5 Tanda Terlalu Memanjakan Anak, Takut Tegas Sedikit Bikin Trauma

Anak juga perlu didisiplinkan dan ditegur jika salah

Kesadaran akan pentingnya ilmu parenting pada orangtua muda sangat bagus. Minatmu dan pasangan dalam mempelajarinya diharapkan membuat kalian mampu mengasuh anak dengan lebih baik. Tapi ada sisi lain yang justru perlu diwaspadai, yaitu orangtua masa kini terkadang menjadi terlalu takut buat bersikap tegas pada anak.

Padahal, anak juga perlu didisiplinkan serta diberi tahu dengan jelas tentang apa yang boleh atau gak boleh dilakukannya lengkap dengan alasannya. Namun, kamu dan pasangan khawatir kalau-kalau ketegasan kalian malah membuatnya tertekan sampai trauma. Tanpa sadar kalian kemudian bersikap permisif alias membolehkan anak berbuat apa saja.

Sikap orangtua ini akhirnya membentuk karakter anak menjadi manja. Sayangnya, sifat manja ini bisa bertahan sampai masa dewasanya, bahkan hinggga ia pun sudah menjadi orangtua nantinya.

Hal itu akan menyulitkannya dalam menjalankan perannya sebagai orang dewasa yang seharusnya mandiri. Jika lima tanda salah asuh berikut terjadi dalam keluargamu, segeralah memperbaikinya sebelum terlambat.

1. Memilih selalu melayani daripada melatih anak agar bisa sendiri

5 Tanda Terlalu Memanjakan Anak, Takut Tegas Sedikit Bikin Traumailustrasi mengasuh anak-anak (pexels.com/Sunvani Hoàng)

Perlu ada batasan ketika orangtua melayani kebutuhan anak. Lakukan hal tersebut hanya saat anak benar-benar tidak bisa melakukannya sendiri. Namun, secara bertahap anak harus terus dimotivasi serta dilatih supaya memiliki kemampuan buat mengerjakannya sebaik kamu.

Hal-hal sederhana seperti mengambil dan memakai sepatunya sendiri mestinya dapat dilatih lebih awal. Tinggal dirimu membelikan model sepatu yang mudah dipakai oleh anak seusianya. Begitu pula dengan membawa peralatan makannya yang kotor ke dapur sebelum nantinya dia pun berlatih mencucinya sendiri.

Akan tetapi bila semua itu tidak terjadi di rumahmu padahal anak sudah cukup besar, berarti kamu terlampau memanjakannya. Begitu anak mampu menggenggam dan berjalan, ia siap belajar tentang kemandirian sedikit demi sedikit. Kalau sampai anak masuk sekolah dasar saja kamu atau pasangan masih melayaninya ini itu, PR kalian adalah jangan lagi memanjakannya.

2. Tidak selektif dalam memenuhi keinginannya dan gak kasih edukasi

5 Tanda Terlalu Memanjakan Anak, Takut Tegas Sedikit Bikin Traumailustrasi keluarga (pexels.com/PNW Production)

Keinginan anak tidak semuanya perlu dituruti. Bisa karena alasan keuangan atau keinginannya kurang penting dan malah dapat berbahaya buat anak. Contohnya, anak minta dibelikan gadget yang lebih canggih untuk bermain. Apabila kamu memenuhinya, nanti sepanjang hari dia cuma main gawai terus.

Belajar, makan, dan tidurnya sampai terganggu. Bahkan emosinya menjadi gak stabil karena dia sering kesal sendiri ketika kalah dalam permainan. Kecemasannya berpisah dengan perangkat canggih tersebut juga amat besar. Oleh sebab itu, orangtua mesti mampu mengatakan tidak untuk sejumlah keinginan anak.

Setiapnya disertai dengan penjelasan yang masuk akal, benar, serta bisa dicerna oleh anak. Tak tepat apabila ada anggapan bahwa memenuhi setiap keinginan anak adalah kewajiban orangtua.

Tergantung apa keinginannya, baik dan buruknya kalau diikuti, serta kemampuan orangtua sendiri. Kamu dan pasangan bakal kesusahan apabila kelak keinginan anak makin bermacam-macam.

Baca Juga: 5 Risiko Apabila Orangtua Terlalu Memanjakan Anak, Susah Mandiri!

3. Bukannya menegur malah mencari pembenaran atas kesalahan anak

5 Tanda Terlalu Memanjakan Anak, Takut Tegas Sedikit Bikin Traumailustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Kampus Production)

Orangtua tak perlu bersikap berlebihan ketika anak melakukan kesalahan. Berlebihan di sini dapat berarti dua hal, menghukumnya jauh lebih berat daripada kesalahan yang dilakukan atau malah membelanya mati-matian. Apabila kamu menghukum anak terlampau keras, ini akan menjadi trauma dalam dirinya.

Ke depan ia bakal terlalu takut untuk melakukan apa pun. Padahal, kesalahan dapat terjadi pada siapa saja serta bisa menjadi sarana untuk belajar. Akan tetapi jika kamu sibuk mencari pembenaran atas kesalahan anak juga tidak tepat. Nanti dia kesulitan memahami mana hal yang baik dan benar dengan hal buruk serta salah.

Sesayang apa pun dirimu pada anak, jangan kehilangan objektivitasmu. Jadilah orang yang pertama kali menegur kesalahan anak ketimbang ia merasa dipermalukan oleh teguran orang lain di depan umum. Kamu lebih mengenal karakternya sehingga tahu cara menegur yang tepat. Bahkan dirimu bisa hanya menggunakan kode yang dengan cepat dipahami oleh anak.

4. Tidak menegakkan peraturan di rumah

5 Tanda Terlalu Memanjakan Anak, Takut Tegas Sedikit Bikin Traumailustrasi keluarga (pexels.com/Vitaly Gariev)

Rumah tanpa aturan akan menyebabkan berbagai kekacauan. Apalagi ada anak yang harus dididik sejak dari dalam rumah. Jangan sampai anak yang tidak biasa dengan peraturan ini kaget saat berhadapan dengan berbagai ketentuan di luar rumah.

Di sekolah misalnya, ada banyak sekali tata tertib yang kudu dipatuhi siswa. Pelanggaran atas tata tertib tersebut akan membuahkan sanksi. Bahkan ketika anak bermain dengan teman sebaya di kompleks perumahan, juga ada peraturan tidak tertulis supaya jangan sampai mengganggu atau merusak properti tetangga.

Anak yang tidak dibiasakan agar patuh pada aturan di rumah, di luar rumah akan menabrak semua ketentuan. Ia kesulitan beradaptasi di lingkungan mana pun. Maka penting untuk orangtua memiliki dan menegakkan aturan di rumah.

Tentu setiap peraturan harus dibuat dengan alasan serta tujuan yang kuat dan bukan sekadar untuk mempersulit anak. Aturan di rumah juga tidak hanya ditujukan buat anak, melainkan seluruh anggota keluarga dengan beberapa penyesuaian. Ada kalanya toleransi diberikan dalam situasi tertentu. Namun, aturan harus lebih sering ditegakkan biar orangtua gak terkesan cuma bermain-main ketika membuatnya. 

5. Perilaku anak makin lama makin buruk

5 Tanda Terlalu Memanjakan Anak, Takut Tegas Sedikit Bikin Traumailustrasi keluarga (pexels.com/Kindel Media)

Inilah hasil dari sikap orangtua yang selalu memanjakan anak. Tidak ada perbaikan dalam perilakunya. Bahkan anak yang manis dapat berubah nakal karena terlalu dimanjakan. Sementara anak yang sudah memiliki masalah perilaku bakal tambah sulit untuk dikendalikan. 

Sebagai contoh, kamu dan pasangan selalu melayani anak seperti dalam poin pertama. Anak dapat menyuruh kalian melakukan apa pun dan kapan saja ia merasa memerlukannya. Lama-kelamaan anak gak cuma berani menyuruh orangtua. Tapi juga siapa pun orang dewasa yang ada di sekitarnya seperti om, tante, kakek, nenek, atau guru lesnya.

Perilakunya yang tak tepat makin menjadi-jadi. Bakal tambah susah buatmu mengubahnya. Walaupun teguran pertama darimu serta pasangan akan membuatnya patah hati, ini wajib dilakukan daripada perilakunya kian parah.

Jangan berusaha menenangkan diri dengan keyakinan bahwa buruknya perilaku anak seperti satu fase yang akan berlalu dengan sendirinya. Perubahan ke arah yang positif memerlukan peran besar orangtua. Bahkan mungkin juga kombinasi peran orangtua, guru, serta psikolog apabila kondisinya lebih buruk lagi.

Berlebihan memanjakan anak merupakan cara yang keliru dalam mengasuhnya. Tindakan ini menghalangi anak untuk memiliki banyak keterampilan dan mentalnya menjadi lemah.

Sesuatu yang seharusnya menjadi tantangan buat ditaklukkan malah seketika mematahkan mentalnya. Ubah caramu dan pasangan dalam mendidiknya biar anak lebih mandiri dan berkarakter tangguh.

Baca Juga: 5 Alasan Klasik Orangtua yang Kerap Jadi Dalih untuk Memanjakan Anak

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Inaf Mei

Berita Terkini Lainnya