TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Geguritan, Karya Sastra Jawa yang Penuh Makna

Pernah mendengar geguritan Sluku-Sluku Bathok?

ilustrasi membuat karya sastra (pexels.com/andreas160578)

Jika dalam bahasa Indonesia kamu mengenal karya sastra puisi, dalam bahasa Jawa ada istilah geguritan. Apa itu geguritan?

Geguritan adalah karya sastra Jawa yang berbentuk puisi. Sama seperti puisi pada umumnya, geguritan dibuat dengan penggunaan bahasa dan struktur yang indah. Bahkan, beberapa geguritan dibuat dengan bahasa seperti syair sehingga bisa dinikmati dengan banyak cara, seperti didengarkan, dinyanyikan, atau dibaca. 

Menariknya, geguritan biasanya dibuat oleh seorang penyair yang memiliki latar belakang khusus, seperti politikus, tokoh agama, atau pecinta alam. Tidak heran, banyak karya sastra geguritan yang berisikan tentang sindiran atau edukasi. Penasaran lebih banyak tentang pengertian dan fakta geguritan? Yuk, baca terus sampai akhir, ya.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Bahasa Ngapak, Ternyata Bahasa Aslinya Orang Jawa! 

1.  Asal-usul geguritan

ilustrasi menikmati karya sastra (pixabay.com/ThoughtCatalog)

Dalam buku Pujangga Hujan, disebutkan bahwa geguritan merupakan bahasa Jawa Tengahan yang berasal dari kata dasar "gurit", yang artinya 'tatahan' atau 'coretan'. Di dalam kamus Baosastra, geguritan berasal dari kata "gurit" yang memiliki arti 'tembang' atau 'kidung'.

Menurut Waluyo, yang dikutip dari buku Antologi Geguritan, geguritan adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan perasaan serta pemikiran pengarang melalui daya imajinatif dan dibentuk dengan cara pemusatan seluruh kekuatan bahasa pada struktur fisik maupun struktur batinnya. Secara umum, geguritan merupakan karya sastra bentuk puisi yang dibuat dalam bahasa Jawa.

Ada dua jenis geguritan, yaitu geguritan tradisional dan modern. Geguritan tradisional merupakan puisi bahasa Jawa yang memenuhi aturan, seperti bunyi di akhir kata berakhiran sama, setiap baris berisi delapan suku kata, jumlah baris tidak tetap, dan permulaan guritan di awali dengan kata sun gegurit (saya mengarang). Sedangkan pada geguritan modern, tidak memiliki aturan seperti di atas. Jadi, seperti puisi bebas. 

Geguritan biasanya berkembang di daerah Jawa dan Bali. Selain nilai keindahan, geguritan juga kerap mengandung nilai edukatif seperti ajaran-ajaran yang berkembang dalam sastra Jawa, misalnya kemanusiaan, ketuhanan, kehidupan, dan alam semesta. Oleh sebab itu, karya geguritan biasanya dapat merangsang untuk perenungan, introspeksi, kontemplasi, hingga penghayatan hidup yang membuat manusia menjadi lebih bijaksana.

Dalam buku Geguritan Tradisional dalam Sastra Jawa, geguritan juga disebut sebagai karya sastra performing art. Ini adalah karya sastra yang dibacakan, dinyanyikan, dan ditarikan secara bersama.

Baca Juga: 5 Wewaler Larangan Dalam Budaya Jawa,  Ora Ilok!

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya