5 Efek Kebiasaan Flexing di Medsos, Menimbulkan Obsesi Ingin Diakui
Lama-kelamaan jadi haus validasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memang benar bahwa semua orang punya hak masing-masing untuk menggunakan media sosialnya sesuka hati, termasuk juga kalau mau flexing atau pamer. Bebas-bebas saja kalau mau flexing di media sosial, tapi di balik itu harus tahu juga efeknya kalau sampai jadi kebiasaan. Dimana efeknya bisa berdampak buruk untuk jangka panjang yang merusak hidupmu.
Mulai dari menimbulkan obsesi atas validasi, hidup yang jadi tidak ada privasinya, jadi sasaran orang yang ingin memanfaatkan. Membanggakan diri sendiri dan menunjukkan pencapaian di media sosial memang tidak apa-apa, tapi kalau flexing berlebihan justru jadinya tidak bagus. Berikut satu-persatu pembahasan efeknya yang bisa disimak untuk jadi bahan introspeksi diri.
Baca Juga: 4 Tips agar Anak Tidak Flexing, Berikan Pendidikan Nilai
1. Menimbulkan obsesi ingin diakui dan haus validasi
Efeknya yang pertama kalau kebiasaan flexing di media sosial ialah dapat menimbulkan obsesi ingin diakui. Dimana kamu lama-kelamaan justru jadi haus validasi dan ingin terus diakui semua orang, parahnya lagi kalau efeknya sampai jadi terobsesi atas pengakuan.
Kalau sudah terobsesi gak bakal mudah untuk menghentikan kebiasaan flexing, karena bakalan ketagihan terus dipuja dan diakui orang, jika tidak mendapatkannya bisa-bisa malah stres.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.