Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga menjadi satu masalah yang kerap dihadapi oleh banyak pasangan. Sebetulnya bukan hanya perempuan saja yang berpotensi menjadi korban dari tindak KDRT, melainkan juga pria.
Sayangnya terkadang cara dalam menghadapi KDRT tersebut tidaklah selalu tepat. Bahkan ada pula pasangan yang tetap melakukan beberapa kesalahan berikut ini saat memperoleh tindak kekerasan dalam rumah tangga.
1. Diam dan pasrah
ilustrasi merasa sedih (pexels.com/@valeria-ushakova) Tak dapat dimungkiri bahwa kekerasan dalam rumah biasanya akan menyebabkan efek traumatis tersendiri. Hal ini mungkin yang membuat korban jadi cenderung pasrah dalam menerima kekerasan tersebut.
Sayangnya berdiam diri dalam masalah tersebut tidak akan menyelesaikan apa pun. Bukan dengan cara melawan balik secara fisik, namun harus berani bersuara dalam menyampaikan kesulitannya selama ini.
Baca Juga: 5 Cara Meredam Amarah Pasangan Saat Konflik, Jauhi KDRT!
2. Menutupinya seperti aib
ilustrasi bertengkar (unsplash.com/@javaistan) Kekerasan dalam rumah tangga bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi. Apalagi jika membawa dampak yang buruk bagi diri sendiri dan anak-anak. Justru dengan menganggapnya aib, maka pelaku KDRT tidak akan pernah mendapatkan sanksinya.
Jelas saja korban dari KDRT wajib bersuara untuk menyatakan posisinya. Setidaknya dengan berani bersuara, maka tindakan seperti ini dapat dicegah di kemudian hari.
3. Menganggap pasangan akan berubah
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/@timur-weber) Satu mindset keliru yang kerap terdapat dalam rumah tangga adalah menganggap pasangannya mau berubah. Apalagi jika sebelumnya justru pasangan memiliki karakter yang kasar dan buruk.
Padahal watak seseorang tetaplah seperti itu dan kamu tak dapat mengubahnya terkecuali ia ingin berubah sendiri. Sama halnya apabila pasanganmu merupakan pelaku KDRT, sehingga kamu tidak bisa terus menerus memaklumi tindakan pasangan.
4. Bertahan demi anak
ilustrasi keluarga bahagia (unsplash.com/@jimmydean) Berada dalam hubungan yang sudah dikaruniai anak memang tidaklah mudah. Terkadang ada banyak pertimbangan mengenai anak sebelum mengambil keputusan. Namun, kamu tidak bisa terus menerus seperti ini apabila memang memikirkan soal anak.
Mempertahankan rumah tangga justru akan membuat anak turut tersiksa. Justru hal ini akan mengancam kondisi mental anak, sebab akan memperoleh pengaruh buruk dari tindakan orangtuanya sendiri.
Baca Juga: 5 Strategi Menghadapi KDRT, Jangan Balas dengan Kekerasan Juga!