Hati-hati, Ini 6 Tanda Orangtua Terlalu Keras pada Anak!

Bisa berdampak buruk terhadap tumbuh kembang mereka

Mengasuh anak adalah tanggung jawab bagi setiap orangtua. Tentu, ini bukanlah sesuatu yang mudah karena setiap anak memiliki karakter berbeda, sehingga berbagai jenis pola asuh mungkin diterapkan demi menemukan gaya pengasuhan yang cocok untuk mereka.

Dalam proses mengasuh anak, tidak jarang orangtua dihadapkan dengan berbagai rintangan, terutama jika anak sudah mulai susah diatur, sering rewel, dan enggan mendengarkan perkataan orangtua. Alhasil, tidak sedikit orangtua yang mengambil langkah tegas demi mendisiplinkan anak mereka.  

Meskipun niatnya baik, tetapi perlu diingat, pendekatan ini juga bisa berdampak buruk terhadap tumbuh kembang si kecil. Ketika orangtua terlalu keras pada anak, anak akan mengalami gangguan kepribadian yang membuatnya mungkin menjadi pribadi penakut, agresif, sulit bersosialisasi atau bahkan tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri.

Hal tersebut, tentu tidak ingin terjadi pada anakmu, bukan? Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa orangtua sudah terlalu keras pada anak. Berikut ulasannya.

1. Bersikap kasar secara fisik terhadap anak

Hati-hati, Ini 6 Tanda Orangtua Terlalu Keras pada Anak!ilustrasi menghukum anak dengan memukul (freepik.com/freepik)

Tanda paling nyata bahwa orangtua sudah terlalu keras pada anak adalah sering bertindak kasar secara fisik, seperti memukul, mencubit, atau menjewer anak. Ada satu titik di mana orangtua mungkin merasa sangat lelah dan stres.

Belum lagi permasalahan pribadi yang mereka hadapi di luar rumah. Namun, penting diingat bahwa mendisiplinkan anak dengan cara memukul, menjewer atau bentuk kekerasan fisik lainnya merupakan tindakan yang sangat buruk.

Menyakiti anak secara fisik mungkin dapat menyelesaikan masalah pada saat itu juga, tetapi hal ini tidak membantu anak-anak belajar berempati atau belajar dari kesalahan yang telah mereka perbuat. Melakukan kekerasan fisik secara berlebihan bukan hanya menjadikan anak takut dan trauma, tetapi juga dapat merusak hubunganmu dengan anak dalam jangka panjang.

2. Sering menggunakan kata-kata kasar dengan nada bicara yang keras

Hati-hati, Ini 6 Tanda Orangtua Terlalu Keras pada Anak!ilustrasi ibu memarahi anaknya (freepik.com/peoplecreations)

Selain melakukan kekerasan secara fisik, orangtua yang terlalu keras pada anaknya juga diitandai dengan sering melontarkan kata-kata kasar dan berbicara dengan nada yang keras. Meskipun terkadang, orangtua pernah berada dalam situasi di mana mereka harus berteriak sekeras mungkin saat anak melakukan sesuatu yang berbahaya atau membentak karena orangtua sudah merasa sangat lelah dan kehilangan kesabaran, tetapi ingatlah bahwa sering meneriaki anak dan berbicara kasar bisa membawa dampak negatif pada kepribadian anak ketika dewasa.

Mengutip Webmd, seorang profesor psikologi di Oberlin College, Nancy Darling, PhD, menyebut, kata-kata yang dilontarkan oleh orangtua kepada anak bisa memengaruhi kepribadian mereka di masa depan. Bahkan, ketika orangtua berbicara dengan suara yang tenang, tetapi kata-kata yang diucapkannya mengandung cacian dan makian, hal itu juga bisa menyebabkan rasa sakit hati dalam diri anak.

Padahal, menurut Eran Magen, seorang psikolog dari laman Huff Post, ada cara yang lebih efektif membuat anak nurut kepada orangtua tanpa harus meneriakinya. Ketika kamu ingin anakmu melakukan sesuatu, membungkuk untuk menatap matanya dan berbicara dengan bahasa yang lembut tapi juga pasti, biasanya akan lebih efektif. Meskipun tidak semua orangtua mampu melakukan hal tersebut di saat-saat genting, tetapi menjaga ketenangan seperti itu dalam setiap situasi dapat membuat anak merespons permintaan dengan lebih baik.

3. Meremehkan perspektif anak

Hati-hati, Ini 6 Tanda Orangtua Terlalu Keras pada Anak!ilustrasi ibu dan anak bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Tentunya setiap orangtua ingin memberikan yang terbaik untuk anak mereka, bukan? Namun, berhati-hatilah, jika kamu sering meremehkan perspektif anak atau menganggap apa yang disukainya tidaklah penting, maka itu bisa menunjukkan kalau kamu terlalu keras pada anak.

Misal, saat makan malam, anak tiba-tiba ingin makan permen. Kamu tahu bahwa makan makanan manis dalam keadaan perut kosong, tidak sehat. Akan tetapi, bukan berarti kamu mengejek keinginan anak untuk makan makanan manis.

Kamu bisa mengatakan ‘tidak’ disertai alasan yang jelas dan masuk akal agar anak dapat mengerti. Tentu, saat menyampaikannya kamu juga perlu menggunakan tutur kata yang tepat serta menunjukkan rasa hormat kepada mereka.

“Sebab, menanggapi keinginan anak dengan mengatakan, ‘Ah itu tidak penting. Ayah yang membuat keputusan di sini!’ akan menjadi contoh perilaku keras terhadap anak,” ujar Magen.

Baca Juga: 5 Keunikan Gaya Parenting Orangtua INTJ, Mengutamakan Keterbukaan!

4. Lebih fokus pada kesalahan anak dibandingkan perbuatan baiknya

Hati-hati, Ini 6 Tanda Orangtua Terlalu Keras pada Anak!ilustrasi anak dimarahi orangtuanya (pexels.com/Monstera Production)

Banyak orangtua yang lebih fokus pada kesalahan anak dibandingkan perbuatan baiknya. Hal ini karena orangtua ingin agar anak-anak mereka terhindar dari kesalahan yang sama. Walaupun begitu, memuji anak saat mereka melakukan hal yang benar juga sama pentingnya, lho.

Bahkan, kalimat pujian umumnya jauh lebih efektif membuat anak terhindar dari kesalahan yang sama daripada menegur mereka secara terus-menerus. Sebagaimana dikatakan oleh Chinwé Williams, selaku konselor berlisensi di Atlanta. Dirinya mengatakan bahwa memberikan pujian merupakan salah satu bentuk cinta orangtua terhadap anak.

“Ketika orangtua terlalu fokus pada kesalahan anak, anak mungkin akan berpikir negatif tentang dirinya sendiri ketika gagal memenuhi standar yang tinggi dari orangtua. Bahkan, mereka mungkin percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun dengan benar,” kata Williams, dilansir Huff Post.

5. Membuat peraturan yang terlalu ketat

Hati-hati, Ini 6 Tanda Orangtua Terlalu Keras pada Anak!ilustrasi memberikan banyak aturan kepada anak (pexels.com/Monstera Prodtion)

Di satu sisi, orangtua memiliki kewajiban untuk membuat peraturan dan menetapkan aturan tersebut dengan tujuan agar anak tetap berada di jalur yang benar. Namun, hal itu bisa menjadi masalah ketika orangtua sudah mulai bertindak berlebihan.

Menurut Darling, orangtua dan anak terkadang tidak selalu sepakat tentang masalah mana yang bersifat pribadi dan mana yang terkait dengan keselamatan atau moral. Contoh, musik dengan nada yang keras mungkin dianggap orangtua sebagai sesuatu yang mengganggu dan harus diatur. Tetapi, bagi anak, ini hanyalah selera pribadi mereka.

“Orangtua mungkin bisa menetapkan peraturan, seperti jam malam, pekerjaan rumah tangga, dan masalah keamanan lainnya. Namun, orangtua tidak boleh terlalu ikut campur pada masalah pribadi anak, mengatur tentang apa yang harus mereka mainkan dan apa yang mereka sukai,” terang Darling.

6. Terlalu sering mengomel

Hati-hati, Ini 6 Tanda Orangtua Terlalu Keras pada Anak!ilustrasi orangtua mengomeli anaknya (freepik.com/karlyukav)

Orangtua perlu mengetahui bahwa anak yang terbiasa diomeli cenderung menjadi pribadi yang pasif dan hanya bertindak jika diingatkan oleh orangtua. Mereka juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengatur waktu dan mengelola tanggung jawab di masa depan.

Di sisi lain, sering mengomel juga bisa membuat anak merasa frustasi dan mengabaikan intruksi serta nasihat orangtua. Walaupun terkadang, orangtua juga merasa lelah, tetapi mengomeli anak secara terus-menerus bisa membuat anak menjadi pribadi yang pemberontak.

Di samping itu, orangtua yang sering mengomel dapat menjadi tanda bahwa mereka belum mampu mengendalikan emosi mereka sendiri. Alhasil, mengomel terkadang menjadi respons atas kekesalan dan stres yang dialami oleh orangtua secara pribadi.

Demikianlah beberapa tanda orangtua terlalu keras pada anak. Penting untuk diingat, bahwa terkadang orangtua pun tidak selalu dapat memenuhi semua harapan setiap saat. Ada kalanya orangtua mungkin merasa gagal dalam mendisiplinkan anak. Akan tetapi, hal itu belum terlambat selama kamu mampu menyadari kesalahanmu dan mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki hubungan dengan anak. Jadi, terapkanlah gaya pengasuhan yang aman, sehat, dan tepat untuk anak kamu, ya!

Baca Juga: 5 Tantangan Parenting di Era Digital, Perlu Jadi Perhatian

Delvi Ayuning Photo Verified Writer Delvi Ayuning

Menulis bukan sekadar menuangkan kata-kata lewat tulisan, tapi lebih dari itu.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya