Arti All Eyes on Papua, Apa yang Terjadi?

Ungkapan kepedulian terhadap masyarakat Papua

Intinya Sih...

  • Kampanye "All Eyes on Papua" viral di media sosial
  • Protes masyarakat Papua terkait pengalihan hutan adat menjadi perkebunan kelapa sawit
  • Suku Awyu dan Moi berjuang untuk hak atas kekayaan alam dari hutan adat yang akan dibabat

Usai viralnya kampanye "All Eyes on Rafah", media sosial kembali dihebohkan oleh kampanye baru bertajuk "All Eyes on Papua". Hal ini dilatarbelakangi oleh kasus pengalihan hutan adat menjadi perkebunan kelapa sawit.

"All Eyes on Papua" yang telah dibagikan oleh lebih dari 1 juta pengguna media sosial ini pun, menjadi pusat perhatian. Apa yang sebenarnya terjadi?

1. Apa itu All Eyes on Papua?

Arti All Eyes on Papua, Apa yang Terjadi?poster All Eyes on Papua (instagram.com/sultankhmw)

Media sosial diramaikan dengan unggahan poster bertajuk "All Eyes on Papua". Secara harfiah, "All Eyes on Papua" bermakna semua mata tertuju pada Papua. Ungkapan penuh harapan agar banyak orang lebih peduli pada kasus yang dialami masyarakat Papua.

Adanya poster ini berawal dari video yang viral di media sosial, yakni ketika beberapa masyarakat Papua datang ke depan Mahkamah Agung. Ini bentuk protes terhadap kasus pengalihan hutan adat menjadi perkebunan kelapa sawit.

Masyarakat adat suku Awyu di Boven Digoel dan Suku Moi di Sorong datang ke gedung Mahkamah Agung pada Senin (27/5/2024). Mereka berdemo menuntut keadilan dan menolak adanya pembabatan hutan adat jadi perkebunan kepala sawit. Pasalnya, hutan adat tersebut menjadi sumber penghidupan masyarakat Papua. 

"Kehidupan masyarakat Awyu sangat tergantung pada tanah, hutan, sungai, rawa, dan hasil kekayaan alam lainnya. Itu semua sumber mata pencaharian, pangan, dan obat-obatan, serta identitas sosial budaya kami. Hutan adalah 'rekening abadi' bagi kami masyarakat adat," ujar Hendrikus 'Franky' Woro, Pejuang Lingkungan Hidup dari Suku Awyu dilansir Greenpeace.

2. Asal muasal konflik hutan adat

Arti All Eyes on Papua, Apa yang Terjadi?poster All Eyes on Papua (instagram.com/rotuaaa)

Permasalahan soal hutan adat bermula dari PT Indo Asiana Lestari yang akan membabat lahan hutan seluas 36.094 hektar menjadi lahan perkebunan sawit. Berdasarkan info yang beredar, disebutkan bahwa PT Indo Asiana Lestari telah memiliki izin lingkungan. Tanah Papua memang kerap menjadi incaran investor.

Hutan adat Awyu sudah dikonversi jadi perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia melalui Proyek Tanah Merah. Kabarnya, proyek tersebut dilakukan oleh tujuh perusahaan. Namun, masyarakat suku Awyu dan Moi tidak menerima adanya proyek tersebut.

Proyek tersebut membuat masyarakat suku adat Awyu dan Moi merasa kehilangan tempat tinggal serta sumber pendapatan. Hutan tersebut sudah lama jadi sumber pangan, air, budaya. Pembabatan hutan juga berpotensi menghasilkan emisi yang sangat besar dan berdampak secara global.

3. Aksi masyarakat adat Awyu dan Moi

Arti All Eyes on Papua, Apa yang Terjadi?ilustrasi masyarakat Papua (unsplash.com/Bob Brewer)

Suku Awyu merupakan salah satu kelompok suku yang berada di Papua. Suku Awyu berasal dari beberapa wilayah di Kabupaten Mappi dan Boven Digoel, Papua Selatan. Sementara itu, suku Moi merupakan salah satu suku yang banyak mendiami Kota Sorong, Sorong Selatan, dan Raja Ampat.

Setelah melakukan perlawanan dengan mengajukan gugatan ke pengadilan, suku Awyu dan suku Moi memutuskan menggelar aksi di depan Mahkamah Agung. Mereka menuntut hak-hak atas kekayaan alam dari hutan adat yang akan dibabat menjadi perkebunan sawit. 

Adanya kampanye "All Eyes on Papua" jadi bentuk kepedulian terhadap kasus ini. Unggahan bertajuk "All Eyes on Papua" diharapkan bisa membantu menyuarakan hak-hak warga Papua yang hilang. Kampanye ini juga bentuk menyumbangkan suara untuk terus menjaga kekayaan alam dan warisan budaya Indonesia.

Baca Juga: Apa Arti All Eyes on Rafah? Sedang Ramai di Media Sosial

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya