TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Perilaku Buruk Balita yang Gak Boleh Diabaikan, Bisa Keterusan!

Jangan sampai jadi kebiasaan hingga dewasa

ilustrasi balita dengan orangtuanya (pexels.com/Antoni Shkraba)

Terkait umurnya yang masih sangat muda, anak balita masih belum tahu dan bisa membedakan mana perilaku yang baik dan buruk, mana yang harus ia hindari, dan mana yang boleh atau tidak. Oleh sebab itu, di sini peran orangtua sangat dibutuhkan untuk bisa membentuk karakter anak yang lebih baik lagi.

Mungkin untuk beberapa hal kurang baik yang dilakukan balita masih bisa diwajarkan dan ditolerir. Tapi, ada juga perilaku yang sebaiknya jangan sampai diabaikan oleh orangtua, sebab kemungkinan besar itu akan melekat dan membentuk karakter yang kurang baik buat anak ketika ia tumbuh dewasa.

Lantas, perilaku apa sajakah itu? Yuk, simak penjelasannya di bawah!

1. Menyela saat sedang berbicara

ilustrasi ibu dengan laptop (pexels.com/Yan Krukau)

Anak balita dengan semangat dan antusiasnya yang tinggi mungkin akan cukup sering menginterupsi kamu ketika sedang berbicara dengan orang lain. Mungkin itu terlihat seperti sesuatu yang biasa saja, tapi membiarkan perilaku tersebut terus melekat akan berdampak kurang baik bagi perkembangan perilakunya kelak.

Jerry Wyckoff, seorang psikolog, dikutip Parentsmengatakan, "Itu akan berakibat anak memiliki pemikiran, bahwa ia berhak mendapatkan perhatian orang lain dan gak akan mampu menoleransi rasa frustasi".

Untuk mengatasinya, jika anakmu sudah cukup paham mengenai nasihat, coba beri ia pemahaman bila akan ada tamu atau kamu akan melakukan panggilan telepon, lalu kamu bisa tawari ia untuk memainkan mainannya selama kamu sedang mengobrol. Untuk anak yang lebih kecil, kamu bisa ajak ia untuk memainkan permainan tertentu hingga membuatnya tetap sibuk.

Selain itu, berikan juga alternatif lain ketika anak membutuhkan dirimu. Alih-alih langsung menginterupsi obrolanmu, minta ia untuk melakukan gestur, seperti memegang bahu, menarik sedikit baju, atau gestur lain yang bisa dijadikan kode isyarat ketika anak butuh sesuatu darimu. Sentuhan fisik menawarkan cara terhubung tanpa suara yang dapat membantu anak merasa dilihat dan didengar saat mereka berlatih menunggu.

2. Bermain dengan kasar

ilustrasi anak bermain dengan temannya (pexels.com/Alex Green)

Bermain tangan seperti memukul, mencubit, serta mendorong teman bermainnya juga menjadi sesuatu yang jangan sampai diabaikan. Michele Borba, psikolog dan penulis buku, dikutip Parents, menjelaskan bila perilaku kasar anak bisa menjadi kebiasaan yang mengakar. Ditambah lagi, hal ini memberikan pesan bahwa menyakiti orang lain adalah hal tepat dan dapat diterima.

Ledakan emosi merupakan hal wajar dan kerap dialami balita. Selain itu, ia juga masih belum memiliki kendali impuls dan kurangnya penguasaan kosa kata membuatnya menyalurkan amarah secara fisik.

Ketika hal tersebut terjadi, balita mungkin butuh bantuanmu untuk gak menendang, mencubit, dan memukul temannya. Katakan dengan lembut bahwa, "Kita gak boleh memukul", sebagai isyarat aturan yang harus ia taati. Selain itu, kamu juga perlu memegang tangannya untuk menghentikan pukulannya atau bisa juga membawa anak pergi dari situasi tersebut.

Baca Juga: 4 Perilaku Teman Palsu yang Perlu Kamu Sadari, Jangan Tertipu

3. Melempar benda-benda

ilustrasi anak mengeluarkan mainannya (pexels.com/Keira Burton)

Selain memukul, melempar benda-benda juga jadi kebiasaan yang gak bisa diabaikan orangtua begitu saja. Melempar jadi sesuatu sangat menyenangkan bagi anak, karena ia baru saja menguasai keterampilan itu dan secara alami ia tertarik dengan efek gravitasi yang ditunjukan dari fenomena tersebut. 

Jika hanya sekadar melempar dan membuang makanan, itu bukan masalah besar. Tapi satu hal yang harus selalu diingat, bahwa gak semua benda bisa anak lempar karena beberapa mungkin ada yang berbahaya.

Dikutip Verywell Family, Amy Morin, seorang psikoterapis, menyebutkan, jika kebiasaan itu gak diperbaiki, anak mungkin akan akan melempar benda yang bisa melukai dirinya dan orang lain. Kamu gak perlu menghentikan anak untuk melempar benda sepenuhnya, tetapi fokuslah mengajarinya tentang apa yang boleh dilempar dan di mana dia bisa melemparnya.

Misalnya, kamu bisa memilih bola busa yang gak berbahaya dan ajari anak bagaimana cara bermain melempar dengan bola tersebut. Secara sederhana, kamu menunjukkan pada anak cara melempar yang benar sekaligus mencegah lemparan agresif.

4. Berpura-pura gak mendengarkanmu

ilustrasi anak mengabaikan ibunya (pexels.com/Alex Green)

Perilaku ini mungkin jadi sesuatu yang cukup mengganggu dan gak jarang memancing amarah. Tapi, melampiaskan emosi dengan memberinya peringatan berulang hanya akan membuat anak terlatih "menunggu peringatan" itu kembali diucapkan oleh orangtuanya, buka menurutinya.  Jika  dibiarkan, itu akan berisiko membuat perilaku tersebut terus berlanjut yang kemungkinan besar membentuk karakter pemberontak dan suka mengontrol.

Kevin Leman, psikolog dan penulis, dilansir Parents, menyarankan, daripada berbicara dengan anak dari seberang ruangan, tingkatkan levelnya dan beri tahu anak apa yang perlu dilakukannya. Alih-alih memberikan omelan panjang, lebih baik jika sampaikan dengan instruksi sesederhana mungkin.

"Pastikan kamu melakukan kontak mata dan anak merespons dengan mengatakan 'OK' atau lebih baik lagi, mengulangi instruksi kamu untuk memastikan dia memahaminya. Jika anak terus mengabaikanmu atau gak menuruti itu, berikan konsekuensi sesuai usianya," tambah Kevin.

Baca Juga: 7 Perilaku Manusia yang Dibenci Kucing, Cat Lovers Harus Hati-hati

Verified Writer

Nurkorida Aeni

Mari berteman!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya