TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips agar Tak Tertekan Gambaran Hidup yang Ideal, Buat Versimu

Gak harus mencapai sesuatu di usia tertentu

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Hidup di zaman sekarang cenderung lebih banyak tekanannya dibandingkan zaman dahulu. Dulu segalanya memang terbatas, seperti akses ke pendidikan dan berbagai fasilitas. Namun, di masa kini yang justru seolah-olah tanpa batas ada beban mental yang luar biasa.

Kamu terpapar setiap hari dengan berbagai unggahan di media sosial. Kehidupan satu sisi sudah seperti akuarium karena banyak orang merasa bebas mengunggah apa saja. Semua hal dalam hidup mereka seakan-akan tampak begitu jelas. Di sisi lain, media sosial juga menyimpan kegelapan sebab belum tentu postingan sesuai dengan kenyataan hidup.

Salah satu sumber tekanan mental yang berasal dari medsos ialah gambaran hidup yang ideal. Di beranda media sosialmu barangkali bertaburan unggahan tentang di usia sekian seharusnya seseorang telah punya sejumlah pencapaian.

Seperti memiliki pasangan, anak, mobil, rumah pribadi, bisa rutin liburan agar menikmati hidup, dan sebagainya. Cegah kamu menjadi stres oleh gambaran hidup yang ideal itu dengan lima cara berikut.

1. Sadari bahwa kamu tak harus mengikutinya

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Antoni Shkraba)

Memang ada orang-orang yang amat kaku sehingga terkesan memaksakan gambaran hidup yang ideal itu padamu. Mereka selalu menilaimu, mencentang hal-hal yang telah tercapai, dan menyilang kriteria yang belum ada. Ya, mereka sepeduli itu pada gambaran ideal sebuah hidup.

Tapi kamu yang menjalani kehidupan itu. Tak sekali pun dirimu meminta orang lain menanggung kepedihanmu akibat belum mempunyai sesuatu yang menjadi bagian dari gambaran hidup ideal. Kamu belum punya rumah pribadi, biaya indekos juga bayar sendiri. Begitu pula ongkos angkot kalau dirimu tidak memiliki motor atau mobil.

Terserah mereka akan menganggap kehidupanmu amat menyedihkan, hidupmu adalah milikmu. Kamu tak perlu merasa panik dengan gambaran hidup yang ideal itu. Bersukacitalah dalam kehidupanmu seperti apa pun keadaannya dan komentar orang. Ingat bahwa gambaran hidup yang ideal itu juga belum tentu benar-benar mencerminkan kehidupan mereka.

2. Keadaan dan ujian hidup tiap orang berbeda

ilustrasi perempuan di rumah (pexels.com/Nam Quân Nguyễn)

Gak ada cerita fiksi yang persis sama atau salah satu di antaranya akan disebut sebagai jiplakan. Apalagi dalam kehidupan nyata di dunia ini. Setiap orang hidup dalam keadaan serta ujiannya sendiri-sendiri. Sebagai contoh, ada anak muda yang tak perlu memikirkan apa pun selain diri sendiri.

Tapi ada pula orang berusia sama yang menanggung beban finansial keluarga. Ia harus mencari uang untuk orangtua yang sakit dan adik-adik yang masih kecil. Ini membuat perjalanan menuju kemapanan finansial keduanya berbeda. Saat orang pertama sudah mulai mencicil rumah; orang kedua masih harus membiayai pendidikan adik, ongkos berobat orangtua, dan sebagainya.

Terpaku pada gambaran hidup yang ideal hanya akan membuatmu merasa sakit dan terpuruk. Padahal, kamu masih butuh energi besar buat mengatasi berbagai ujian hidup. Bebaskan dirimu dari gambaran hidup ideal yang digaungkan sejumlah orang itu dan tempuh jalan ceritamu sendiri.

Baca Juga: 7 Prinsip untuk Membuat Hidupmu dari Monoton Jadi Lebih Bahagia

3. Hidup yang ideal tergantung apa yang kamu anggap penting

ilustrasi pasangan (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Buat sebagian orang, hidup yang ideal adalah dalam setahun bisa sekian kali  traveling. Jangan menua hanya dengan menghabiskan waktu antara rumah dengan tempat kerja. Tapi buat kamu yang gak suka bepergian, tentu tidak jadi soal tak traveling 2 sampai 3 tahun sekalipun. Bahkan berada di rumah selalu terasa menjadi hal terindah untukmu.

Sama seperti bagi sejumlah orang, menikah di usia 30 tahun sudah sangat terlambat. Akan tetapi bila di usia itu dirimu justru baru betul-betul merasakan energi positif kehidupan sehingga nyaman sendirian, mengapa tidak? Kamu dapat menggunakan energi positif yang berlimpah untuk menciptakan sebanyak mungkin kebaikan dalam hidup.

Dirimu siap berbagi ilmu, secara rutin terlibat dalam kegiatan sosial, berhubungan dengan orang lain secara lebih baik, dan sebagainya. Semua itu menurutmu jauh lebih berharga daripada mengejar kebahagiaan pribadi dengan menikah. Apa yang menurutmu penting dan tercapai, itulah hidup yang ideal versimu.

4. Percaya semua orang punya waktu masing-masing

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/NATASHA LOIS)

Kalaupun kamu juga memimpikan hidup seideal dalam gambaran itu, bersabarlah. Tanpa kesabaran, dirimu hanya akan depresi. Sekeras apa pun usahamu belum tentu kamu bakal mencapainya di usia yang sama dengan orang lain.

Bertemanlah bersama waktu karena ia bekerja dengan caranya sendiri. Mungkin suatu saat kamu juga akan berkeluarga dengan orang yang tepat. Tapi kalau sosoknya belum muncul hingga sekarang meski dirimu sudah berusaha, jangan pula asal menikah. 

Begitu juga dengan segala bentuk pencapaian finansial. Rumah, kendaraan pribadi, tabungan yang banyak, investasi yang menguntungkan akan dimiliki pada saat yang tepat. Jangan justru kamu nekat mengambil cicilan rumah dan mobil berbarengan sampai makan saja susah.

Itu dilakukan hanya demi dirimu bisa segera berfoto dengan latar belakang mobil dan rumah pribadi seperti orang-orang. Kalau kamu melakukannya dan mengunggahnya, ini memperpanjang daftar gambaran hidup yang ideal tetapi palsu. Sebab, bila kehidupanmu sungguh-sungguh ideal seharusnya hatimu tenang, enak makan, dan nyenyak tidur.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya