TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kolaborasi Multisektor untuk Peningkatan Layanan Pengembangan Anak

Konferensi diadakan di Malaysia pada Mei lalu

ilustrasi permainan anak (pexels.com/Sides Imagery)

Intinya Sih...

  • Pengembangan diri di usia dini penting untuk perkembangan anak, terutama usia 0-3 tahun.
  • Konferensi Regional Asia-Pasifik tentang Perkembangan Anak Usia Dini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta dari 48 negara.
  • Program Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia mendapatkan perhatian pemerintah dengan terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 60 tahun 2013.

Pengembangan diri di usia dini memiliki peran strategis terhadap tumbuh kembang anak di masa depan. Dengan memberikan stimulasi dan pengalaman belajar yang positif sejak usia dini terutama di usia 0 hingga 3 tahun, kita akan membangun fondasi yang kuat untuk perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan bahasa anak.

Terlebih, otak anak di usia 3 tahun berkembang mencapai sekitar 80 persen dari otak orang dewasa. Begitu pentingnya pengembangan bagi anak di usia tersebut pun mendorong berbagai pihak untuk berkontribusi di dalamnya.

Lebih dari 500 peserta dari 48 negara hadir di Konferensi Regional Asia-Pasifik tentang Perkembangan Anak Usia Dini (Early Childhood Development) 2024 yang diadakan oleh Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood (ARNEC) di Penang (Malaysia) pada 27-30 Mei 2024 lalu. Tema konferensi yang diangkat adalah “Berinvestasi dalam Perkembangan Anak Usia Dini: Sebuah jalur yang efektif untuk membangun ketahanan dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan.

1. Wakil Indonesia turut hadir pada konferensi ini

ilustrasi permainan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Turut menghadiri konferensi tersebut, wakil dari Indonesia termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN / Bappenas), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Otoritas Ibu Kota Nasional (OIKN), Koalisi PAUD HI, Tanoto Foundation, dan para penggiat di bidang pengembangan dan pendidikan anak usia dini di Indonesia.

Dalam kesempatan berbicara sebagai narasumber di panel sesi hari pertama, Eddy Henry, Head of Policy & Advocacy Tanoto Foundation, menyampaikan pentingnya layanan stimulasi di samping layanan kesehatan dan gizi bagi anak usia dini terutama di usia 0-3 tahun untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya, dan pentingnya dilakukan konvergensi layanan, yaitu layanan kesehatan, pembinaan keluarga balita, layanan pendidikan anak usia dini dan layanan sosial.

Eddy menjelaskan, bahwa program Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia telah mendapatkan perhatian pemerintah dengan terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 60 tahun 2013. Perpres tersebut mengatur bahwa layanan PAUD harus diberikan secara holistik dan integratif, yang mencakup pendidikan, kesehatan, nutrisi, keselamatan & keamanan, dan aspek pengasuhan.

Dalam pelaksanaannya, beberapa kementerian dan lembaga negara sudah menjalankan berbagai program layanan yang mencakup pengembangan dan pendidikan anak usia dini, seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB), Pendidikan Anak Usia Dini, dan Program Keluarga Harapan (PKH).

Baca Juga: 5 Dampak Positif Mengenalkan Semua Anak di Acara Keluarga Besar

2. Inovasi para lembaga dalam mendukung program pemerintah

ilustrasi permainan tennis anak (pexels.com/RDNE Stock project)

"Untuk melengkapi layanan yang dijalankan di Posyandu dan BKB yang biasanya diadakan sekali dalam sebulan, kami merintis suatu program kerjasama dengan pemerintah daerah dan masyarakat dengan mendirikan sebuah pusat layanan pengasuhan dan stimulasi usia dini yang disebut Rumah Anak SIGAP. Sentra yang dibuka minimal lima hari dalam seminggu ini bisa memberikan layanan pengembangan anak usia dini yang berkualitas lebih sering dan intensif," sebut Eddy.

Dalam praktik di lapangan, sering ditemui kader Posyandu dan kader BKB adalah orang yang sama. Mereka anggota masyarakat yang paling aktif, kebanyakan perempuan. Oleh karena itu pelatihan yang efektif akan memungkinkan pekerja garis depan ini memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang pengembangan anak usia dini yang mencakup aspek kesehatan, gizi, stimulasi, keselamatan dan keamanan, serta pengasuhan yang responsif.

"Dalam program Rumah Anak SIGAP, kami bekerja dengan para pekerja garis depan dan melatih mereka untuk menjadi fasilitator," kata Eddy.

Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas kader sebagai fasilitator tentunya akan berdampak positif bagi peningkatan layanan yang mereka berikan pada saat kegiatan layanan Posyandu ataupun BKB.

Verified Writer

Alma S

I don’t have to say a word. That’s why I like writing.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya