#MahakaryaAyahIbu: Pendidikan dan Karya, adalah Mahakaryaku untuk Orangtuaku

Hanya ada dua kunci sukses hidupmu, Nak! Pendidikan dan karya.

Aku lahir 26 tahun yang lalu, dan sampai aku beranjak dewasa hingga akhirnya menyadari bahwa aku lahir dan besar dari keluarga yang sederhana penuh cinta. Aku memiliki Ayah dan Ibu yang sangat membanggakanku. Mereka berjuang memenuhi kebutuhan keluarga, dengan ajaran dan kasih sayang tiada henti. Saat itu mereka sering sekali memberikan nasehat, petuah, bahkan tak jarang menegurku apabila aku "si Yogi kecil" bertindak tidak sesuai dengan hal sewajarnya.

Aku memiliki sekolah yang layak. Menamatkan pendidikan TK & SDN IKIP Percontohan Labschool Jakarta (2001), SLTPN 115 Jakarta (2004), SMAN 21 Jakarta (2007), Universitas Negeri Jakarta (Sarjana, 2012), Universitas Pancasila (Magister, 2014). Satu pertanyaanku, "Kenapa mereka tak henti menyekolahanku, yang sudah pasti berbiaya besar?". Ku putar masa laluku, saat aku duduk pada bangku SLTP. Ketika Ayahku terkena pengurangan karyawan di kantor beliau. Ibuku seorang Dosen pada Universitas Negeri di Jakarta. Biaya hidup semakin tinggi, Kehidupan kami semakin sulit, sekalipun untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kasus yang ku ingat dan cukup ekstrim adalah ketika untuk makan pun Ayah dan Ibu harus menjual tumpukkan koran bekas demi sepeser Rupiah.

Aku yang dulu pun bergumam, untuk apa sekolah-sekolah ini. Memakan biaya tanpa menghasilkan uang untuk membantu mereka Ayah Ibuku yang sedang dalam masa sulitnya. Tapi mereka terus duduk bersamaku setiap malam, mengajariku belajar mata pelajaran demi mata pelajaran, menanyakan tugasku, Pekerjaan Rumahku, ulanganku, hingga Ujian Akhir Nasionalku. Sampai suatu ketika mereka berkata: "Kamu lahir dan besar di keluarga sederhana. Maafkan kami apabila ada kurang untukmu dan tidak bisa membuatmu seperti teman-temanmu. Percayalah Nak, akan kami usahakan kamu setara dengan mereka. Hanya ada dua kunci sukses hidupmu Nak! Pendidikan dan Karya. Kami mau kamu sekolah sampai jenjang tertinggi, dan berikanlah mahakarya sebanyak-banyaknya. Bukan hanya untuk kamu, bukan hanya untuk kami, tetapi untuk Indonesia."

Guliran waktu membawaku ke tingkat yang lebih tinggi. Kehidupan kami pun membaik. Petuah pendidikan dan karya terus mereka lontarkan, hingga adrenalin motivasiku membanggakan mereka semakin memuncak. Sampai akhirnya aku berhasil lulus pada jenjang Universitas pertamaku dengan Cum Laude. Tuaian pujian demi pujian aku rasakan.

dm-player

Aku pun kembali menorehkan beberapa prestasi yang membanggakan, setidaknya untukku dan orang tuaku. Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di negeri Singapura dan Malaysia, sebagai pemenang sebuah kompetisi English Debate. Kali ini, setidaknya untuk Indonesia, aku menjadi wakil Liasions Officer SeaGames Jakarta-Palembang 2011 untuk Kontingan Vietnam. Dan pada dua hal tersebut, aku merasakan, ketika aku dengan pengetahuan masa kecilku, dapat berbuat sesuatu yaitu menceritakan Indonesia sebagai sebuah negara yang Kokoh Tak Tertandingi dalam hal pariwisata, budaya, seni, dan sejarah, itu semua rasanya SANGAT LUAR BIASA.

Ayahku berpesan ingin sekali aku seperti Ibuku yang saat itu sudah meraih gelas magisternya (Universitas Indonesia 2001), dan dalam proses jenjang program doktoralnya. Beliau berkata, "Kamu dan Ibu kebanggaan Ayah dan Indonesia. Capailah pendidikan hingga Profesor dan berikan sesuatu untuk Indonesia".

Maka akupun masuk kembali ke gerbang sekolah pada jenjang Magister, dan kembali tamat dengan Cum Laude pada Universitas Pancasila (2014). Ibuku pun meraih gelar ketiganya sebagai seorang Doktor pada Universitas Negeri Jakarta (2016). Dan Ayah melihatku memakai toga keduaku itu, tapi tak ada umur beliau melihat istrinya memakai toga ketiganya. Ayahku meninggal dunia pada 02 Januari 2015.

Ayah, engkau telah tiada. Tapi semangat juangmu ketika hidup memberikanku yang terbaik hingga Profesor nanti akan tetap kuraih. Ibu, engkau masih yang terbaik. Satu tahap lagi dalam hidupmu, engkau meraih gelar Profesormu. Dan inilah kami, aku dengan cita-citaku membanggakan Alm Ayah dan Ibuku, serta kembali membanggakan Indonesia, aku persembahkan Mahakarya ku dan Ibuku berupa submission journal/paper yang berhasil lolos pada Workshop and International Conference Seoul, South Korea 23-24 November 2016, mewakili delegasi dari Indonesia. Sekaligus mendekatkan Ibuku pada kumpulan kum beliau, sebagai langkah terakhirnya mencapai gelar Profesornya.

Ayahku engkau telah tiada, Ibuku engkau masih ada denganku. Lihatlah aku. Lihatlah aku untuk terus menuai prestasi untukku, untuk kalian Ayah dan Ibuku, dan memberikan sesuatu yang Kokoh Tak Tertandingi untuk negara tercintaku ini, Indonesia. Dan apa yang kalian ucapkan, dengan segala keluh kesahku menempuh pendidikan yang terus kalian tanamkan, sekarang aku rasakan. Pendidikan dan Karya! Hanya itu tempat dimana aku dapat dihargai di dunia ini, dan bekal di akhiratku kelak.

Yogi Agustira Photo Writer Yogi Agustira

26 years old. An employee in PT Bank Kesejahteraan Ekonomi, as a Marketing Communication, Department of Funding Retail and Treassury. Magister from Pancasila University and Bachelor Degree from State University of Jakarta, majoring Economic Management. As a Banker since 4 years ago with a First Job at PT. Panin Bank Tbk, as a Personal Banker and got promotion as a Relationship Manager ( 2 years 7 month Experience ), then got a new job as Officer Development Program PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (until now). My hobby is travelling around the world, to find a new country, culture, art, history, and awesome people from each country who i attended before for sharing each other and promote Indonesia as a beautiful country which should to visit. I have a blessed family. Our family is really ordinary. But i growed up from Parenting Educational. My father as an Engineer at PT Kramayudha Tiga Berlian (Mitsubishi Motors). He's Rest In Peace at January, 2015 in 64 years old. My Mother (57 years old) as a Associate Professor from State University at Jakarta, and a Lecturer since 32 years ago in there. I have one brother and no sister. My big brother named Yohan Yudistira (31 years old) as a Human Capital Employee at one company in Jakarta. He's married and have a son. My Sister in Law as an employee at one Banking Industry in Jakarta. And im still single until now. Cause i just stayed with my mother in my home. My brother who marriaged with her wife having a house with their small families. And this is my destiny, to make my mother and father (alm) proud of me as their son.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya