5 Privilege yang Bisa Diberikan Orangtua ke Anak, Gak Melulu Uang
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kindel Media)
Menjadi orangtua yang bijak dengan mempersiapkan diri secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk memiliki anak ialah privilege tersendiri yang akan dimiliki anak, bahkan sebelum ia lahir. Orangtua tipe ini tak akan egois dengan melahirkan banyak hal sebagai tabungan atau investasi jangka panjang, bak sang anak memiliki hutang yang harus dibayarkan di masa depan.
Menjadi orangtua yang bisa memberikan banyak privilege ke anak itu tak harus kaya secara finansial terlebih dahulu, lho. Meskipun tak menutup kemungkinan di dalamnya juga butuh modal finansial untuk menunjang. Pun uang secara harfiah juga otomatis jadi privilege bagi anak. Berikut ulasan sederet kombinasi privilege lain yang bisa diberikan orangtua kepada anak-anaknya.
Baca Juga: 4 Kondisi Jadi Smart Privilege Ternyata Cukup Menguntungkan
1. Kesempatan memiliki orangtua dengan pemikiran terbuka
ilustrasi orangtua dan anak (pixabay.com/Mimirebelle)Sadar atau tidak, di era modernisasi kehidupan yang sudah cukup kompleks ini, nyatanya masih banyak orangtua yang memiliki pemikiran kolot. Salah satu wujud sederhananya, yakni pemikiran tertutup akan senioritas posisi orangtua dan anak.
Masih banyak orangtua yang gila hormat dari sang anak, pun merasa memiliki kehidupan sang anak. Dengan begitu, tak heran orangtua dengan pemikiran tertutup akan selalu mengatur hingga menuntut anaknya untuk menuruti segala keinginan dan perintahnya.
Sebaliknya, menjadi orangtua dengan pemikiran terbuka akan senantiasa membuka peluang besar bagi anaknya untuk memiliki hidupnya dengan sesungguhnya. Yang mana senantiasa membuka kesempatan yang selebar-lebarnya untuk sang anak bisa mengeksplorasi banyak hal.
Orangtua yang terbuka juga selalu mendiskusikan sesuatu secara dua arah, dengan kedudukan anak dan orangtua sama-sama punya hak untuk berpendapat. Bahkan, orangtua juga berani mengakui kesalahannya hingga meminta maaf pada anak-anaknya jika memang bersalah. Tentunya, memiliki orangtua dengan pemikiran terbuka seperti ini jadi privilege tersendiri, ya.
2. Kesempatan memiliki orangtua yang multi peran
ilustrasi orangtua dan anak (pixabay.com/gpalmisanoadm)Belajar untuk menjadi orangtua terbaik pada dasarnya bukan hanya menjalankan peran selayaknya definisi orangtua. Yakni, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya, bukan hanya itu, ya. Secara lebih kompleks, anak membutuhkan orangtua jadi multiperan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Selayaknya bisa menjadi guru terbaik saat anak memiliki pekerjaan rumah. Bisa menjadi mentor bijaksana saat anak tumbuh dewasa dengan menghadapi segala badai yang ada di kehidupannya. Pun menjadi sosok sahabat hingga pasangan anak yang penuh kasih dan sayang, sesederhana mengucapkan terima kasih, meminta maaf, meminta tolong, hingga mengucapkan rasa cinta, dan sejenisnya. Menjadi privilege tersendiri untuk bisa tumbuh dengan orangtua yang penuh cinta seperti ini.
3. Kesempatan anak untuk memilih karier berdasarkan bakat dan minat
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Zen Chung)Tanpa sadar, masih banyak orangtua yang mengatasnamakan demi kebaikan anak untuk menjadi dalih menyetir karier sang anak. Padahal, karier terbaik versi orangtua itu belum tentu baik bagi anaknya, lho. Apalagi, jika tanpa pernah bertanya apa bakat dan minat anak, terlebih tak tahu dan tak mau tau akan hal tersebut.
Sebaliknya, menjadi privilege tersendiri saat orangtua memberikan anak kesempatan untuk bisa berkarier sesuai dengan passion akan kapabilitas yang dimiliki. Tentunya, dengan hal ini orangtua turut membantu anak untuk berbahagia dalam kehidupan karier yang dijalani. Yakni, bisa berkarier tanpa beban hingga peluang mengembangkan karier secara maksimal lantaran sesuai dengan bakat dan minatnya.
Baca Juga: 4 Bukti Kamu Gak Butuh Privilege Buat Jadi Penulis
4. Kesempatan untuk anak mengalami kegagalan
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kindel Media)Kasarnya, sejatinya fungsi memiliki orangtua ialah menjadi garda terdepan untuk anaknya saat mengalami kegagalan. Bukan malah sebaliknya, mendikte anak untuk jangan gagal, bahkan memarahi anak atas kegagalannya setelah sudah berjuang mati-matian.
Jika bisa dibalikkan, sejatinya orangtua memiliki kewajiban untuk menanggung hingga memberikan berbagai modal untuk anaknya bisa kembali bangkit dari kegagalannya. Nah, kesempatan untuk gagal ini hanya bisa diberikan oleh segelintir orangtua yang mapan dalam berbagai hal. Termasuk mapan secara finansial agar sang anak punya peluang dan boleh untuk gagal berkali-kali hingga bisa mencoba lagi berkali-kali.
Setidaknya, jika tak bisa menjadi modal utama secara finansial untuk memberikan kesempatan gagal bagi sang anak. Maka, jadilah rumah yang tidak mudah memberikan judgement atas kesalahan, kekurangan, hingga kegagalan anak. Dengan begitu, anak tidak akan semakin terpuruk atas duka yang sudah menimpanya.
5. Kesempatan anak untuk berkembang tanpa menjadi generasi sandwich
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Anastasia Shuraeva)Puncaknya, jangankan kesempatan gagal, memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minta saja tak punya kesempatan untuk mendapatkannya. Ya, hal pedih tersebut dirasakan oleh segelintir anak yang kurang beruntung.
Sebaliknya, menjadi orangtua yang mapan sebelum melahirkan anaknya ke dunia artinya telah memberikan privilege tersendiri ke sang anak. Yakni, tidak hanya siap membiayai kehidupan anak dari kecil hingga dewasa. Tetapi juga tidak merepotkan anak saat orangtua sudah lansia, terlebih membebani anak dengan membiayai kehidupan adik-adiknya.
Pada akhirnya, saat orangtua memberikan segala privilege yang seharusnya bisa menjadi milik anak, pun jadi kewajiban orangtua atas sang anak. Nantinya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang melestarikan hal baik tersebut dengan memiliki aneka privilege yang siap diberikan kepada anak-anaknya hingga generasi berikutnya.
Baca Juga: 5 Keuntungan Punya Orangtua dengan Pemikiran Terbuka, Jadi Privilege!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
