TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Kebiasaan yang Menghalangi Kebahagiaan Batin Terdalam Kamu 

Buang kebiasaan ini agar batinmu bahagia

ilustrasi sedih (pexels.com/Engin Akyurt)

Apakah kamu pernah merasa bahwa ada sesuatu yang menghalangimu untuk meraih kebahagiaan batin terdalam? Terkadang, kebiasaan-kebiasaan yang kita tanam dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi hambatan yang tak terlihat bagi kesejahteraan emosional kita.

Dalam artikel ini, kita akan mengungkap tujuh kebiasaan yang seringkali menghalangi kebahagiaan batin terdalam yang seharusnya kita nikmati. Dengan memahami dan mengatasi kebiasaan-kebiasaan ini, kita dapat membuka jalan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan memuaskan secara emosional.

1. Kurangnya gerakan dan olahraga 

ilustrasi malas (pexels.com/cottonbro studio)

Meskipun menjadi atlet yang berprestasi bukanlah suatu keharusan, penting bagi kita untuk menyadari bahwa tubuh kita dirancang untuk bergerak. Tanpa melakukan gerakan secara teratur, otot, jantung, peredaran darah, dan sistem saraf kita akan melemah. Menjaga kondisi fisik yang baik menjadi kunci dalam menjaga kedamaian batin. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan postur tubuh yang baik sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan dampak positif pada fungsi keseluruhan. Inilah beberapa prinsip dasar yang dapat menjadi dasar untuk mencapai kedamaian batin.

2. Pola makan yang tidak sehat 

ilustrasi makan (pexels.com/Tim Samuel)

Berbagai kebutuhan fisik yang menjadi dasar kedamaian batin dapat terganggu oleh perilaku yang merusak. Mengonsumsi terlalu banyak makanan yang tidak sehat dapat secara perlahan merusak kondisi tubuh yang sehat, di mana pikiran yang tenang dapat bersemayam. Sebagai contoh, makanan olahan dan mengandung bahan pengawet cenderung mengandung bahan-bahan yang tidak sehat.

Meskipun bahan-bahan tersebut dapat memperpanjang umur simpan makanan, mereka dapat berdampak buruk pada fungsi tubuh. Beberapa bahan seperti gula bahkan dirancang dengan tujuan membuatnya adiktif dan mendorongmu untuk mengonsumsi lebih banyak.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Buruk Ini Bisa Merusak Kualitas Hidupmu, Hati-Hati

3. Kecanduan 

ilustrasi kecanduan (pexels.com/Joey Theswampboi)

Tidak peduli apakah itu alkohol, konsumsi kafein yang berlebihan, atau penggunaan obat-obatan, baik yang legal maupun ilegal, semua hal tersebut akan secara perlahan merusak kesejahteraanmu. Untuk mencapai kedamaian batin, penting bagi kita untuk mencari cara yang lebih baik untuk rileks dan merasa baik. Selain itu, perlu diwaspadai juga kecenderungan kita menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar dan bermain game.

Sayangnya, industri teknologi di industri game telah menemukan cara baru berdasarkan psikologi manusia untuk membuat aplikasi dan game mereka menjadi adiktif. Dengan cara ini, mereka dapat mengendalikan pikiran kita demi mendapatkan keuntungan maksimal. Bagaimana sekarang kita dapat menemukan kedamaian?

4. Pembicaraan negatif tentang diri sendiri 

ilustrasi marah (pexels.com/Evelyn Chong)

Ini membiarkan aliran pikiran yang meremehkan diri sendiri dan mengkritik apa yang telah kamu lakukan. Kebiasaan ini secara terus-menerus merusak pikiran dan perasaanmu, bahkan dapat membatasi kemampuanmu untuk mencapai kedamaian batin. Membiarkan aliran negatif ini terus berlanjut dengan sendirinya akan mengarah pada tindakan yang semakin merusak diri sendiri. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan serta pola pikir negatif yang terkait dengannya. Hal ini harus menjadi prioritas utama bagimu dalam mencapai kedamaian batin.

5. Memendam dendam dan kebencian 

ilustrasi marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pola pikir ini dapat menciptakan lingkaran beracun yang merugikan. Dalam pola pikir ini, kemarahan dan sikap negatif dapat muncul, yang pada akhirnya meracuni pikiranmu dan juga hubunganmu dengan orang lain. Selain itu, penting untuk menyadari bahwa "teman-teman" yang mendukungmu dalam kebiasaan ini adalah jenis teman yang mungkin perlu kamu lepaskan.

6. Kebutuhan untuk selalu "benar" 

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Liza Summer)

Orang yang bijaksana seringkali mengajukan pertanyaan yang memprovokasi pemikiran, "Apakah kamu ingin benar atau bahagia?" Sudut pandang yang masuk akal bisa bervariasi, dan menentukan yang "benar" dapat menjadi masalah opini, situasi, dan konteks. Jika kamu terlalu teguh pada keyakinan bahwa pendapatmu adalah satu-satunya yang benar, itu akan membatasi kemampuanmu untuk melihat nilai dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini juga dapat menghambat proses pembelajaran dan menghalangi perkembangan menuju kebijaksanaan serta hubungan yang baik dengan orang lain. Perfeksionisme juga bisa menjadi bentuk ekspresi dari dorongan untuk selalu benar.

Baca Juga: 5 Cara Berdamai dengan Luka Batin, Berhenti Menyalahkan Diri

Verified Writer

Rendy Firmansyah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya