TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Dampak Negatif Paling Signifikan Akibat Belanja Impulsif

Jangan biarkan kebiasaan sesaat menguasai dirimu!

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Sam Lion)

Kebiasaan belanja mungkin suatu hal yang biasa. Lain cerita jika sudah menjadi kebiasaan yang impulsif, berlebihan, dan merugikan. Belanja dianggap kegiatan yang menyenangkan, tetapi sekaligus dapat menimbulkan dampak buruk yang signifikan.

Impulsif artinya melakukan tindakan tanpa berpikir panjang. Sering kali kebiasaan belanja hanya didasari keinginan dan ego semata. Terlebih lagi saat belanja tren fesyen, banyak orang akhirnya lupa diri dan kebablasan. Bahkan, tidak sedikit yang rela berutang demi memuaskan hasrat belanjanya.

Sensasi kepuasan instan saat berbelanja memang bikin siapa saja ketagihan. Namun, jika dilakukan secara terus-menerus, dampak negatifnya akan serius. Maka, segera sadari tiga dampak negatif paling signifikan akibat kebiasaan belanja impulsif berikut ini.

1. Menimbulkan masalah keuangan

ilustrasi stres akibat masalah keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Dampak negatif yang paling signifikan dari belanja impulsif adalah masalah keuangan. Kebiasaan belanja tanpa berpikir panjang akan mengakibatkan overbudgeting atau mengeluarkan uang lebih besar dari yang direncanakan. Alhasil, rentetan masalah keuangan perlahan akan timbul.

Belanja impulsif punya dorongan kuat yang sering kali sulit dikendalikan. Barang-barang yang tidak penting dibeli, lalu berujung tidak terpakai. Kebiasaan belanja makanan atau minuman mahal juga tidak boleh diabaikan. Pengalokasian pendapatan akhirnya tidak pada kebutuhan yang tepat.

Pembelian yang tidak direncanakan acapkali menguras isi kantong dan mengakibatkan pembengkakan pengeluaran. Lama-lama uang akan habis, utang menumpuk, tidak punya dana darurat, dan tidak bisa menabung. Sebaiknya sesuaikan kebiasaan belanja dengan kondisi keuangan.

Baca Juga: 4 Alasan Perempuan Sering Belanja Impulsif, Hati-hati!

2. Penyesalan dan stres

ilustrasi merasa tertekan. (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Meski pada awalnya memberikan rasa puas, belanja impulsif sering kali menimbulkan penyesalan. Kebahagiaan yang timbul sifatnya hanya sesaat, tidak permanen. Namun, kepuasan sesaat tersebut memberikan dorongan belanja yang lebih besar dan sulit dihindari.

Pada banyak kasus, orang-orang menyesal karena pembelian barang tidak memberikan kepuasan jangka panjang. Siklus berulang pun terjadi. Belanja, kemudian menyesal, tetapi belanja lagi dan menyesal lagi. Tidak heran, stres bisa muncul dan mengganggu kesehatan mental.

Stres juga dapat diperparah oleh kondisi keuangan yang buruk, hubungan yang tidak harmonis dengan pasangan atau keluarga, serta keinginan belanja yang tidak terlampiaskan lagi. Tentu semua itu akan menciptakan rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam.

Verified Writer

Akromah Zonic

Dont be yourself, but be better :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya