TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Efek Kebiasaan Flexing di Medsos, Menimbulkan Obsesi Ingin Diakui

Lama-kelamaan jadi haus validasi

ilustrasi selfie (pexels.com/Kampus Production)

Memang benar bahwa semua orang punya hak masing-masing untuk menggunakan media sosialnya sesuka hati, termasuk juga kalau mau flexing atau pamer. Bebas-bebas saja kalau mau flexing di media sosial, tapi di balik itu harus tahu juga efeknya kalau sampai jadi kebiasaan. Dimana efeknya bisa berdampak buruk untuk jangka panjang yang merusak hidupmu. 

Mulai dari menimbulkan obsesi atas validasi, hidup yang jadi tidak ada privasinya, jadi sasaran orang yang ingin memanfaatkan. Membanggakan diri sendiri dan menunjukkan pencapaian di media sosial memang tidak apa-apa, tapi kalau flexing berlebihan justru jadinya tidak bagus. Berikut satu-persatu pembahasan efeknya yang bisa disimak untuk jadi bahan introspeksi diri. 

Baca Juga: 4 Tips agar Anak Tidak Flexing, Berikan Pendidikan Nilai 

1. Menimbulkan obsesi ingin diakui dan haus validasi

ilustrasi selfie (pexels.com/Anna Shvets)

Efeknya yang pertama kalau kebiasaan flexing di media sosial ialah dapat menimbulkan obsesi ingin diakui. Dimana kamu lama-kelamaan justru jadi haus validasi dan ingin terus diakui semua orang, parahnya lagi kalau efeknya sampai jadi terobsesi atas pengakuan.

Kalau sudah terobsesi gak bakal mudah untuk menghentikan kebiasaan flexing, karena bakalan ketagihan terus dipuja dan diakui orang, jika tidak mendapatkannya bisa-bisa malah stres. 

2. Hidup jadi tidak ada privasinya

ilustrasi pakai HP (pexels.com/Samson Katt)

Efek lainnya dari kebiasaan flexing di media sosial ialah membuat hidupmu jadi tidak ada privasinya. Memang hak pribadi masing-masing orang mau menetapkan batas privasi atau tidak, namun perlu disadari bahwa semakin banyak hal yang kamu pamerkan di media sosial maka semakin tidak adanya privasi di hidupmu. Itu karena semua orang tahu kegiatanmu, tahu pencapaianmu, tahu tingkat kariermu, bahkan tahu kesuksesan usahamu. 

Baca Juga: Awas yang Suka Flexing! Dampaknya Bisa Bullying sampai Cancel Culture

3. Jadi sasaran orang-orang yang berniat memanfaatkan

ilustrasi beri uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kebiasaan flexing di media sosial juga bisa berbahaya, yang mana kamu menjadi sasaran orang-orang yang berniat ingin memanfaatkanmu. Semakin banyak yang dipamerkan ke orang lain dan mereka tahu tentangmu, maka semakin mudah pula mereka menjadikanmu sasaran untuk dimanfaatkan. Entah itu sasaran untuk dipinjami uang, didekati tapi dengan maksud tertentu, sehingga flexing di media sosial jadi bumerang yang membahayakan diri sendiri. 

4. Tuntutan standar sosial semakin tinggi untuk mengikuti gengsi

ilustrasi stres (pexels.com/Ekaterina Bolovtsova)

Gengsi yang semakin tinggi karena mengikuti standar sosial juga merupakan efek dari kebiasaan flexing di media sosial. Karena sering pamer banyak hal dan melihat konten serupa dari orang lain yang juga flexing di media sosial, hal itu membuat standar diri semakin tinggi dan lama-kelamaan gengsi pun meninggi. Gak mau kalah sama orang lain dan takut ketinggalan serta kalah saing kalau tidak terus pamer di media sosial.

Verified Writer

afifah hanim

Banyak baca banyak nulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya