TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tantangan yang Sering Dihadapi Anak Berbakat, Orangtua Wajib Paham

Dari perfeksionis hingga kepekaan emosional yang kuat

ilustrasi anak berpikir (pexels.com/Julia M Cameron)

Anak-anak berbakat sering dipandang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, antusias dalam belajar, dan mempunyai banyak ide. Meskipun begitu, membesarkan anak berbakat merupakan pengalaman yang luar biasa.

Sama seperti anak-anak lainnya, mengasuh anak berbakat memiliki tantangan tersendiri. Walaupun sering dianggap mampu menghadapi risiko, nyatanya anak-anak berbakat juga sering dihadapkan oleh bebagai persoalan yang unik dan terkadang membuat mereka merasa cemas.

Oangtua wajib memahami ketika anak sedang menghadapi tantangan dalam hidup, mereka sangat membutuhkan dukungan dari orangtuanya untuk membantu mereka dalam melewati setiap tantangan. Lantas, apa saja tantangan yang sering dihadapi oleh anak berbakat? Yuk, simak ulasan berikut ini!

1. Perfeksionis

ilustrasi anak belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Keterampilan tinggi yang dimiliki oleh anak berbakat sering kali membuat banyak orangtua merasa kagum. Namun, jika keterampilan itu menimbulkan ekspektasi yang tidak masuk akal, seperti menjadi perfeksionis dan mulai mengandalkan stastusnya sebagai ‘anak pintar’ demi meninggikan citra diri, maka itu bisa menjadi suatu masalah.

Dikutip Advanced Psychology Service, seorang psikolog dari Universitas Toronto, Tali Shenfield, PhD, menuliskan bahwa anak-anak yang perfeksionis akan berupaya membuktikan kecerdasan mereka, bahkan sampai kelelahan demi mengejar nilai sempurna. Sikap seperti ini tidak hanya membuat anak menjadi mudah menyerah, tetapi juga takut untuk mencoba hal baru.

“Perfeksionisme pada akhirnya dapat menimbulkan ketakutan akan kegagalan, sehingga menyebabkan anak berbakat menolak mencoba sesuatu yang baru. Bahkan, terkadang orangtua anak berbakat bisa memperburuk perfeksionisme,” ujar Laurie Hollman, PhD, seorang psikoanalis dan penulis Unlocking Parental Intelligence: Finding Meaning in Your Child’s Behavior, dikutip Verywell Family.

2. Mudah bosan

ilustrasi anak bosan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Selain perfeksionisme, anak berbakat juga mudah merasa bosan saat di kelas. Hal ini terjadi lantaran mereka beajar lebih cepat dibandingkan teman-teman seusianya. Mereka sudah mengetahui materi yang akan diajarkan dan keberatan ketika diharuskan belajar dengan ritme yang lebih lambat.

“Siswa berbakat cenderung mudah bosan ketika di kelas karena materi yang dibahas tidak setara dengan kemampuan belajar tingkat lanjut mereka, bahkan dalam ulangan dan ujian,” kata psikolog klinis, Dr. Devasena Desai, dikutip Parentcircle.

Kebosanan di sekolah tersebut bisa menyebabkan prestasi anak berbakat menjadi menurun. Mereka sering kali merasa frustasi karena mengetahui bahwa mereka dapat menyelesaikan pekerjaan rumah lebih cepat, sehingga menyisakan banyak waktu luang dan itu terasa seperti membuang-buang waktu bagi diri mereka.

Ini memang terasa seperti tugas besar bagi para orangtua. Namun, Dr. Shenfield merekomendasikan agar kamu memilih pendekatan belajar yang sesuai dengan gaya belajar anak.

3. Perkembangan asinkron

ilustrasi anak menggendong tas (pexels.com/Max Fischer)

Di samping memiliki kemampuan intelektual yang tinggi dan memecahkan masalah yang kompleks, terkadang anak berbakat juga dihadapkan oleh kurangnya keterampilan sosial dan emosional. Hal ini disebut sebagai perkembangan asinkron. Dikutip Verywell Family, Carol Bainbridge, selaku penulis dan sudah ditinjau secara medis oleh psikiater Aron Janssen, MD, menuliskan bahwa ketika keterampilan intelektual dan keterampilan sosial dan emosional berkembang dengan kecepatan berbeda, ini disebut sebagai perkembangan asinkron.

“Anak-anak berbakat mungkin mampu memahami konsep-konsep abstrak secara intelektual, tetapi mungkin tidak mampu menangani konsep-konsep tersebut secara emosional. Akibatnya, anak mengalami kekhawatiran yang mendalam tentang kematian, masa depan, dan masalah hidup lainnya,” ujar Bainbridge.

Di sisi lain, perkembangan asinkron yang dialami oleh anak berbakat sering kali dapat merusak harga diri mereka. Ini bisa membuat anak sering melakukan self-talk negatif, enggan mencoba hal baru, dan mengalami perubahan suasana hati yang intens.

Baca Juga: 3 Alasan Membiasakan Anak untuk Memecahkan Masalah Sendiri 

4. Mudah lelah

ilustrasi anak lelah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tidak sedikit orang menganggap bahwa anak berbakat dikaitkan dengan pribadi yang bersemangat tinggi. Namun, kenyataannya orangtua harus memahami bahwa anak-anak berbakat cenderung mudah stres, sehingga mereka kelelahan, kehilangan motivasi, cemas, dan takut.

Dr. Desai mengungkapkan, anak-anak berbakat memang memiliki banyak ide di dalam pikirannya dan berusaha mewujudkannya agar berhasil. Namun, bekerja terlalu keras bisa membuat anak merasa kewalahan.

Tentu, kamu tidak ingin hal tersebut menimpa anak berbakat kamu. Alih-alih membiarkannya atau malah menetapkan ekspektasi tidak masuk akal kepadanya, lebih baik mintalah anak kamu untuk fokus pada satu tugas di satu waktu dan awasi setiap gerak-gerik anak. Jika mereka menunjukkan tanda-tanda lelah, maka ingatkan anak untuk beristirahat.

Verified Writer

Delvi Ayuning

Menulis bukan sekadar menuangkan kata-kata lewat tulisan, tapi lebih dari itu.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya