TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Sikap Orangtua yang Belum Memprioritaskan Anak, Kudu Diperjuangkan

#IDNTimesLife Belajar parenting gak mau, malah asal-asalan

ilustrasi keluarga (pexels.com/olia danilevich)

Menjadi orangtua berarti harus siap mengutamakan anak di atas segalanya. Bukan dengan memanjakan anak, tetapi memperhatikan betul apa yang terbaik baginya untuk jangka pendek maupun panjang. Untuk bisa menjalankan tugas sebagai orangtua yang baik, kamu dan pasangan harus mau terus mempelajari ilmu parenting.

Jangan justru kalian merasa gak membutuhkannya lalu bersikap kurang tepat dalam mengasuh anak sehari-hari. Hal-hal kecil yang kurang kalian perhatikan dapat membahayakan anak baik secara fisik maupun psikisnya. Kalian tidak perlu bersikap terlalu protektif, tapi selalu landaskan perkataan dan keputusan kalian pada pertimbangan baik atau buruknya buat anak.

Akan terlihat dengan jelas sikap orangtua yang sudah memprioritaskan anak dengan sembarangan. Akibat buruk atas tindakanmu mungkin baru terasa beberapa tahun mendatang. Hindari tujuh hal berikut apabila kalian ingin anak tumbuh dan berkembang dengan baik.

1. Bilang anak gak usah sekolah tinggi-tinggi

ilustrasi keluarga (pexels.com/MART PRODUCTION)

Orangtua yang menganggap pendidikan kurang penting bisa menjerumuskan anak ke jurang kebodohan. Padahal, bodoh erat kaitannya dengan kemiskinan. Memang ada orang yang pendidikannya tidak cukup tinggi, tetapi sukses dalam usahanya.

Namun, seberapa banyak orang yang mengalami anomali begini? Itu pun mereka pasti tetap giat belajar di luar bangku sekolah. Pendidikan yang lebih tinggi memperbesar peluang anak meraih masa depan yang baik. Apa pun jenis kelamin anak, jangan menurunkan semangatnya dalam meraih ilmu. 

Bahkan bila saat ini kehidupan kalian pas-pasan, justru tekad kuat menyekolahkan anak setinggi-tingginya dapat menarik rezeki. Seiring anak berusaha dengan giat belajar pasti akan ada jalan untuk orangtua mampu terus membiayainya. Termasuk dengan anak memperoleh bantuan biaya pendidikan. Terpenting kamu dan pasangan selalu semangat.

2. Di rumah tidak mendampingi anak belajar

ilustrasi keluarga (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Anak harus mulai belajar sedini mungkin ketika ia masih sepenuhnya di rumah. Orangtua wajib memberikan banyak stimulus untuk anak mulai mempelajari berbagai pengetahuan baru, melatih motoriknya, membentuk kemandiriannya, dan membuatnya mengerti tata krama. Jangan hanya mengandalkan sekolah seakan-akan guru paling bertanggung jawab atas anak.

Orangtua tidak boleh banyak alasan sehingga gak menjalankan tugasnya sebagai pendidik pertama dan utama buat anak. Bahkan setelah anak bisa belajar secara mandiri; orangtua masih harus memantau, memfasilitasi, mendukung, dan memastikan pendidikan karakternya berhasil. Apa pun latar belakang pendidikanmu dan pasangan mesti bisa menjadi guru buat anak.

3. Tidak memperhatikan makanan dan minumannya

ilustrasi memakan apel (pexels.com/Raymond Petrik)

Anak cenderung akan memakan dan meminum apa saja. Jangankan makanan serta minuman yang rasanya enak, tanah saja kadang dimakan apabila orangtua lengah. Ini sebabnya orangtua wajib tahu kandungan makanan dan minuman yang baik atau buruk buat anak. 

Jangan ragu membatasi bahkan melarang sama sekali jenis makanan serta minuman yang berbahaya bagi anak. Contohnya, konsumsi makanan dan minuman manis dibatasi. Sementara makanan serta minuman dengan warna amat mencolok tegas dilarang karena dikhawatirkan menggunakan pewarna berbahaya.

Untuk anak yang harus menjalani diet khusus, orangtua gak boleh meremehkan efek jika ia sampai mengonsumsi bahan makanan dan minuman yang mesti dipantang. Cari bahan penggantinya agar aman buat anak. Kalau anak yang masih kecil coba-coba memakan tanah segera bersihkan mulutnya dan menjauhkannya dari tanah. Jangan malah sibuk merekamnya yang berarti membiarkan anak terus memakannya.

Baca Juga: 7 Karakter Anak yang Harus Dibentuk Sejak Kecil, Habit Positif!

4. Tak mengawasi anak ketika bermain

ilustrasi anak bermain (pexels.com/xomidov Photo)

Meski anak bermain bersama teman-teman sebayanya bukan berarti orangtua bisa santai. Ia bermain di dalam maupun luar rumah dan sendiri atau bareng kawan, orangtua tetap kudu mengawasi. Bahkan adanya orangtua lain tak menghapus tanggung jawabmu atas anak. 

Karena satu orangtua saja bakal kesulitan mengawasi banyak anak. Pun standar setiap orangtua berbeda-beda sehingga boleh jadi perilaku anak yang kurang baik dibiarkannya saja. Sebelum anak remaja, ia gak boleh bermain di luar jarak pandangmu. 

Mengawasi anak bermain memang capek, tetapi kamu akan menyesal kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk padanya. Hindari pula mengoper tanggung jawab mengawasi anak yang masih kecil pada kakaknya. Selama mereka masih sesama anak-anak seharusnya dirimu serta pasangan yang menjaga keduanya.

5. Abai pada bahaya berbagai benda di rumah

ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Keselamatan anak harus menjadi fokus utama semua orangtua. Sembarangan menaruh benda tajam dan bahan kimia sangat berbahaya untuk anak. Rumah belum tentu menjadi tempat yang paling aman buat mereka. Selain benda tajam dan bahan kimia, makanan dan minuman kemasan yang sudah kedaluwarsa juga wajib segera dimusnahkan.

Jangan sampai anak yang gak tahu mengonsumsinya dan menimbulkan efek buruk. Selalu cek masa kedaluwarsa stok jajanannya. Urutkan berdasarkan tanggal kedaluwarsanya agar makanan dan minuman yang lebih cepat expired lebih segera pula dikonsumsi. Anak dengan ukuran tubuhnya yang kecil dan ketidaktahuannya amat rawan celaka oleh berbagai benda berbahaya di sekitarnya.

6. Kurang tanggap dengan kesehatan dan tumbuh kembang anak

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/Ivan Samkov)

Contoh sikap orangtua yang belum memprioritaskan anak adalah ketika ia sakit tidak segera diberi perawatan yang memadai. Orangtua masih bersikap seakan-akan anak baik-baik saja. Ketika gejalanya makin parah, kamu juga gak bergegas membawanya ke dokter.

Jangan membuat anak menderita terlalu lama tanpa dirimu dan pasangan mengetahu apa penyakitnya. Begitu pula terkait tumbuh kembang anak. Jika tampak ada kendala dalam pertumbuhan maupun perkembangannya, orangtua mesti waspada dan secepatnya memeriksakan anak. 

Misalnya, tinggi badannya seperti tak bertambah untuk waktu yang cukup lama. Atau, anak tidak kunjung bisa berjalan dan berbicara. Selain dengan terus melatihnya di rumah, kalian perlu segera berkonsultasi dengan dokter anak dan mengikuti saran-sarannya. Keterlambatan penanganan bisa berakibat buruk untuk anak.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya