TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Persiapan Jelang Libur Sekolah, Anak Harus Punya Aktivitas Positif

Jangan sampai berminggu-minggu cuma main HP

ilustrasi sekelompok anak (pexels.com/Norma Mortenson)

Libur sekolah di tahun ajaran baru cukup lama. Setiap sekolah dapat berbeda-beda dalam hal mulai dan akhir masa liburnya. Tapi yang pasti, anak yang akan beraktivitas 24 jam di rumah menuntut orangtua agar menyiapkan diri. Terlebih usia anak di bawah 12 tahun.

Di usia tersebut ia masih membutuhkan penjagaan dari orangtua. Belum cukup aman untuknya berkegiatan sendiri di luar rumah sekalipun masih di kompleks perumahan. Padahal, anak juga pasti bakal bosan bila selama libur cuma berada di dalam rumah. Untukmu dan pasangan yang bekerja penting buat segera berkoordinasi. 

Anak harus aman baik saat di dalam rumah mau ketika bermain di luar. Antisipasi juga anak menjadi sebal jika selama ia libur kedua orangtua tetap bahkan lebih sibuk daripada hari biasa. Enam persiapan berikut mesti dilakukan supaya anak senang dan kamu serta pasangan juga punya kebersamaan yang berkualitas dengannya.

1. Harus sedia cukup makanan di rumah

ilustrasi menyantap kue (pexels.com/Danik Prihodko)

Persiapan pertama terkait logistik. Nafsu makan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan biasanya tinggi. Ia hampir selalu mengunyah apalagi ketika di rumah saja dan gak ada kegiatan yang terlalu penting. Berbeda dengan saat di sekolah yang membuat waktu istirahatnya cuma beberapa menit.

Kalau kamu tidak menyediakan cukup banyak makanan di rumah, anak bisa rewel. Atau, dia jajan terus di luar yang belum tentu bersih dan menyehatkan. Maka sebaiknya dirimu lebih sering memasak ketika anak libur. Baik untuk makan besar maupun kudapannya perlu disediakan lebih banyak dari hari biasa.

Siapkan buah-buah serta camilan yang tidak terlalu tinggi garam dan gula. Namun, tetap batasi snack yang boleh dimakan setiap harinya supaya anak tidak melewatkan makanan utama. Kupas dan iris buah-buahan lalu simpan di kulkas supaya anak tinggal mengambilnya ketika lapar. Dengan tersedianya cukup makanan di rumah, keinginan anak buat jajan di luar pun berkurang. Anak sehat, kamu juga lebih hemat.

2. Rencanakan liburan keluarga

ilustrasi piknik keluarga (pexels.com/Oleksandr P)

Libur sekolah bertepatan dengan tahun ajaran baru memang gak bareng dengan libur akhir tahun. Kalau libur akhir tahun, dirimu serta pasangan bisa ikut libur panjang. Mudah untuk kalian berwisata ke mana saja. Meski demikian, libur sekolah kali ini juga tetap perlu diisi dengan piknik.

Sesibuk apa pun orangtua, anak lagi longgar sekali. Kalau kalian gak berwisata 1 atau 2 kali selama libur sekolah, ia akan bosan dan kesal mesti di rumah saja. Dia juga menjadi tidak bersemangat untuk nanti kembali bersekolah. Ia tak punya cerita menarik seputar liburannya buat dibagikan pada teman-teman.

Di luar libur panjang sekolah, anak memang masih bisa menikmati berada di rumah saja pada Sabtu dan Minggu. Ini disebabkan ia telah capek sejak Senin sampai Jumat. Tetapi selama libur sekolah, akhir pekan sebaiknya digunakan buat piknik bareng ke mana pun. Terpenting suasananya berbeda dari lingkungan tinggal sehari-hari. Kalian bisa ke pantai atau camping.

Baca Juga: 6 Museum Ramah Anak di Jakarta yang Seru Dikunjungi saat Libur Sekolah

3. Mengatur pekerjaanmu biar gak sesibuk biasanya

ilustrasi bekerja dari rumah (pexels.com/Kamaji Ogino)

Di hari-hari biasa, anak pasti belajar pada malamnya. Ia mengerjakan PR, membaca buku, atau mengikuti les. Kamu dan pasangan dapat menggunakan waktu selagi anak tenang belajar sendiri untuk menggarap pekerjaan yang belum beres. Akan tetapi, sepanjang anak libur sekolah gak boleh begini ya.

Ia pasti marah apabila melihat ayah dan ibunya terus saja sibuk sendiri dan mengabaikannya. Dia masih kurang memahami bahwa orangtua gak ikut libur. Anak maunya diajak mengobrol, bermain, bercanda, dan menonton film. Oleh sebab itu, pekerjaanmu bersama pasangan juga mesti diatur ulang.

Sebisa mungkin jangan membawa pekerjaan ke rumah selama anak libur sekolah. Bila ada tugas yang tak terhindarkan, sampaikan dulu pada anak dan jelaskan waktu yang diperlukan untukmu menyelesaikannya. Berkomitmenlah buat gak keasyikan bekerja sampai tidak memenuhi hak anak akan perhatian lebih mumpung ia banyak di rumah.

4. Memberikan aktivitas harian pada anak

ilustrasi anak di rumah (pexels.com/Vika Glitter)

Anak memang perlu merasakan suasana yang lebih santai ketika libur sekolah. Sama seperti orang dewasa yang bekerja, ia pun bisa merasa capek fisik dan psikis dengan bersekolah hampir setiap hari. Namun, bukan lantas anak tidak melakukan apa-apa selama di rumah.

Nanti ia hanya bermalas-malasan sepanjang hari atau menghabiskan terlalu banyak waktunya buat main gadget. Ini gak baik karena membuatnya kurang aktif. Kamu pun sulit mengawasi konten apa saja yang sempat dilihatnya. Buatlah jadwal aktivitas harian bersama anak.

Libatkan dirinya untuk menentukan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan dari pagi sampai malam dan tiba waktunya tidur. Seperti pagi hari ia berolahraga ringan bersama orangtua. Kemudian beres-beres kamar, mandi, sarapan, menonton film kartun favorit selama 1 jam.

Lalu matikan televisi dan ganti aktivitas kreatif seperti membuat prakarya, menggambar, atau hal-hal lain yang menarik minat anak hingga tiba jam makan siang. Setelah makan, anak membaca buku yang sesuai dengan usianya sebelum tidur siang. Sorenya, anak dapat bermain di luar. Malamnya tinggal waktu bersama keluarga.

5. Mengawasi anak saat bermain di luar rumah

ilustrasi sekelompok anak (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Berapa pun usia anak, ia perlu diawasi oleh orang dewasa saat bermain di luar rumah. Mengawasi di sini artinya kamu, pasangan, atau ART berada di luar juga dan bisa melihat apa saja yang dilakukan anak. Sebab bahaya di luar rumah bermacam-macam serta hanya menunggu orangtua lengah buat terjadi.

Meski anak sudah diajari untuk berhati-hati ketika bermain termasuk pada orang asing, dalam praktiknya tak semudah teori. Misalnya, ajaranmu adalah ia jangan mau diajak pergi oleh siapa pun. Tetapi saat orang yang mengajaknya cukup dikenal oleh anak mungkin dia merasa tak apa-apa buat ikut saja.

Padahal, banyak kasus kejahatan pada anak melibatkan orang yang dikenalnya di kehidupan sehari-hari. Atau, anak terlalu bersemangat dalam bermain bersama teman-temannya sampai merusak tanaman bahkan memecahkan kaca rumah tetangga. Hal ini dapat dicegah apabila ada orang dewasa yang terus memperingatkannya supaya berhati-hati.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya