TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Tips Decluttering Barang-barang Orangtua, Tanyakan Mereka Dulu

Kombinasikan strategi persuasif serta tegas

ilustrasi lansia di depan rumah (pexels.com/Aa Dil)

Kamu gak sendirian kalau merasa rumah sumpek oleh barang-barang milik orangtua. Banyak orangtua memang sulit sekali membuang atau menjual barang-barang yang sudah tidak dipakai bahkan jelas-jelas rusak. Mereka selalu merasa sayang ketika mengingat harga belinya di masa lalu.

Mereka juga berpikir bahwa suatu saat barang-barang itu bakal kembali dibutuhkan. Daripada beli lagi mending memanfaatkan barang lama. Realitasnya, seluruh tumpukan barang usang itu tidak kunjung keluar dari gudang. Malah ruangan-ruangan selain gudang pun sudah diisi dengan barang-barang tidak terpakai.

Lakukan persuasi agar orangtua mau barang-barangnya dibereskan sedikit demi sedikit. Memang ini gak akan mudah dan kamu mungkin bakal diomeli beberapa kali. Akan tetapi, ada tujuh tips efektif ketika kamu hendak decluttering barang-barang orangtua agar mereka merasa baik-baik saja. Mulai bicarakan rencana ini dengan mereka.

1. Tanyakan apa yang benar-benar tidak boleh disingkirkan

ilustrasi lansia (pexels.com/Caio)

Meski tanganmu terasa gatal sekali buat menyingkirkan sebanyak mungkin barang yang menurutmu tak lagi berguna, tetaplah hargai hak orangtua. Mereka pemilik atas barang-barang tersebut. Sesuatu yang menurutmu tidak penting lagi boleh jadi amat berharga bagi orangtua.

Contohnya, orangtua punya koleksi piringan hitam atau radio tua. Jika kamu asal membuangnya, tentu mereka marah dan sedih. Beri kesempatan orangtua buat memutuskan barang apa saja yang sungguh-sungguh harus tetap disimpan. Namun, tetap batasi jumlahnya dan amankan barang-barang itu dulu sebelum kamu mulai melakukan decluttering.

Baca Juga: 6 Dampak Buruk Fast Beauty, dari Limbah hingga Impulse Buying

2. Ganti barang-barang rusak dengan yang baru tapi lebih sedikit

ilustrasi belanja perabot (pexels.com/Antoni Shkraba)

Kebiasaan lansia memang cukup unik. Mereka menyimpan banyak barang yang sesungguhnya sudah tak bisa lagi dipakai. Contohnya, ember-ember yang telah berlubang pun masih dipertahankan. Bahkan permukaannya ditutupi dengan lakban. Padahal, air akan tetap merembes jika ditaruh di sana.

Sementara untuk sekadar membawa cucian yang siap dijemur pun pasti robekan di ember bertambah besar. Keluarkan semua barang yang sebenarnya diperlukan, tetapi sudah rusak ini. Agar aktivitas di rumah tak terganggu, ganti dengan ember baru. Kalau 5 ember rusak dibuang, ganti dengan 2 atau 3 ember. Lebih ringkas dan tetap berfungsi seperti semestinya.

3. Ubah album foto dan kliping ke format digital

ilustrasi melihat foto (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu barang orangtua yang menumpuk banyak biasanya album foto dan kliping koran atau majalah. Mereka menyimpannya sejak usia muda hingga sekarang. Meski foto-foto dalam bentuk cetak menyenangkan untuk dilihat-lihat, jumlahnya yang terlalu banyak memenuhi ruangan. Sementara itu, orangtua masih ingin sesekali melihatnya kembali.

Ubah format foto dan kliping ini menjadi bentuk digital. Scan setiapnya sesuai dengan urutannya di album foto atau buku kliping. Ajari orangtua cara melihatnya di smartphone atau laptop. Bila semua foto dan kliping telah diubah ke versi digitalnya, versi cetaknya dapat dimusnahkan. Foto-foto sebaiknya dibakar agar tidak disalahgunakan orang.

4. Saat orangtua mulai goyah, ingatkan kembali tujuan decluttering

ilustrasi percakapan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu berhasil memengaruhi orangtua supaya mau barang-barangnya dibersihkan saja sudah bagus sekali. Namun, dalam prosesnya mereka bisa sewaktu-waktu goyah. Ini terlihat dari mereka mulai lagi melarangmu membuang barang-barang. Mereka ingin ini itu disimpan saja. Padahal, itu di luar barang-barang penting yang di awal telah disepakati buat tetap disimpan.

Apabila keinginan orangtua dituruti,  decluttering pasti batal dilakukan. Ingatkan lagi orangtua tentang tujuan dari decluttering ini. Seperti supaya rumah lebih bersih dan tidak menjadi sarang nyamuk, kecoak, serta tikus. Kamar yang sudah menyerupai gudang juga bisa digunakan saat ada tamu yang menginap. Barang-barang gak terpakai pun dapat disumbangkan biar lebih bermanfaat.

5. Biar adil, kamu juga decluttering barang-barangmu

ilustrasi decluttering (pexels.com/SHVETS production)

Bersikap adil akan mengurangi perasaan sensitif orangtua. Jika kamu tinggal serumah dengan mereka, wajib buatmu melakukan decluttering atas barang-barang pribadimu. Jangan dirimu cuma bersemangat untuk melenyapkan sebanyak mungkin barang milik orangtua. Justru beres-beres ini harus dimulai dari kamarmu.

Apabila orangtua melihatmu bisa mengeluarkan barang-barang tak terpakai sampai kamarmu jauh lebih rapi, mereka bakal termotivasi. Bahkan tanpa kamu susah-susah berusaha memengaruhi pun, mereka akan dengan senang hati beres-beres sendiri. Bila kalian sudah sekompak ini, dirimu serta orangtua bisa sama-sama merencanakan penataan ruangan yang baru.

6. Penataan setelahnya memudahkan orangtua mencari sesuatu

ilustrasi decluttering (pexels.com/cottonbro studio)

Keberhasilanmu mengeluarkan barang-barang orangtua yang gak terpakai baru satu tahap. Tahap berikutnya adalah menata ulang ruangan yang telah bersih dari barang. Karena ini terkait dengan barang-barang orangtua yang penting serta ruangan yang kerap digunakannya, penataannya juga wajib memperhatikan kebutuhan mereka.

Pastikan dirimu memberi tahu orangtua mengenai apa dipindahkan ke mana. Tunjukkan pada orangtua lokasi barunya. Termasuk bila kamu membelikan rak penyimpanan yang baru sehingga orangtua belum terbiasa menggunakannya.

Kalau perlu tambahkan tulisan di setiap rak sesuai dengan kategori barang yang disimpan di dalamnya. Orangtua bakal stres kalau hendak mencari sesuatu saja susahnya bukan main. Nanti kamu dan program decluttering yang disalahkan.

7. Jika mereka telah berpulang, kamu jangan terjebak kenangan

ilustrasi decluttering (pexels.com/SHVETS production)

Decluttering barang-barang orangtua juga bisa dilakukan setelah mereka berpulang. Jangan mengira prosesnya akan lebih mudah daripada saat mereka masih ada. Tantangan melakukan decluttering setelah orangtua tiada justru ada dalam diri sendiri.

Kamu akan merasa berat sekali melepas setiap benda yang mengingatkanmu pada keduanya. Seperti pakaian, sepatu, buku-buku koleksinya, dan sebagainya. Cara mengatasinya adalah dengan memberi diri sendiri waktu berduka yang cukup.

Namun, jangan berkepanjangan sampai decluttering tidak pernah dilakukan. Misalnya, pembersihan barang-barang mendiang baru akan dilakukan setelah 7, 40, atau 100 harinya. Dalam rentang waktu tersebut kamu dan saudara-saudara masih diliputi duka mendalam sekaligus capek oleh berbagai acara doa bersama. Selepasnya baru decluttering  dilakukan.

Tidak mudah untuk mengajak orangtua menyortir barang-barang lama di rumah. Selain soal tenaga orangtua yang makin terbatas, kendala terbesar adalah mereka selalu merasa sayang membuang barang rusak sekalipun. Terus lakukan persuasi perlahan-lahan dan ada saatnya dirimu harus tegas. Jangan sampai barang yang telah siap dibuang atau diloak malah diambil serta disimpan kembali oleh orangtua.

Baca Juga: Gak Cuma Barang, 7 Alasan Perlu Decluttering Data di Gagdet

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya