5 Alasan Jangan Memanjakan Saudara Pakai Uang, Beda dengan Menolong

Kasih sayang yang menghancurkan kemandirian

Kamu memang harus punya sikap suka menolong siapa saja. Apalagi pada saudara yang berarti orang terdekatmu dan menjadi bagian dari tanggung jawabmu. Jangan sampai di saat mereka kesulitan serta dirimu sebenarnya mampu membantu malah gak peduli sama sekali. Sampai mereka harus meminta belas kasihan orang lain yang tidak memiliki hubungan persaudaraan.

Akan tetapi, bedakan antara menolong saudara dengan memanjakannya menggunakan uang. Kalau menolong merupakan kewajiban selagi kamu mampu, memanjakan saudara dengan uang justru sangat tidak dianjurkan. Contoh tindakan yang memanjakan saudara pakai uang adalah dirimu tetap memberi banyak uang pada adik yang seharusnya sudah bekerja.

Jumlah uangnya tidak sekadar cukup buat makan dan melamar pekerjaan, melainkan bisa digunakan untuk bersenang-senang. Atau, dirimu membiayai hidup mewah saudara yang bahkan melampaui gaya hidupmu. Hentikan sikap memanjakan seperti ini tanpa kamu perlu merasa gak enak hati. Berikut lima alasannya demi kebaikanmu sendiri maupun saudara.

1. Bikin sebagian dari mereka malas bekerja

5 Alasan Jangan Memanjakan Saudara Pakai Uang, Beda dengan Menolongilustrasi saudara-saudara (pexels.com/Deniss Bojanini)

Kamu gak perlu terus menyuapi saudara yang seharusnya sudah waktunya mandiri. Jika ada saudaramu yang masih kesulitan mendapatkan pekerjaan, maka bantuanmu cukup sejumlah uang buat makannya sehari-hari. Jangan memberinya lebih banyak uang yang malah bikin dia kurang termotivasi untuk segera mencari uang sendiri.

Kalaupun demi menjaga citra diri ia bekerja juga, jangan-jangan itu dilakukannya dengan ogah-ogahan. Dia sering kena sanksi dari kantornya sampai berkali-kali dipecat. Alasan kehilangan pekerjaan mendorongnya untuk tambah bergantung secara finansial padamu.

Begitu juga bila saudaramu ingin membuka usaha, tetapi tak punya modal. Bantuanmu cukup sesuai modal awal yang diperlukannya. Biarkan dia bekerja keras mengembangkan modal itu hingga menghasilkan keuntungan yang berlipat.

Jika dirimu memberikan terlalu banyak uang, usahanya malah belum tentu jalan dan uangmu habis begitu saja. Bila saudara sudah bekerja dan gajinya setara dengan upah minimum atau sedikit di bawahnya, kamu juga gak perlu lagi memberinya uang saku. Ia mesti belajar mencukupkan penghasilannya.

Baca Juga: 7 Bentuk Kebosanan Akibat Terjebak Hiruk-pikuk Kehidupan Sosial

2. Merasa gampang memperoleh uang malah menyia-nyiakannya

5 Alasan Jangan Memanjakan Saudara Pakai Uang, Beda dengan Menolongilustrasi saudara-saudara (pexels.com/khezezخزاز)

Kamu mungkin gak perlu sampai dimintai uang oleh saudara pun sudah memberikannya terlebih dahulu. Dirimu senang bila mampu berbagi sebagian rezekimu yang berupa uang dengan saudara-saudara. Namun, pernahkah kamu memikirkan akibat negatifnya? Saking gampangnya mereka mendapatkan uang darimu boleh jadi malah menyulitkan mereka untuk menghargai uang.

Dalam benak mereka selalu ada pemikiran toh, besok-besok kamu pasti akan memberikan uang lagi. Maka uang yang baru-baru ini didapat segera saja dihabiskan. Hindari dirimu membiarkan tindakan mereka yang tidak menghargai uang dengan pemikiran bahwa itu hak mereka. Setelah kamu memberikan sejumlah uang, uang tersebut bukan lagi milikmu.

Itu memang benar. Kepemilikan uang sudah bergeser darimu ke saudara. Namun, bagaimanapun juga dirimu tidak mendapatkan uang itu segampang mereka menghabiskannya. Kamu mesti bekerja sekian hari dalam seminggu bahkan sering mengambil lembur dan dinas luar kota demi tambahan pemasukan. Saudara seharusnya lebih menghargai uang itu karena hasil kerja kerasmu.

3. Suka uangmu, belum tentu peduli padamu

5 Alasan Jangan Memanjakan Saudara Pakai Uang, Beda dengan Menolongilustrasi saudara-saudara (pexels.com/Nano Erdozain)

Kamu memang ikhlas ketika memberikan uang pada saudara-saudara. Namun, tidak dipedulikan oleh mereka ketika dirimu membutuhkannya akan terasa sangat menyakitkan. Inilah salah satu akibat dari kebiasaan memanjakan siapa pun dengan materi. Mereka menjadi hanya fokus pada uangmu. 

Mereka berpikir bahwa dengan dirimu mampu memberikan uang berapa pun, ini artinya hidupmu baik-baik saja. Punya banyak uang pasti membuatmu gak pernah susah. Kalaupun dirimu sedang sakit atau sedih oleh sesuatu, menyadari isi rekening masih menggunung saja telah membuatmu merasa lebih sehat dan bahagia.

Padahal, sebagai manusia biasa tentu kamu kadang butuh ekstra perhatian dari orang-orang terdekat. Ini bukan hanya soal uangmu masih banyak atau gak. Namun, kepedulianmu selama ini pada mereka seharusnya juga dibalas dengan sikap care yang sepadan. Akan tetapi mereka bisa gak sekadar cuek padamu, melainkan kejam sebab yang dipikirkannya hanyalah uangmu.

4. Makin lama makin banyak uang yang dimintanya

5 Alasan Jangan Memanjakan Saudara Pakai Uang, Beda dengan Menolongilustrasi saudara-saudara (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sekali kamu memanjakan saudara dengan uang, kecenderungannya ialah dirimu harus merogoh kocek kian dalam buat menyenangkan mereka. Kebutuhan mereka bukan lagi tentang hal-hal pokok untuk menyokong kehidupan. Tapi berbagai kesenangan dan kemewahan yang diinginkan pun akan dibebankan padamu. 

Mulanya, dirimu memanjakan dengan jumlah uang sesukamu saja. Mereka gak menentukan nominalnya. Namun, seiring waktu mereka mulai memprotes apabila kamu memberikan uang lebih sedikit daripada sebelumnya. Lama-kelamaan kamu seperti harus menuruti keinginan mereka. Bila sudah begini, dirimu tak bisa lagi merasa ringan saat memberikan uang dan malah terbebani.

Jangan jadikan uang sebagai love language kamu. Kecenderungan manusia ialah suka melihat uang yang lebih banyak sehingga tuntutan saudaramu makin macam-macam. Sementara itu, pendapatanmu barangkali belum naik atau kenaikannya cuma sedikit. Akan tetapi, mereka tidak mau tahu soal itu. Bahkan dulu kamu cuma memanjakan saudara kandung, tapi kini saudara ipar pun tanpa malu mulai meminta materi padamu.

5. Kamu juga punya kebutuhan dan tujuan finansial

5 Alasan Jangan Memanjakan Saudara Pakai Uang, Beda dengan Menolongilustrasi saudara-saudara (pexels.com/Faster Than Light)

Pendapatanmu harus dipakai dengan bijaksana. Tugas utamamu adalah memenuhi berbagai kebutuhan pribadi. Kalaupun ada keluarga yang mesti disokong, batasi hanya orangtua yang sudah gak bisa bekerja atau adik yang masih sekolah atau kuliah. Jangan sampai dirimu memanjakan saudara-saudara sampai kebutuhan sendiri tidak terpenuhi dengan baik.

Sebagai contoh, kamu rela irit sekali buat makan, tetapi memberikan uang bakal saudara jalan-jalan atau nonton film. Semua itu bukan urusanmu. Biar mereka mencari uangnya sendiri selagi dirimu makan sehat dalam jumlah yang memadai biar tubuh gak sakit-sakitan. Tidak salah juga apabila kebutuhan pribadimu lebih banyak dari rata-rata kebutuhan saudara.

Misalnya, tinggal di kota besar membuat biaya hidupmu otomatis lebih tinggi daripada saudara-saudara di daerah. Maka mereka seharusnya memahami bahwa sebagian besar gajimu sudah terpakai untuk mencukupi kebutuhan pribadi. Belum lagi tujuan finansial seperti dirimu ingin punya rumah sendiri, menyiapkan dana pensiun, memiliki usaha sampingan, dan sebagainya. Semua itu harus dibiayai dari gajimu sehingga kamu tak perlu memanjakan saudara dengan harta.

Dari berbagai bentuk pemberian pada saudara, uang memang paling tidak disarankan. Kecuali, hidupnya memprihatinkan dan kamu perlu membantunya agar tetap bisa makan, berobat, serta menyekolahkan anak. Bila saudaramu sudah seharusnya dapat bekerja sendiri, kamu tak perlu lagi memberinya uang. Sebagai gantinya dirimu bisa sesekali membawakan atau mengirimkan makanan buat penguat silaturahmi.

Baca Juga: 7 Akibat Buruk Gak Akur dengan Saudara Kandung

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya