TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Hal yang Bisa Orangtua Lakukan jika Anak Tidak Punya Teman

Bantu si kecil untuk mengasah keterampilan sosialnya

ilustrasi anak bermain dengan boneka (freepik.com/pvproductions)

Ketika anak tidak memiliki teman, baik di lingkungan rumah atapun di sekolah, tentu bisa menimbulkan kekhawatiran bagi setiap orangtua. Sebab, persahabatan bukan hanya salah satu sumber kesenangan dalam kehidupan anak, tetapi juga bagian penting dalam perkembangan mereka.

“Persahabatan memiliki peran penting untuk membantu anak-anak dalam meningkatkan kemampuan komunikasi, berbagi, empati, pemecahan masalah, dan kreativitas mereka. Di sisi lain, teman bisa membantu anak-anak belajar bergaul dengan orang baru dan berinteraksi dengan dunia,” ujar seorang psikolog anak di Westport, Conn, Rachelle Theise, PsyD, dikutip Parents.

Oleh sebab itu, tak heran bila muncul pertanyaan dalam benak orangtua mengenai apa yang mungkin salah dalam hubungan sosial anak jika anak tidak punya teman. Kendati demikian, orangtua bisa membantu anak-anak mereka dalam mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan sosialnya. Berikut beberapa hal yang bisa orangtua lakukan jika anak tidak mempunyai teman.

1. Cari tahu akar masalahnya

ilustrasi ibu membujuk anaknya (pexels.com/Alex Green)

Hal pertama yang perlu dilakukan orangtua adalah mencari tahu akar masalahnya. Tentu, ada alasan di balik mengapa anak tidak mempunyai teman. Ketika kamu ingin membuka percakapan dengannya, sebaiknya tentukan waktu yang tepat.

Hindari langsung bertanya ketika anak sedang dilanda kesedihan atau kemarahan. Sebab, sebagian besar anak merasa enggan mengakui perasaan mereka saat suasana hatinya sedang buruk. Namun, ketika suasana hatinya sudah membaik, kamu dapat  memulai obrolan dan bagikan juga pengalaman serupa yang pernah kamu alami kepada mereka.

“Berbagi sedikit cerita mengenai pengalamanmu dapat membuka pintu bagi anak-anak untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Tapi, hindari mendorongnya terlalu keras. Jika mereka tidak ingin bercerita, cobalah bujuk kembali di lain waktu,” saran Lauren Allerhand, PsyD, selaku psikolog klinis, dikutip Child Mind Institute.

2. Beritahu anak tentang perbedaan antara teman yang baik dan teman yang buruk

ilustrasi kedekatan ibu dan anak (pexels.com/Anna Shvets)

Orangtua perlu menyadari bahwa teman sebaya memiliki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan anak. Tentu, setiap orangtua ingin si kecil di kelilingi oleh teman-teman sebaya yang baik.

Maka dari itu, berikan penjelasan mengenai dasar-dasar persahabatan, terutama perbedaan antara teman yang baik dan teman yang buruk kepada mereka. Kamu bisa mulai dengan memberitahunya bahwa persahabatan yang baik dan bertahan lama dibangun atas dasar empati, timbal balik, dan dukungan.

Sementara, persahabatan yang buruk, ditandai dengan teman yang selalu mementingkan diri sendiri, membuat teman lainnya merasa buruk, serta menghalangi temannya untuk bermain dengan orang lain. Melalui pemahaman tentang persahabatan, si kecil bukan hanya akan selektif dalam memilih teman dekatnya di masa depan, tetapi juga berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

3. Bantu si kecil melatih keterampilan sosialnya

ilustrasi ibu dan anak-anaknya (pexels.com/Artem Podrez)

Menurut seorang psikolog, Mary Rooney, PhD, dikutip Child Mind Institute, keterampilan sosial tidak datang secara alami pada setiap anak. Beberapa di antaranya mungkin mengalami kendala dalam bersosialisasi karena berbagai faktor.

Jika anak kamu termasuk salah satu yang mengalami kesulitan berinteraksi dengan teman sebayanya, maka cobalah untuk melatih keterampilan sosial di rumah. Buatlah ini menyenangkan dengan mengajak anggota keluarga untuk ikut serta. Misalnya, melatih keterampilan sosial anak dengan memainkan permainan peran untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri dan keberaniannya dalam mengespresikan diri di depan orang lain.

“Mirip dengan membangun otot, keterampilan sosial perlu dilatih setiap hari, terutama jika kamu memiliki anak pemalu atau anak yang agak pendiam, “ tutur Dr. Angharad Rudkin, selaku psikolog klinis anak di Southampton University, dilansir BBC. “Kamu mungkin perlu bekerja ekstra untuk menemukan cara membangun otot itu. Namun, apa pun yang bisa membantu anak melatih dan membangun otot sosialnya akan sangat berharga,” imbuhnya.

Baca Juga: 5 Cara Atasi Egosentris pada Anak, Penting Buat Masa Depannya!

4. Orangtua boleh terlibat, tetapi jangan berlebihan

ilustrasi seorang ibu membantu anaknya (pexels.com/Gustavo Fring)

Setiap orangtua pasti merasa iba jika mendapati anaknya tidak mempunyai teman. Sehingga keinginan untuk turun tangan dan membuatnya menjadi lebih baik sesegera mungkin muncul dalam benak setiap orangtua.

Meski begitu, perlu diingat bahwa orangtua sebaiknya tidak perlu terlibat secara dominan dalam permasalahan yang dialami anak. Misalnya, ketika si kecil tampak malu-malu saat berada di dekat teman-temannya, kamu boleh menyampaikan ide agar anak tahu apa yang harus dilakukan, namun selebihnya biarkan mereka melakukannya sendiri.

5. Hindari membandingkan anak

ilustrasi anak dimarahi (pexels.com/Monstera Production)

Menurut Dr. Rachel Busman, PsyD, seorang psikolog anak, dilansir Child Mind Institute, setiap anak memiliki karakter berbeda, sehingga hal itu bisa memengaruhi cara mereka bersosialisasi dengan orang lain. Kebanyakan orangtua mungkin cenderung mengingat kembali apa yang terjadi pada mereka semasa kecil untuk membantu memahami apa yang terjadi pada anak.

Tetapi, kamu perlu ingat bahwa kondisi yang terjadi pada anak kamu saat ini tentu berbeda dengan kondisi yang kamu alami semasa kecil. Kamu boleh menggunakan masa lalumu untuk membantu memahami mereka, tetapi pastikan untuk tidak membandingkan apa yang pernah kamu alami semasa muda dengan apa yang terjadi pada anak kamu saat ini.

Di samping itu, Dr. Rooney menyarankan, untuk tidak terlalu banyak menaruh harapan sosial kepada anak. Tetaplah melihat segala sesuatunya dari perspektif yang tepat serta bimbinglah anak agar dapat berteman dengan anak-anak seusianya.

Verified Writer

Delvi Ayuning

Menulis bukan sekadar menuangkan kata-kata lewat tulisan, tapi lebih dari itu.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya