TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta Inner Child: Penjelasan, Tanda, dan Cara Merawatnya

Luka masa kecil mempengaruhi kehidupan saat dewasa

pexels.com/VikaGlitter

Apakah kamu seseorang yang mudah tersulut emosi, sering merasa rendah diri, atau bahkan merasa kesulitan mengekspresikan diri? Bisa jadi itu semua adalah bentuk refleksi dari luka masa lalu yang belum kamu sembuhkan, lho!

Pembentukan karakter seseorang saat dewasa dipengaruhi oleh berbagai aspek, salah satunya adalah pengaruh dari inner child. Inner child bukanlah gangguan kejiwaan, dan setiap manusia tidak peduli berapapun usia mereka, inner child akan terus ada di dalam diri mereka. Maka dari itu, untuk lebih memahaminya, simak penjelasan di bawah ini, ya!

1. Berkenalan dengan inner child

Pexels.com/CottonbroStudio

Istilah inner child atau trauma masa kecil adalah,sisi kepribadian kita yang masih bereaksi dan terasa seperti anak kecil. Tidak peduli berapa pun usianya, sisi inner child akan terus ada dalam diri kita.

Inner child sendiri terbagi menjadi, positive inner child dan negative inner child. Pengalaman dan perasaan bahagia yang dirasakan saat anak-anak adalah positive inner child sedangkan negative inner child, adalah pengalaman buruk dan juga traumatis yang kita rasakan saat anak-anak.

Kurangnya kasih sayang, merasa diabaikan, kehilangan orang tersayang, tidak mendapat validasi atas perasaan, pelecehan, maupun perkelahian orangtua bisa menjadi penyebab terjadinya luka pada inner child.

2. Pengaruh inner child dalam pembentukan karakter

pexels.com/AugustDeRichelieu

Inner child seseorang sangat berpengaruh pada pembentukan karakter saat dewasa. Mencakup cara pandang seseorang dan reaksi terhadap suatu hal. Seseorang dengan negative inner child, lebih rentan dengan depresi. Pengalaman buruk yang mereka alami saat masih anak-anak akan menuntun bagaimana mereka menyikapi suatu hal saat dewasa. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:

  1. Tidak mampu mengelola emosi. Mudah marah, menjadi salah satunya. Penyebabnya adalah kebutuhan pada masa kanak kanak yang tidak terpenuhi dengan baik dan tidak juga mendapat pengertian tentang alasan mengapa kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi;
  2. Perasaan malu dan rendah diri. Penyebab utamanya adalah karena kurangnya validasi dan dukungan dari orangtua saat sang anak mencoba memulai ataupun belajar hal baru. Penyebab lainnya adalah karena pencapaian yang tidak mendapat apresiasi dan sering merasa dibanding-bandingkan dengan orang lain;
  3. Sulit mengekspresikan diri. Orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, sampai banyak dari mereka yang sudah mempersiapkan jalan seperti apa yang anak mereka akan tempuh. Hal ini baik, jika dalam porsi yang tepat. Akan tetapi jika berlebihan akan membuat anak sulit mengekspresikan diri karena selalu berada dalam kontrol orangtua tanpa tahu apa yang dirinya inginkan. Imbasnya adalah saat dewasa, ia akan menjadi pribadi yang tidak dapat menyuarakan keinginannya dan hidup dalam keputusan orang lain;
  4. Rasa takut yang tidak rasional. Terjadi karena pada saat masih anak-anak sering berada pada posisi terancam dan tidak aman, bisa jadi karena sering melihat pertengkaran orang dewasa di sekitarnya atau bahkan hidup dalam lingkungan yang kurang aman;
  5. Sulit membangun hubungan dengan orang lain. Dampak dari sering merasa terisolasi dari lingkungan sosial saat masih anak-anak membuat individu yang sudah dewasa merasa sulit untuk membangun hubungan dengan orang lain karena takut akan penolakan;
  6.  Perilaku menyakiti diri. Menganggap bahwa dengan menyakiti diri sendiri seperti self harm, mengisolasi diri atau kecanduan sebagai solusi untuk menenangkan diri dari masalah.

Baca Juga: 7 Cerminan Inner Child Para Kidult di Dreaming of a Freaking Fairytale

3. Bagaimana cara merawat dan menyembuhkan inner child yang terluka

Unsplash.com/XavierMoutonPhotographie

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyadari dan menerima dengan lapang dada bahwa pengalaman buruk dan traumatis itu sudah terjadi di masa lalu dan akan selalu berada di masa lalu. Selain itu, meskipun terdengar sangat sulit, tapi kita juga harus memaafkan orang-orang yang menjadi penyebab pengalaman buruk itu terjadi. Karena pada dasarnya, menyimpan luka lama terus menerus hanya akan membuat luka itu semakin menjadi-jadi.

Maafkanlah semua hal yang menyakitkan dan yakinkan anak kecil dalam diri kita bahwa semuanya sudah berlalu dan akan baik-baik saja. Cara yang seseorang lakukan untuk menyembuhkan luka pada inner child berbeda beda, di antaranya cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Menyalurkan emosi. Temukan dan salurkan emosi yang sudah lama terpendam. Ketika sudah menemukan emosi yang terpendam coba salurkan pada hal yang lebih positif. Contohnya, jika kita merasa cemas atau marah coba tulis hal apa yang mengganggu perasaan di kertas untuk menyalurkan apa yang kita rasakan. Meditasi juga sangat dianjurkan untuk menyalurkan perasaan yang terpendam;
  2. Memenuhi kebutuhan batin. Kenali terlebih dahulu kebutuhan seperti apa yang belum sempat terpenuhi saat kita masih kanak-kanak yang mengganggu sampai sekarang. Setelahnya konsultasikan hal ini dengan psikiater adalah hal yang sangat dianjurkan;
  3. Lakukan self care. Berbicara hal-hal positif pada inner child kita sangat dianjurkan untuk mengobati luka yang masih tersimpan, mengatakan bahwa "Tenang, semua akan baik baik saja, semua sudah berlalu." Atau memberi apresiasi bahwa diri kita berharga, seperti, "Kita pasti bisa melewati ini, kita berharga, kita istimewa."

Writer

Dwi Pithunov Yesica Hendriyani

About women, life and opinions

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya