TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengatasi Sibling Rivalry, 7 Cara Bijak Menghadapi Konflik Anak

Atasi dengan bijak agar rumah lebih harmonis

ilustrasi sibling (pexels.com/RDNE Stock project)

Konflik antar saudara, atau yang sering disebut sibling rivalry, adalah sesuatu yang sangat umum terjadi dalam keluarga. Terkadang pertengkaran kecil bisa berubah menjadi konflik yang lebih besar, dan sebagai orang tua, kamu pasti ingin tahu bagaimana cara mengatasi dengan bijak.

Sibling rivalry gak hanya membuat suasana rumah menjadi tidak nyaman, tetapi juga bisa memengaruhi hubungan jangka panjang antara anak-anak. Meskipun konflik ini sering tidak bisa dihindari, ada cara-cara tertentu yang bisa membantu meredakan ketegangan dan mengajarkan anak-anak untuk bekerja sama. Berikut adalah tujuh cara yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi konflik antar anak dengan lebih bijak.

Baca Juga: 13 Ide Kegiatan Seru Sister Date, biar Jadi Sibling Goals!

1. Memiliki ekspektasi yang realistis

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Sofia Shultz)

Sebagai orangtua, kamu harus memahami bahwa konflik antar saudara adalah hal yang wajar. Anak-anak secara alami bersaing untuk mendapatkan perhatian dari orangtua. Selain itu, mereka juga menggunakan konflik sebagai cara untuk membentuk identitas dan peran mereka dalam keluarga.

Oleh karena itu, jangan terlalu berharap bahwa anak-anakmu akan selalu rukun setiap saat. Berikan mereka waktu untuk belajar mengelola emosi dan menemukan cara untuk menyelesaikan masalah secara mandiri. Ingat, ini adalah proses pembelajaran yang akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih matang.

2. Ajari anak untuk bergantian dan berbagi

ilustrasi sibling (pexels.com/igovar igovar)

Mengajari anak tentang pentingnya bergantian dan berbagi bisa menjadi langkah awal yang efektif dalam mengurangi konflik. Kamu bisa memulai dengan memainkan permainan sederhana seperti board games atau permainan kartu yang melibatkan bergiliran. Ini akan membantu anak-anak belajar untuk menunggu gilirannya dan menghormati hak orang lain.

Ketika mereka berhasil berbagi atau bergantian dengan baik, jangan lupa untuk memberikan pujian. Ini akan memperkuat perilaku positif mereka dan membuat mereka lebih termotivasi untuk melakukannya di masa depan.

3. Jangan selalu menjadi penengah

ilustrasi kakak adik pelukan (pexels.com/Allan Mas)

Sebagai orangtua, sering kali kita merasa perlu untuk campur tangan ketika anak-anak bertengkar. Namun, jika kamu selalu menyelesaikan masalah mereka, anak-anak gak akan belajar bagaimana cara menyelesaikannya sendiri.

Cobalah untuk memberikan mereka kesempatan mencari solusi sendiri. Kamu bisa mengarahkan mereka dengan pertanyaan seperti, “Bagaimana menurutmu cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini?” Dengan begitu, mereka akan belajar keterampilan memecahkan masalah yang sangat berharga dalam kehidupan.

Baca Juga: 10 Fakta Drakor Friendly Rivalry, Dibintangi Hyeri dan Chung Su Bin

4. Perhatikan dan berikan pujian saat mereka bermain dengan baik

ilustrasi sibling (pexels.com/Мария Воскресенская)

Sering kali kita baru memberikan perhatian saat anak-anak mulai bertengkar. Namun, penting juga untuk memberikan perhatian ketika mereka bermain bersama dengan baik.

Dengan memberikan pujian saat mereka menunjukkan perilaku yang positif, anak-anak akan merasa dihargai dan cenderung untuk mengulanginya di masa depan. Jangan ragu untuk memberikan pujian secara spesifik, seperti, “Bunda suka cara kamu berbagi mainan dengan adikmu tadi.” Ini akan membuat mereka merasa bangga dan lebih termotivasi untuk menjaga kerukunan.

5. Terapkan konsistensi dalam menangani konflik

ilustrasi sibling (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Ketika konflik terjadi, sangat penting untuk konsisten dalam memberikan konsekuensi. Misalnya, jika anak-anak bertengkar karena berebut mainan, kamu bisa mengambil mainan tersebut untuk beberapa waktu.

Jika situasinya lebih serius, seperti kekerasan fisik, gunakan time-out atau waktu tenang sebagai hukuman. Dengan menerapkan aturan dan konsekuensi yang konsisten, anak-anak akan belajar bahwa perilaku negatif tidak akan mendapatkan hasil yang mereka inginkan.

6. Ajari anak cara mengelola emosi

ilustrasi anak marah (pexels.com/Yan Krukov)

Sering kali konflik terjadi karena anak-anak belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengelola emosi mereka. Sebagai orangtua, kamu bisa membantu mereka dengan mengajarkan cara yang tepat untuk mengekspresikan perasaannya.

Misalnya, ajari mereka untuk mengatakan, “Aku marah” atau “Aku tidak suka kalau kamu melakukan itu,” daripada memukul atau berteriak. Kamu juga bisa mengenalkan teknik-teknik menenangkan diri seperti menarik napas dalam-dalam atau menghitung sampai sepuluh sebelum merespons.

Verified Writer

L A L A

Warga Jakarta, dah itu aja.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya