TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Ciri Toxic Veganism yang Harus Diwaspadai!

Alasan yang bikin banyak orang berhenti jadi vegan

Vegan(pexels.com/fuzzyrescue)

Trend gaya hidup vegan mulai populer di kalangan masyarakat. Banyak orang memutuskan untuk menjadi vegan karena beberapa hal, seperti alasan kesehatan, demi kebaikan lingkungan, atau atas dasar etis moral terhadap binatang. 

Veganisme diartikan sebagai suatu paham atau pandangan hidup untuk menolak segala bentuk kekejaman dan eksploitasi binatang, baik itu untuk konsumsi pangan, pakaian, atau tujuan lainnya. Berbeda dari vegetarian yang masih mengonsumsi produk turunan hewani, seorang vegan memiliki prinsip untuk tidak sama sekali menggunakan produk apapun yang didapatkan dari hewan. 

Memang tidak ada yang salah dengan menjadi vegan. Namun, seorang vegan bisa menjadi toksik terhadap orang sekitar dan lingkungannya bila memiliki pola pikir yang keliru. Berikut adalah ciri-ciri toksik vegan yang perlu diwaspadai:

Baca Juga: Terlihat Sepele, 7 Ciri-Ciri Keluarga Toxic yang Harus Diwaspadai

1. Memaksakan gaya hidup vegan pada semua orang

Memaksa makan (pexels.com/andreapiacquadio)

Tidak semua orang cocok dengan gaya hidup vegan. Beberapa kelompok contohnya balita dan anak-anak sangat membutuhkan zat gizi yang terkandung dalam protein hewani untuk menyongsong pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Muller dalam jurnal penelitiannya yang berjudul "Vegan Diet In Young Children", mengungkapkan bahwa diet vegan berpotensi tinggi menyebabkan anak-anak mengalami defisiensi zat gizi seperti kalsium, iodin, vitamin D, zinc, asam lemak, zat besi, dan vitamin B12. Jika mengalami kekurangan zat gizi tersebut, anak-anak dapat menderita gangguan perkembangan kronis yang terkadang tidak dapat disembuhkan. Sebab itu, orang tua yang vegan sebaiknya tidak memaksakan gaya hidup tersebut pada anak-anak tanpa mempertimbangkan dampak buruk ke depannya yang bisa berujung fatal.

Terlepas dari contoh alasan krusial di atas, beberapa orang memang memutuskan tidak ingin menjadi vegan. Entah itu karena penyuka daging atau apapun alasannya, itu adalah pilihan mereka. Bagaimanapun juga, kamu harus menghormati keputusan yang orang lain buat dan tidak memaksakan keyakinanmu.

Baca Juga: 5 Ciri Mentor Toxic di Dunia Pekerjaan, Harus Diwaspadai!

2. Klaim Superioritas: "Gue vegan, makanya gue lebih sehat daripada lo."

Makan bersama (pexels.com/Maxfischer)

Dalam beberapa studi, diet plant-based atau diet vegan memang memiliki ragam manfaat kesehatan seperti menurunkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular dan bahkan beberapa jenis kanker. 

Tapi, kalau kamu lantas berpikir hanya dengan menjadi vegan dapat secara ajaib menjadikanmu lebih sehat daripada non-vegan, kamu telah keliru. Kamu tidak bisa mengklaim dirimu lebih sehat kalau hari-hari selalu begadang, tidak pernah berolahraga, dan punya kebiasaan buruk seperti snacking padat kalori di tengah malam. Sebab, kesehatan seseorang tidak ditentukan hanya dari kualitas makannya saja tetapi juga dari pola hidupnya. 

3. Not vegan = Not educated

Makan salad (pexels.com/Farhadibrahimzade)

Beberapa vegan menganggap seseorang yang masih memakan daging sebagai orang yang tidak mengerti soal kesehatan dan lingkungan. Tentu, ini adalah asumsi yang salah. 

Gaya hidup vegan adalah suatu prinsip. Memutuskan untuk tidak menjadi vegan juga merupakan prinsip. Kamu tidak bisa memberikan penilaian inferior kepada seseorang semata-mata karena prinsipnya berbeda denganmu. Hal itu malah akan membuatmu kelihatan bodoh dimata orang tersebut. 

4. Membangun stigma buruk pada pemakan daging

Roasted beef (pexels.com/vidalbalielojr)

Salah satu alasan mayor kenapa seseorang menjadi vegan adalah karena mereka merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga lingkungan serta melindungi binatang sebagai sesama makhluk hidup yang tinggal di bumi. Mereka berkeyakinan bahwa binatang tidak seharusnya dibunuh dan disiksa hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. 

Justifikasi tersebut akhirnya memunculkan sentimen dari para vegan kepada kaum meat-eaters. Menurut mereka, tindakan memakan daging dianggap amoral dan tidak etis karena menyebabkan penderitaan pada hewan yang dimakan (animal cruelty).  Padahal itu belum tentu benar. Di salah satu agama (katakanlah Islam),  penyembelihan hewan dilakukan dengan cara khusus agar hewan yang disembelih tidak merasakan sakit. Sehingga, menggeneralisasikan semua pemakan daging tidak memiliki empati pada hewan adalah stigma yang salah dan perlu diperbaiki. 

Baca Juga: 7 Tanda Cowok Toxic yang Mesti Diwaspadai, Jangan Sampai Terjebak! 

Writer

Malinna

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya