5 Parenting yang Dihindari Orangtua Biar Anak Bermental Kuat

Anak jadi mandiri dan selalu berusaha maksimal

Peranan orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak sejak dini merupakan kewajiban yang tak bisa dihindarkan. Ada tahapan pola asuh yang harus diterapkan kepada anak sesuai dengan tingkat usianya.

Jika anak kita sudah mulai memasuki usia sekolah dasar, maka sudah saatnya para orangtua lebih cermat lagi dalam proses perkembangan fisik, kecerdasan anak, termasuk dalam kesehatan mentalnya juga.

Setiap orangtua memiliki gaya masing-masing dalam menunjukkan kasih sayang dan kepeduliannya kepada sang buah hati. Kita tidak bisa memanjakan anak dalam segala hal, ada kalanya sebagai orangtua harus menjadi tutor terbaik untuk membimbing anaknya agar bisa menjadi kebanggaan semua orang di masa depan.

Terlepas dari peranan orangtua dalam mendampingi pertumbuhan anak, ada beberapa hal yang dihindari orangtua bahkan menolak untuk melakukannya, dengan tujuan supaya anaknya berkembang dengan baik dari segi fisik, pola pikir dan mentalnya. Yuk, disimak poin-poin berikut!

1. Selalu menyelesaikan permasalahan anak

5 Parenting yang Dihindari Orangtua Biar Anak Bermental Kuatilustrasi ibu sedang mendampingi anaknya belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Orangtua kan mendorong anaknya untuk mencoba menyelesaikan tantangan yang mereka hadapi dengan upayanya sendiri, dan memberikan arahan hanya saat diperlukan. Hal ini akan membantu anak untuk meningkatkan rasa percaya diri karena ia mempunyai momen berhasil atas usahanya sendiri.

Dengan perlakuan orangtua yang seperti ini juga dapat menumbuhkan kemandirian anak saat menghadapi masalahnya sendiri untuk mencari solusi yang tepat untuk kebaikan dirinya.

Anak yang terbiasa dengan memecahkan persoalannya sendiri juga daya berpikir otaknya semakin produktif dan berkembang karena sering dilatih motoriknya untuk selalu berpikir. Sehingga ia suatu saat nanti tidak akan ketergantungan kepada orang lain maupun orang terdekatnya, selama ia mampu memberikan solusi pada permasalahan hidup yang dialaminya. Secara mental, anak yang mandiri ini akan terbiasa bersikap tenang saat mengahdapi masalah apapun, otomatis ia memiliki mental yang kuat dalam hidupnya.

2. Selalu melindungi anak dari rasa sakit

5 Parenting yang Dihindari Orangtua Biar Anak Bermental Kuatilustrasi melindungi anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Justru orangtua yang bijak akan membiarkan anaknya mengalami lika liku dan suka dukanya kehidupan sebagai ujian dan tantangan harus dilewati dengan penuh perjuangan. Seperti rasa kecewa, rasa sakit hati, rasa khawatir dan rasa berat beban hidup harus mulai diajarkan kepada anak untuk bisa mengendalikan situasi tersebut sebagai pembelajaran hidup. Karena perjalanan hidup tak selamanya mulus, anak juga harus mampu memahami masa-masa sulit dalam proses pendewasaannya.

Sebagai orangtua yang faham akan keadaan anaknya, tidak bisa terlalu over protective atau membuat si anak berada dalam zona nyaman terus. Ia harus mulai memahami tentang perjuangan hidup yang terkadang kita berada dalam situasi yang tak nyaman.

Justru dari keadaan ini kita akan mengajarkan anak untuk mengambil hikmah dan kesempatan untuk belajar memperbaiki lagi di masa mendatang. Jika anak sudah terbiasa dengan momen yang berat di dalam hidupnya, ia akan mudah termotivasi untuk melakukan perubahan supaya rasa sakit dan rasa berat ujian hidup ini segera lenyap dan berganti dengan momen suka cita yang ia harapkan.

3. Terbentuknya persepsi playing victim

5 Parenting yang Dihindari Orangtua Biar Anak Bermental Kuatilustrasi kebersamaan orangtua dengan anaknya (pexels.com/Anna Shvets)

Playing victim memang berhubungan dengan masalah kesehatan mental, orang yang terkena kasus ini akan selalu merasa diri ini tidak berdaya dan cenderung menyalahkan orang lain atas kemalangan yang ia alami.

Merasa tidak adil dengan keadaan hidup dan bahkan mengalami stress dan depresi akut yang membuat pikirannya tidak bisa tenang. Nah, orangtua bijak dalam menanggapi playing victim tentunya ia akan menolak keras, karena sifat ini tidak boleh mengakar dalam diri anaknya.

Oleh sebab itu, persepsi playing victim harus dibuang jauh-jauh dalam diri anak mulai ia tumbuh berkembang dan mulai bisa berpikir terhadap keadaan yang ada di lingkungannya.

Justru orangtua akan mengajarkan anak untuk membentuk persepsi diri bahwa mereka mampu dan kuat, bukan mental sebagai korban dari sebuah situasi tertentu. Alhasil anak kita akan mampu membentuk kepercayaan diri yang kuat bahwa ia memiliki power untuk mengendalikan keadaan hidupnya sendiri.

Baca Juga: Rahasia Sukses Membesarkan Anak Laki-Laki Menuju Pria Dewasa

4. Menuntut kesempurnaan

5 Parenting yang Dihindari Orangtua Biar Anak Bermental Kuatilustrasi orangtua dengan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kita yakin bahwa tidak ada manusia yang sempurna, namun tetap berusaha untuk menjadi diri ini yang terbaik. Begitu pula yang dialami para orangtua pasti memiliki ekspektasi yang realistis dan memahami bahwa kesalahan yang dibuat anak merupakan bagian dari proses belajar. Maka, kondisi demikian akan mengurangi tekanan yang dirasakan oleh anak.

Upaya yang semestinya dilakukan orangtua yaitu tetap dengan mendukung anak untuk bisa melangkah lagi dan melakukan yang terbaik. Dukungan dan kepercayaan orangtua kepada anak ini yang akan menjadi senjata ampuh baginya untuk menyelesaikan semua tugasnya dengan baik dan bisa membanggakan.

Walaupun ada kegagalan yang didapatinya, orangtua yang faham akan kondisi batin si anak tidak akan merasa kecewa dan marah sedikit pun, akan tetap bangga dan mendukung anaknya untuk terus maju dan mencobanya kembali sampai berhasil.

5. Selalu memberikan perintah

5 Parenting yang Dihindari Orangtua Biar Anak Bermental Kuatilustrasi orangtua sedang makan bersama anaknya (pexels.com/cottonbro studio)

Sebenarnya anak bukan seorang robot yang otomatis akan selalu menjalankan perintah  sesuai kehendak kita. Adakalanya si anak ingin berdiskusi dan berkomunikasi dari hati ke hati tentang keadaan yang dialaminya. Sehingga dengan cara diskusi dan komunikasi dua arah ini akan merasa lebih baik dibandingkan sekedar komunikasi satu arah atau hanya memerintah anak terus.

Perlu diingat bahwa mengajak komunikasi anak akan mebuat ia merasa didengar dan menjadi bagian dari tim, dapat membangun kepercayaan diri anak dan bisa mengambil keputusannya sendiri dengan bijak.

Memberikan perintah kepada anak ada saatnya dilakukan jika kondisinya urgent dan tidak bisa ditoleran lagi. Jadi, memposisikan anak sebagai partner pada situasi tertentu adalah cara efektif agar anak merasa dihargai terhadap upaya yang sudah ia lakukan.

Yakinlah parents! Bahwa apa yang menjadi prinsip dan pemikiran positif kamu dalam mengajarkan anak pasti akan membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan anak di masa depannya.

Tidak ada orangtua yang akan menjebak anaknya berada dalam keterpurukan, namun setiap proses perjuangan harus dijalani dengan baik meskipun jalannya tak selamanya mulus. Memupuk kepercayaan diri dan menguatkan mental anak dalam setiap keadaan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan. So, para orangtua bijak sudah faham apa yang harus dilakukan kepada buah hatinya.

Baca Juga: 5 Tips Mendidik Anak Bersikap Jujur Sejak Dini

Isti Rahmawati Photo Verified Writer Isti Rahmawati

Menulis mewakili perasaan dan pikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi

Berita Terkini Lainnya