Dia pun dapat memiliki beban pikirannya sendiri. Boleh jadi persoalan yang tengah dihadapinya malah lebih berat daripada masalahmu.

Dirimu tidak mau menjadi sahabat yang egois dengan masih mencekokinya pula dengan ceritamu. Begitu pun ketika ia sedang sibuk, kamu paham bahwa ini bukan saat yang tepat untuk membahas masalahmu. Dia perlu fokus pada kesibukannya dulu sampai semuanya kelar.

Apabila kesibukannya berlalu dan sesuatu masih menjadi masalah bagimu, kamu akan menceritakanya biar lega. Namun jika persoalan itu telah teratasi, dirimu dapat memberitahunya atau tidak. Kalau ada hal lain yang lebih seru buat dibahas tentu lebih baik melupakannya saja.

3. Belum menemukan kata yang tepat untuk bercerita

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Maksim Goncharenok)

Bercerita pada bestie memang lebih nyaman daripada dengan teman yang tak terlalu dekat. Akan tetapi, terkadang tetap ada kendala seperti saat kamu ingin membicarakan masalah yang cukup pelik. Setelah sekian lama dirimu memendamnya, menyampaikannya sejak awal menjadi tidak mudah.

Contohnya, segala masalah terkait keluargamu. Kamu gak segera curhat ke bestie karena menurutmu lebih baik persoalan itu cuma diketahui oleh keluargamu. Namun, lama-kelamaan dirimu lelah secara psikis dan butuh membicarakannya dengan orang di luar keluarga. Sahabat menjadi orang yang tepat untukmu curhat.

Akan tetapi, menemukan kata-kata yang tepat biar dia mudah memahaminya ternyata cukup sulit. Masalahnya sangat sensitif buatmu. Belum tentu bestie pernah mengalami hal serupa dalam keluarganya. Dirimu bakal terus menunda untuk bercerita jika belum yakin mampu menyusun kalimat yang gampang untuk dimengerti olehnya, tidak berbelit-belit, sekaligus tepat menggambarkan situasi keluargamu kini.

4. Mumpung bersamanya, kamu ingin menyegarkan pikiran

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Anastasiya Gepp)

Satu sisi, menceritakan masalahmu bisa bikin kamu lebih lega daripada menyimpannya sendirian. Namun, di sisi lain waktumu bersama sahabat habis cuma untuk membicarakannya. Pun terkadang pikiranmu menjadi kembali terlalu fokus ke persoalan itu sehingga suasana hatimu memburuk.

Sementara itu, bila dirimu gak membicarakan persoalan tersebut, kebersamaan kalian dapat diisi dengan hal-hal yang jauh lebih menyenangkan. Bukan hanya menyenangkan untukmu, melainkan juga dirinya. Contohnya, kalian seru-seruan main di luar ruangan atau dia menceritakan pengalamannya selama bertugas ke luar kota atau luar negeri.

Rasa senang yang ditimbulkan dapat membantu mengurangi stresmu karena suatu masalah. Bersama orang lain, apa pun kegiatannya belum tentu bisa bikin pikiranmu segar kembali. Tinggal mana yang lebih penting untukmu, melegakan diri dengan membahas masalahmu atau have fun saja bareng bestie. Toh, bila kamu sudah gembira, sesuatu dapat gak lagi terasa sebagai persoalan yang serius.

5. Pengetahuannya ada batasnya, apalagi soal bidang kerja

ilustrasi persahabatan (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu dan bestie masih membicarakan berbagai hal. Namun, dirimu lebih membatasi obrolan seputar pekerjaan. Bidang kalian yang berbeda jauh bisa bikin suasana membosankan kalau terus dijadikan topik percakapan. Kecuali, dia menunjukkan minat yang besar pada bidang pekerjaanmu dengan terus menanyakannya.

Tapi bila ia menganggapnya biasa-biasa saja, lebih menyenangkan buat kalian membicarakan topik lainnya. Jika kamu ceriwis soal bidang kerjamu, takutnya dirimu terkesan terlalu membanggakannya atau justru suka mengeluh. Ini tergantung kamu lebih banyak menceritakan sisi positif atau negatifnya.

Lagi pula, dia sudah pusing oleh pekerjaannya sendiri. Rasa gak nyamannya bakal bertambah jika ia masih diajak membicarakan bidang kerjamu yang kurang dipahaminya. Keputusanmu buat mencari topik lain yang sama menyenangkannya untuk kalian berdua telah tepat. Kalian dapat bersahut-sahutan sampai waktu terasa cepat berlalu.

6. Berjauhan, ribet jika bercerita lewat telepon atau chat

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Mikhail Nilov)

Persahabatan juga sedikit banyak akan terkendala oleh jarak. Walaupun hubungan kalian masih baik-baik saja, kalau kamu hendak bercerita panjang lebar menjadi sulit. Percakapan yang mendalam tentang sesuatu paling tepat dilakukan dengan bertatap muka.

Dirimu menjadi bisa lebih mengekspresikan perasaanmu. Tidak hanya dalam bentuk kata-kata, melainkan juga ekspresi wajah dan gerak tubuh. Dua hal ini meningkatkan pemahaman lawan bicara akan perasaanmu.

Berbicara lewat telepon kadang bikin lawan bicara kurang berkonsentrasi. Kamu menjadi harus mengulangi lagi sesuatu supaya dia benar-benar mengerti. Dirimu tidak tahu apa yang memecah fokusnya selama kalian berbincang. Sementara itu, mengetik semua hal yang ingin dikatakan terasa merepotkan.

Terlebih bila bahasa tulismu gak sebaik bahasa lisanmu sehingga chat-mu bikin bingung orang lain. Kamu telah panjang lebar mengetiknya, bestie belum tentu memahami maksudnya dengan tepat. Apalagi kalau dia gak tekun dalam membaca pesan yang panjang. Begitu ia melihat panjangnya chat-mu, dia sudah mengeluh dalam hati.

Punya bestie sebaik apa pun pada akhirnya tidak akan membuatmu selalu mengatakan segala hal padanya. Ini bukan tentang kurangnya rasa kepercayaanmu padanya. Sering kali cuma disebabkan oleh pertimbangan teknis seperti komunikasi yang sulit dan seberapa penting hal tersebut untuk diketahuinya.

Kamu tak perlu merasa bersalah apabila tidak memberitahukan segala hal pada sahabatmu, sebab gak semua hal bisa diceritakan ke bestie. Demikian pula dirimu gak usah baper bila bestie memiliki beberapa rahasianya sendiri. Selama hal-hal yang disembunyikan tidak merugikan siapa-siapa, sikapi dengan santai saja.

Baca Juga: 5 Sisi Negatif Curhat dengan Orangtua saat Kamu Sudah Menikah, Hindari

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya