TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips Parenting Agar Anak Cerdas secara Emosional

Ilmu parenting akan sangat membantu perkembangan anak

ilustrasi keluarga di rumah (Unsplash.com/Jimmy Dean)

Meskipun cerdas akademis penting, membesarkan anak yang cerdas secara emosional tugas terpenting yang dapat dilakukan orangtua. Kecerdasan emosional (EQ)—kemampuan seseorang untuk memahami, menafsirkan, mengekspresikan, dan mengelola emosi mereka sendiri serta kemampuan mereka untuk menjalani hubungan interpersonal dengan kesadaran, empati, dan penghargaan atas pengalaman emosional orang lain—adalah serangkaian keterampilan penting yang berkembang seiring waktu.

Orangtua dapat membantu anak-anak mempelajarinya di usia berapa pun. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan empati, mengatur emosi mereka, dan mengembangkan keterampilan sosial yang akan membantu mereka menjalani hidup. Berikut adalah beberapa strategi untuk mendorong kecerdasan emosional pada anak-anak.

Baca Juga: 5 Tips Jelaskan ke Mertua agar Gak Ikut Campur Soal Parenting, Tegas! 

1. Ajari untuk melabeli perasaan

ilustrasi anak dan ibu (Pixabay.com/Chuck Underwood)

Anak-anak perlu tahu cara mengenali perasaan mereka. Orangtua dapat membantu anak dengan memberi nama pada emosinya dan mengajari mereka cara memberi nama emosi menggunakan kata-kata perasaan. Mungkin juga berguna untuk memberi tahu anak petunjuk yang mereka berikan agar tahu bagaimana perasaan mereka. Misalnya, saat anak sedang kesal karena kalah dalam permainan atau harus berbagi mainan, orangtua bisa berkata, “Ibu perhatikan tanganmu terkepal dan kamu menghentakkan kakimu. Sepertinya kamu sedang marah sekali sekarang, kan?"

Jika mereka terlihat sedih, orangtua bisa berkata, "Ibu perhatikan kamu mengerutkan kening dan meneteskan air mata. Apa kamu merasa kecewa karena kita tidak bisa mengunjungi Kakek dan Nenek hari ini?"Kata-kata emosional seperti “marah”, “kesal”, “malu”, dan “menyakitkan” semuanya dapat membangun kosa-kata untuk mengungkapkan perasaan. Jangan lupa juga untuk menyampaikan kata-kata yang menunjukkan emosi positif, seperti “kegembiraan”, “bersemangat”, “senang”, dan “penuh harapan”.

2. Mencontohkan rasa empati

ilustrasi ayah dan anak (Pixabay.com/pexels)

Saat anak sedang kesal—terutama saat emosinya tampak sedikit dramatis—orangtua mungkin tergoda untuk meminimalkan perasaannya, namun komentar yang meremehkan dapat mengirimkan pesan kepada anak bahwa ada yang salah dengan perasaannya, dan menguranginya. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan mengakui perasaan mereka dan menunjukkan empati—meskipun orangtua tidak mengerti mengapa mereka begitu kesal.

Jika anak menangis karena orangtua memberi tahu mereka bahwa mereka tidak boleh pergi ke taman sampai mereka membersihkan kamarnya, katakan sesuatu seperti, “Saya merasa kesal ketika saya tidak bisa melakukan apa yang saya inginkan. Terkadang sulit untuk terus bekerja ketika saya tidak menginginkannya.” Menunjukkan kepada anak bahwa orangtua menghargai apa yang mereka rasakan dan bahwa kita ingin memahami apa yang mereka rasakan di dalam diri mereka dapat membantu membuat ekspresi emosi mereka yang besar melalui perilaku yang tidak membantu atau tidak pantas menjadi kurang menarik.

Baca Juga: 3 Alasan Gaya Parenting Otoriter Gak Cocok untuk Anak Introvert

3. Mencontohkan ekspresi dari perasaan

ilustrasi ibu dan anak (Pixabay.com/Phillips)

Anak-anak perlu tahu bagaimana mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang pantas secara sosial. Jadi, meskipun mengatakan, “Perasaanku terluka,” atau menggambar wajah sedih bisa membantu, berteriak di depan wajah seseorang atau merusak barang-barangnya bukanlah hal yang baik. Cara terbaik untuk mengajari anak cara mengekspresikan perasaan adalah dengan mencontohkan sendiri keterampilan ini. 

Gunakan kata-kata perasaan dalam percakapan sehari-hari dan berlatihlah membicarakannya. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang cerdas secara emosional lebih mungkin mengadopsi gaya pengasuhan yang kondusif dalam membesarkan anak-anak yang cerdas secara emosional. Jadi, biasakan untuk fokus secara jelas dalam membangun keterampilan agar dapat menjadi panutan yang efektif bagi anak.

4. Mengajari coping skill yang sehat

ilustrasi anak dan orang tua (Pixabay.com/lisa runnels)

Setelah anak memahami emosinya, mereka perlu belajar cara menghadapinya dengan sehat. Mengetahui cara menenangkan diri, menghibur diri, atau menghadapi ketakutan bisa menjadi hal yang rumit bagi si kecil. Ajarkan keterampilan khusus. Misalnya, anak mungkin mendapat manfaat dari mempelajari cara menarik napas dalam-dalam beberapa kali saat ia marah untuk menenangkan tubuhnya. Cara yang ramah anak untuk mengajarkan hal ini adalah dengan menyuruh mereka mengambil “nafas gelembung”, di mana mereka menarik napas melalui hidung dan menghembuskannya melalui mulut seolah-olah mereka sedang meniup melalui tongkat gelembung.

Orangtua juga dapat membantu anak membuat alat-alat yang membantunya mengatur perasaannya. Buku mewarnai, buku lelucon favorit, musik yang menenangkan, dan losion yang wangi adalah beberapa barang yang dapat membantu melibatkan indra dan menenangkan emosinya. Masukkan barang-barang tersebut ke dalam kotak khusus yang dihiasnya. Kemudian, ketika mereka sedang kesal, ingatkan mereka untuk mengambil perlengkapan menenangkan diri dan berlatih menggunakan alat tersebut untuk mengelola emosinya.

Verified Writer

Windy Septiyanti

writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya