Upaya Lita Era Prastiwi Dukung Perempuan High Value lewat Be Women

Perempuan butuh support system yang positif

Intinya Sih...

  • Perempuan butuh support system yang positif
  • Lita Era Pratiwi mendirikan komunitas Be Women untuk menebarkan semangat positif bagi perempuan lewat hal-hal kecil.
  • Budaya patriarki bisa diperbaiki, perempuan tidak harus memilih antara karier atau keluarga. Komunitas Be Women ingin memberikan dampak positif bagi perempuan.

Jakarta, IDN Times - Hidup menjadi perempuan bukanlah hal yang mudah. Meski era berkembang lebih modern, Lita Era Pratiwi masih menemukan pemikiran-pemikiran patriarki yang membuat perempuan tampak terkungkung dengan stereotip dan stigma dari lingkungan sekitar.

Hal ini mendorong semangatnya untuk terus mengajak perempuan bangkit dan jadi pribadi berkualitas melalui komunitas Be Women. Bersama dengan IDN Times, Lita berbagi kisahnya untuk terus menebarkan semangat positif bagi perempuan lewat hal-hal kecil.

1. Lita memandang budaya patriarki di Indonesia masih ada

Upaya Lita Era Prastiwi Dukung Perempuan High Value lewat Be WomenLita Era Prastiwi, Founder Be Women (dok. pribadi/Lita Era Prastiwi)

Lita tumbuh menjadi pribadi yang concern dengan isu perempuan. Lulusan Universitas Brawijaya Malang ini, menyadari bahwa ideologi laki-laki masih mendominasi dan menempel erat pada pemikiran masyarakat Indonesia.

Dari yang semula tidak memahami, ia banyak mencari tahu mengapa ada budaya seperti itu dan mengapa ada banyak kesempatan yang menutup keterlibatan perempuan di dalamnya.

“Kemudian kita menemukan juga, kalau seorang perempuan yang berkarier atau mengejar karier, pasti ditanya-tanya. Kalau dia seorang ibu rumah tangga, kalau dia punya anak, pasti orang-orang akan terus bertanya. Sedangkan kalau laki-laki mengejar karier, jarang ditanya gimana anak-anak di rumah, siapa yang ngurus. Kenapa muncul perbedaan perilaku seperti itu?” ceritanya.

Fenomena yang cukup meresahkan itulah yang membuat Lita belajar bahwa budaya patriarki bisa diperbaiki. Menurutnya, perempuan tidak harus memilih ini dan itu.

“Bisa kok perempuan punya ruang untuk berkarier tanpa harus ditanya gimana anak di rumah, siapa yang ngurusin. Kita perempuan tidak harus memilih,” sambungnya.

2. Perempuan masih terikat oleh stigma dalam kehidupan sehari-hari

Upaya Lita Era Prastiwi Dukung Perempuan High Value lewat Be WomenLita Era Prastiwi, Founder Be Women (dok. pribadi/Lita Era Prastiwi)

Cikal bakal tumbuhnya Be Women berasal dari pengalaman pribadi Lita dan orang-orang di sekitarnya. Meskipun kesetaraan gender sudah digaungkan terus-menerus, gak dimungkiri masih ada pandangan miring yang memengaruhi bagaimana perempuan bersikap dalam kehidupan.

Sempat bekerja di bidang keuangan dan pendidikan, Lita menemukan perbedaan perempuan dan laki-laki di dunia kerja. Ia merasa laki-laki yang mengejar karier sering dianggap memiliki gaya kepemimpinan yang bagus.

Sementara itu, perempuan yang terlalu mengejar karier, tak jarang terlihat sebagai perempuan yang arogan atau bossy. Stigma seperti itu secara tidak langsung memberikan dampak pada bagaimana seorang perempuan menempatkan diri di lingkungan kerja mereka.

“Itu isu yang sederhana banget, tapi membuat perempuan harus menahan diri karena takut dilabeli negatif oleh lingkungan kerjanya,” ujar dia.

Sayangnya, isu perempuan tidak berhenti di situ. Terkadang, status pendidikan tinggi jadi faktor kekhawatiran karena tidak kunjung mendapatkan pasangan. Tak jarang, perempuan dituntut menurunkan standar terhadap pasangan hidup hanya karena belum mendapatkan sosok yang tepat.

Hal itu membuat Lita bertanya, “Kenapa kita harus menurunkan standar? Kenapa gak mereka yang menyetarakan kualitasnya? Kalau kita mencari kualitas yang lebih baik, kenapa kita harus justru menurunkan?”

Baca Juga: Misi Cinta Ashtra Dymach Merangkul Para Ibu lewat Halo Ibu 

3. Dari keresahan itulah, Lita menginisiasi komunitas Be Women yang fokus membahas peningkatan kualitas diri sebagai perempuan

Upaya Lita Era Prastiwi Dukung Perempuan High Value lewat Be WomenLita Era Prastiwi, Founder Be Women (dok. pribadi/Lita Era Prastiwi)

Salah satu cara agar tidak terjebak dalam pemikiran-pemikiran patriarki adalah menyadari pentingnya fokus pada diri sendiri. Ketika seorang perempuan fokus meningkatkan kualitas dirinya, maka ia juga akan tumbuh jadi pribadi dengan mindset dan sikap yang lebih positif.

Sebelumnya, ia pernah mengikuti online community yang berasal dari luar negeri. Dari komunitas itu, ia merasa ada positive support system dan energi positif yang bisa tersalurkan meski tidak bertemu secara langsung.

Lita akhirnya terdorong melakukan hal serupa. Di tahun 2021, Lita menginisiasi komunitas Be Women. Isu perempuan terlalu kompleks sehingga komunitas ini hadir untuk memberikan dampak positif  bagi perempuan-perempuan lain.

“Gak usah khawatir soal pasangan hidup. Lebih baik fokus meningkatkan diri menjadi perempuan yang high value,” ucap Lita. 

Semula Be Women bermakna business women yang mengacu pada perempuan itu sendiri dan perempuan yang memiliki bisnis. Namun, Be Women semakin berkembang dengan perempuan dari berbagai latar belakang.

“Akhirnya kita berusaha untuk lebih inklusif. Gak cuma menangani perempuan yang bisnis gender, tapi kita ingin menangani lebih banyak perempuan. Kita rebranding, kita fokus ke be a women. Kita pakai lah nama Be Women itu sendiri,” imbuhnya.

Melalui Be Women, Lita dan timnya menunjukkan bahwa perempuan bukan soal beauty saja. Perempuan juga mencakup brain, behavior, dan brave.

“Fokus kita tentang kepercayaan diri, menjadi perempuan yang berdaya, dan tetap share tentang dunia bisnis atau karier karena fokus kita juga mengejar kebebasan finansial. Dari awal ada Be Women, memang kita ingin perempuan memiliki kebebasan finansial,” tuturnya.

4. Be Women menggelar leadership bootcamp hingga webinar untuk merangkul makin banyak perempuan

Upaya Lita Era Prastiwi Dukung Perempuan High Value lewat Be WomenLita Era Prastiwi, Founder Be Women (dok. pribadi/Lita Era Prastiwi)

Lita menuturkan siapa saja bisa mengikuti komunitas Be Women. Baru-baru ini, Be Women menggelar Leadership Bootcamp di Malang. Lita berharap Leadership Bootcamp ini juga bisa menjangkau perempuan-perempuan yang ada di luar Malang.

“Makin ke sini, dunia karier makin gak mudah untuk dihadapi. Menurutku, manusia kreatif banget menciptakan masalah dan datang dengan solusi yang kreatif. Sama dengan isu perempuan, makanya tetap kita perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya jadi perempuan yang high value. Kita tetap dorong mereka untuk terus semangat dan membakar ambisi mereka jadi perempuan yang high value,” ucap Lita.

Selain itu, Be Women juga berupaya menjadi ruang bagi para perempuan untuk bertumbuh melalui beragam webinar dengan konsep utama ‘Becoming High Value Women’.

Perempuan yang berkualitas atau berkelas merupakan hal yang ingin ditonjolkan. Menurut Lita, perempuan yang high value itu banyak macamnya. Bukan sekadar paras, tetapi bagaimana mereka bisa tampil lebih percaya diri dan berwawasan luas.

Melalui komunitas yang dibuatnya, Lita juga belajar lebih mengenal dirinya sendiri. Sekecil apa pun pencapaian yang kita buat, ia mengingatkan untuk tidak lupa memberikan apresiasi diri.

Dari apa yang dilakukan Be Women, perempuan yang saat ini mengenyam pendidikan S2 di Universitas Brawijaya ini, berharap bisa terus menggaungkan semangat women empowerment.

“Semoga kita bisa menjangkau perempuan di berbagai sudut Indonesia. Kita tahu banget gimana isu perempuan di daerah-daerah yang masih tertinggal. Akses pendidikan dan teknologi sulit, itu PR banget. Jadi, rasanya masih perlu tangan kita banget. Harapannya kita bisa turun tangan langsung ke daerah-daerah yang benar-benar perlu bantuan,” ungkapnya melalui wawancara secara virtual pada Kamis (27/6/2024).

5. Ini cara Lita untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri

Upaya Lita Era Prastiwi Dukung Perempuan High Value lewat Be WomenLita Era Prastiwi, Founder Be Women (dok. pribadi/Lita Era Prastiwi)

Ada banyak cara yang bisa dilakukan perempuan untuk belajar mengenal, merawat, dan mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Penerima beasiswa LPDP ini menyampaikan bahwa semua bisa dimulai dari hal kecil lewat kebiasaan sehari-hari.

“Apresiasi pencapaian kita sekecil apa pun itu,” tegasnya.

Selama ini, Lita mengamati masih banyak perempuan yang sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Terlebih, membandingkan diri dengan apa yang kita gak punya, tetapi orang lain punya. Perbandingan diri inilah yang tanpa disadari, membuat perempuan kurang bisa melihat dari sisi lain.

Maka dari itu, Lita menganalogikan, “Lakukan apa pun yang bisa mengisi ‘ember’ masing-masing, baru kita bisa berpikir untuk membantu orang lain. Setelah mengisi ‘ember’ kita, baru lihat ke ember perempuan lain di sekitar kita. Apa nih yang bisa kita bantu atau kesempatan apa yang bisa kita buka ke teman-teman?”

Meski begitu, ia mengaku kadang masih merasa insecure. Salah satu hal yang bisa menolongnya menghadapi hal itu adalah melakukan journaling atau menengok kembali hal-hal apa saja sih yang sudah ia lewati

Saat ini, Lita sedang mengenyam pendidikan Magister Manajemen di Universias Brawijaya Malang melalui program beasiswa LPDP. Ia mengaku insecure berhadapan dengan banyak penerima beasiswa lain yang lolos di universitas-universitas luar negeri. 

Maka dari itu, penting untuk memiliki support system yang baik agar emosi yang kita rasakan tidak dipendam sendiri. Terkadang, apa yang kita takutkan, belum tentu menjadi kenyataan. Semua tergantung bagaimana cara kita merespons suatu hal.

“Perempuan yang empowered itu tahu nilai dia. Dia memahami bahwa sebagai perempuan, dia memiliki nilai yang gak bisa orang lain rebut. Dia juga mampu membantu orang lain dan perempuan di sekitarnya untuk menjadi perempuan yang bernilai. Dia sadar akan kekuatan yang ada dalam dirinya,” tutup Lita.

Baca Juga: Cerita Femilia Ubah Insecure Jadi Bersyukur lewat I Am Woman

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya