TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenali Arti Suara Bayi Nangis, biar Ibu dan Ayah Bisa Paham!

Setiap tangisan bisa memiliki makna tersendiri

Ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Yan Krukau)

Menjadi orangtua baru tentu rasanya sangat luar biasa. Meski demikian, selain merasakan banyak berkah dan kebahagiaan, menjadi tantangan tersendiri ketika merawat seorang bayi. Terutama saat bayi menangis. Pasalnya, apa pun yang mereka rasakan pasti akan diekspresikan dengan menangis selama si kecil belum bisa berbicara.

Tapi para ibu dan ayah tak perlu khawatir atau bingung memahaminya. Ternyata tangisan bayi bisa memiliki makna tersendiri. Untuk itu, berikut ini penjelasan arti suara bayi nangis yang perlu ibu dan ayah tahu.

1. Jenis suara bayi menangis

ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Antoni Shkraba)

Mengutip laman Baby Center, menurut Colleen de Bellefonds yang tulisannya telah di-review oleh dokter anak sekaligus dewan penasihat medis BabyCenter Medical Advisory Board, Chandani DeZure, M.D., FAAP, secara universal bayi memiliki beberapa jenis suara tangisan. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa bayi seakan memiliki ‘perpustakaan mini’ yang berisi suara mereka untuk digunakan dalam mengkomunikasikan kebutuhannya.

Salah satu teori yang paling terkenal adalah Dunstan Baby Language, yang menjelaskan serangkaian ‘kata’ yang digunakan semua bayi di bawah usia 3 bulan untuk mengungkapkan kebutuhannya sebelum mereka mulai menangis. Berikut ini lima jenis suara tangisan bayi dari teori tersebut.

  • "Neh": Bayi sedang kelaparan.
  • "Eh": Bayi perlu bersendawa.
  • "Owh/Oah": Bayi merasa lelah.
  • "Eair/Eargghh": Bayi merasa kram atau nyeri perut bagian bawah.
  • "Heh": Bayi merasa ketidaknyamanan secara fisik, baik udara panas, popok basah, dan sejenisnya.

Para peneliti telah menemukan beberapa bukti bahwa teori Dunstan Baby Language cukup akurat menggunakan program komputer pengenalan emosi berbasis suara. Sebuah penelitian memasukkan 250 rekaman dan maknanya ke dalam program komputer tersebut, kemudian menggunakan program itu untuk menguji keakuratan rekamannya. Ditemukan bahwa metode Dunstan Baby Language benar dalam mengklasifikasikan tangisan bayi sebesar 89 persen.

Studi lain menggunakan data yang sama pada model komputer yang serupa namun lebih baik, menemukan bahwa metode Dunstan secara akurat mengklasifikasikan tangisan sekitar 95 persen. Namun penelitian ini sifatnya masih kecil dan terbatas.

Baca Juga: 6 Gaya Parenting yang Bisa Kamu Pelajari dari Pengalaman sebagai Anak

2. Kenali arti suara bayi nangis

ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Sarah Chai)

Bayi cenderung mengeluarkan tangisan yang berbeda-beda untuk mengekspresikan kebutuhan atau emosinya. Banyak orangtua yang bisa ‘memecahkan kode’ tangisan bayinya. Tapi gak sedikit juga orangtua lain yang bingung dan belum bisa memahami arti tangisan si kecil.

Melansir laman What to Expect, menurut Catherine Donaldson-Evans yang tulisannya telah di-review oleh dokter anak yang biasa menangani bayi baru lahir, Jesil Pazhayampallil, M.D., F.A.A.P., telah membeberkan beberapa arti suara bayi menangis. Simak di bawah ini.

Si kecil sedang lapar

  • Suara tangisan: Tangisan bernada rendah, berirama, berulang-ulang, dikombinasikan dengan isyarat lain seperti mencari payudara, gerakan menghisap dengan lidah, mengecup bibir, atau memasukkan jari ke dalam mulut.
  • Solusi: Respons isyarat lapar bayi dengan cepat. Jika sudah terlambat dan dia sudah kesal, si kecil akan meminum asi atau susu kemudian bisa gumoh, yang mungkin akan menyebabkan lebih banyak tangisan.

Si kecil lelah atau tidak nyaman

  • Suara tangisan: Tangisan cengeng, sengau, dan terus-menerus yang intensitasnya meningkat. Biasanya ini merupakan tanda bayi lelah atau merasa tidak nyaman.
  • Solusi: Periksa popoknya apakah sudah waktunya diganti atau mungkin baju basah karena keringat. Lalu bantu si kecil untuk tidur sebanyak yang ia perlukan.

Si kecil marah

  • Suara tangisan: Tangisan rewel dan cengeng. Dia mungkin juga mencoba memalingkan kepala atau tubuhnya dari pemandangan atau suara yang terlalu mengganggunya.
  • Solusi: Saat kamu mengenali tangisan ini, cobalah menjauhkan bayi dari kebisingan, gerakan, rangsangan visual atau apa pun yang membuatnya stres. Lingkungan yang lebih tenang dapat membantunya.

Si kecil bosan

  • Suara tangisan: Tangisan ini dimulai dengan suara menderu-deru, kemudian berubah menjadi rewel, tangisnya meledak, bergantian dengan rengekan.
  • Solusi: Gendong si kecil, coba tenangkan agar tangisnya segera berhenti.

Si kecil kolik

  • Suara tangisan: Ratapan atau jeritan yang intens, disertai gerakan gelisah. Kolik sering terjadi pada sore atau malam hari, dan bisa berlangsung berjam-jam. Biasanya mencapai puncaknya sekitar 6 minggu setelah kelahiran dan hilang pada saat bayi berusia 3 hingga 4 bulan.
  • Solusi: Meskipun sulit untuk menenangkan bayi kolik, kamu dapat mencoba posisi meletakkannya tengkurap di lengan bawah atau di atas lutut, menopang kepalanya dan mengusap punggungnya. Kamu juga dapat mencoba membaringkannya dan dengan lembut mendorong lututnya hingga ke perut selama 10 detik, kemudian melepaskan dan ulangi, dengan harapan bisa mengeluarkan gas keluar dari perutnya.

Si kecil sakit

  • Suara tangisan: Rengekan lembut yang lemah dan terdengar seperti sengau, dengan nada yang lebih rendah dibandingkan tangisan lelah. Seolah-olah bayi tidak mempunyai tenaga untuk menaikkan volume suaranya. Jika kamu mencurigai bayi sakit, waspadai gejala-gejala tambahan yang perlu segera dibawa ke dokter, seperti demam, diare, sembelit, muntah, ruam, dan hal lain yang tampaknya tidak biasa terjadi pada bayi ibu.
  • Solusi: Bayi terkadang memang sakit dan seringkali hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Tapi, penting untuk memercayai insting ibu. Jika khawatir dengan kondisinya, segera hubungi dokter.

3. Bagaimana jika tidak mengetahui alasan bayi menangis?

ilustrasi bayi menangis (pixabay.com/Ben Kerckx)

Pada dasarnya ibu tak perlu khawatir jika tidak mengetahui alasan mengapa si kecil menangis. Dan yakinlah bahwa masih banyak ibu lain di luar sana yang merasakan hal yang sama. Pasalnya, beberapa tangisan bayi baru lahir terkadang sama sekali tidak berhubungan dengan kebutuhan dasarnya. Faktanya, 80 hingga 90 persen bayi mengalami sesi menangis selama 15 menit hingga satu jam yang tidak mudah dijelaskan atau diterjemahkan sekalipun dengan metode yang dijabarkan sebelumnya.

Sebagian besar sesi menangis ini terjadi di malam hari. Bisa jadi inilah saat yang paling sibuk dan menegangkan dalam sehari di rumah bagi ibu. Semua orang lelah, semua orang lapar, dan persediaan ASI ibu mungkin sedang berada pada titik terendah. Memang kondisi ini tidak mudah bagi siapa saja.

Atau mungkin setelah seharian sibuk mengamati dan memproses segala pemandangan, suara, dan rangsangan lain di lingkungannya, bayi hanya perlu melepas lelah sambil menangis. Menangis selama beberapa menit, terkadang bisa membantunya tertidur.

Tapi yang paling perlu dicatat, jika ibu merasa mendengar tangisan tidak nyaman atau kesakitan dari si kecil, periksalah apakah ada sesuatu yang membuat anak tidak nyaman, seperti pakaian, popok, dan lainnya. Jika tangisan bayi terasa sangat lama atau intens bahkan dibarengi dengan demam, sebaiknya hubungi dokter.

Baca Juga: 6 Gaya Parenting yang Bisa Kamu Pelajari dari Pengalaman sebagai Anak

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya