TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Sebab Anak Gak Suka Difoto, Paling Susah Disuruh Berpose

Sering menutup atau memalingkan wajah

ilustrasi keluarga (pexels.com/Rahul Singh)

Tak sedikit orangtua yang merasa frustrasi ketika hendak mengabadikan momen bersama keluarga. Niatnya bikin foto yang bagus buat diunggah di media sosial, tetapi anak terus mengacaukannya. Ia tampak tidak kooperatif, menolak difoto, atau posenya selalu berbeda dari instruksi.

Sebagai orangtua, kita gak boleh kesal dan memarahi anak. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja banyak yang tidak suka dipotret. Kita mesti bersikap pengertian pada anak yang gak nyaman di depan kamera dengan memahami penyebabnya berikut ini.

1. Sebentar-sebentar difoto bikin gak bebas

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Berapa kali dalam sehari orangtua berusaha mengambil gambar atau memvideokan anak? Sebaiknya jangan terlalu sering ya, apalagi kalau anak sudah menunjukkan tanda-tanda terusik. Bukannya tertarik dengan apa yang kita lakukan, dia justru menjauh atau cepat-cepat memalingkan wajah.

Artis saja kadang tidak nyaman dengan kamera yang terus membuntuti. Lebih-lebih anak yang kesukaannya hanya beraktivitas dengan bebas. Demi kesukaan kita memotret anak, kita mungkin sering memintanya berhenti sejenak dari kegiatannya.

Contohnya, kita memanggilnya sekadar agar ia menengok ke kamera. Walau kita merasa memperoleh foto yang bagus, terjedanya kegiatan anak beberapa detik saja sudah terasa sebagai gangguan. Apalagi jika ia sedang asyik bermain atau belajar baik sendirian maupun bersama teman.

Baca Juga: 5 Cara Sederhana Cegah Sexual Abuse pada Anak-Anak

2. Harus berpose

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Catalina Carvajal Herrera)

Orangtua barangkali paling semangat bila diminta berpose. Ada-ada saja ide pose biar kita terlihat lebih bagus ketika difoto. Sebisa mungkin posenya berbeda dari kebanyakan orang agar fotonya juga lebih unik.

Namun, pose yang diajarkan orangtua pada anak malah dapat membuatnya malu. Demi beberapa foto, kita memintanya mengikuti arahan supaya posenya bagus. Buat sebagian anak, hal ini menyebalkan sekali.

Terlalu sering diambil gambarnya saja telah membuatnya kurang leluasa, apalagi disuruh berpose. Ia tak sedang mengikuti lomba model cilik. Anak yang ekstrover pun belum tentu suka berpose di depan kamera, apalagi anak yang introver dan pemalu.

3. Lagi bad mood bahkan menangis malah dipotret

ilustrasi anak menangis (pexels.com/Yan Krukau)

Kita mungkin merasa lucu melihat anak rewel. Kita ingin menggoda atau mengabadikan momen anak menangis supaya kelak ia dapat melihat tingkahnya kala kecil. Akan tetapi, tindakan begini justru membuatnya makin merasa buruk.

Suasana hati anak yang negatif tentu ada penyebabnya. Sekalipun persoalannya sepele bagi kita, buat anak dapat terasa sangat serius. Perbuatan kita memotret atau memvideokannya akan terasa sebagai olok-olok.

Anak bukannya merasa terlindungi malah seperti dinakali oleh orangtua. Tangisnya pun bertambah kencang dan ia bisa kehilangan kepercayaan pada kita. Seharusnya kita segera mendekati anak dan membantu mengatasi masalahnya, bukan sibuk memotretnya seakan-akan gak peduli pada emosi negatifnya.

4. Orangtua jadi sibuk dengan kamera atau smartphone

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/Yan Krukau)

Anak-anak selalu suka diperhatikan oleh orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Mengambil foto atau videonya juga bisa terasa sebagai bentuk perhatian kita pada anak. Dengan catatan, setelahnya kita tak lagi berkutat dengan kamera atau smartphone.

Segera taruh perangkat tersebut serta kembali fokus pada anak dan kegiatannya. Anak akan jengkel bila orangtua sibuk mengotak-atik kamera atau smartphone apa pun alasannya. Biasanya kita bakal langsung sibuk memilih foto yang bagus, mengeditnya, mengunggahnya ke media sosial, kemudian terus memantau serta membalas komentar.

Bukan foto itu sendiri yang dibenci anak, melainkan terpecahnya perhatian orangtua yang seharusnya utuh untuknya. Oleh karena itu, setelah kita mengambil fotonya simpan kamera atau smartphone. Mengedit dan mengunggahnya bisa nanti bahkan besok-besok ketika anak tidur atau bersekolah.

5. Sebal mendapati fotonya tersebar ke mana-mana

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/Ron Lach)

Anak yang telah mengenal media sosial bisa merasa sebal ketika orangtua terlalu sering menggunggah fotonya. Pertanyaan dalam benak anak simpel, mengapa wajahnya harus terpampang di mana-mana? Anak yang mulai sadar tentang diri dan miliknya merasa orangtua menggunakan fotonya tanpa izin.

Ini terasa seperti mainannya diambil oleh teman tanpa bilang dulu. Untuk anak usia TK, orangtua sudah dapat meminta izin padanya sebelum mengunggah foto. Meski ia sendiri belum punya akun medsos, dia menjadi gak kaget kalau melihat banyaknya foto dirinya di media sosial orangtua.

Namun bila anak masih terlalu kecil, jangan pula sembarangan mengunggah fotonya. Foto anak tanpa busana atau hanya mengenakan pakaian dalam dapat membuatnya sangat malu setelah lebih besar. Walaupun tingkah anak ketika mandi tampak menggemaskan, sebaiknya simpan foto dan videonya untuk keluarga saja.

Baca Juga: Apakah Anak-Anak Bisa Mengalami Kanker Payudara?

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya