TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Hal Terkait Kesehatan Mental yang Perlu Ditanamkan pada Anak

Salah satunya dengan menumbuhkan self love sejak dini

ilustrasi pria mengajar (unsplash.com/unsplash+)

Menurut WHO, kesehatan mental sangat penting bagi kemampuan kolektif dan individu  sebagai manusia untuk berpikir, bersuara, berinteraksi satu sama lain, mencari nafkah, dan menikmati hidup. Atas dasar ini, peningkatan, perlindungan, dan pemulihan kesehatan mental dapat dianggap sebagai perhatian vital individu, komunitas, dan masyarakat di seluruh dunia.

Berkaca dari hal tersebut, tentu setiap anak  berhak memperoleh bimbingan  dan pemahaman tentang kesehatan mental sejak dini. Dalam hal ini selain melalui keterlibatan orang tua, lingkungan sekolah   juga perlu berperan secara aktif. Pasalnya selain di rumah, anak-anak juga akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dan belajar di sekolah.

Lantas apa saja hal terkait kesehatan mental yang perlu ditanamkan pada anak-anak? Simak daftarnya sampai akhir, ya!

1. Stres coping mechanism

ilustrasi anak murung (unsplash.com/unsplash+)

Hal pertama terkait kesehatan mental yang penting ditanamkan pada anak sejak dini yaitu tentang stres coping mechanism. Sebab pada dasarnya stres atau perasaan takut tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga bisa dialami oleh anak-anak. Penyebabnya pun bervariasi, entah karena beban pelajaran, masalah dalam pertemanan, atau kondisi keluarga. Sayang, situasi tersebut kerap tidak disadari oleh anak-anak. Sehingga orang-orang terdekat pun juga sulit membantu anak dalam mengelola rasa stres tersebut.

Oleh sebab itu, coping mechanism atau mengenali dan menyadari tanda stres, menjadi upaya dalam membantu mereka meregulasi emosi secara sehat. Melansir Very Well Family anak-anak yang mempelajari keterampilan koping yang sehat sejak usia dini dapat menikmati beberapa keuntungan besar dalam hidup. Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health menemukan hubungan yang signifikan antara keterampilan sosial-emosional di taman kanak-kanak dan kesejahteraan di masa dewasa.

Baca Juga: 5 Cara Coping Mechanism yang Salah, Hindari Mulai Sekarang 

2. Cara menumbuhkan self care dan self love

ilustrasi belajar di sekolah (unsplash.com/unsplash+)

Selain koping stres, anak-anak juga perlu belajar mengenai cara menumbuhkan self care dan self love. Jika self care merupakan perawatan diri secara fisik dan mental, maka self love adalah usaha menumbuhkan penerimaan terhadap diri sendiri. Kedua hal ini penting sebagai sarana untuk meningkatkan self awareness.

Ketika anak memiliki awareness yang baik, nantinya juga berpengaruh hingga mereka dewasa. Misalnya ketika anak dihadapkan pada pendapat bahwa penampilan atau sesuatu yang ada pada diri mereka buruk, mereka akan lebih mampu mengendalikan diri dan tetap percaya diri akan tubuh mereka. Tentu ini baik dan diperlukan untuk meminimalkan kebiasaan membandingkan.

Meskipun tidak mudah, self care dan self love pada diri anak bisa ditanamkan dengan langkah kecil. Seperti dengan mengajarkan pentingnya menjalani hidup sehat, menunjukkan hal konkret seperti dengan membaca buku, me time, atau memberikan fasilitas untuk konseling. Meskipun memang tidak mudah, ini bisa berjalan jika ada kerja sama yang baik dari semua pihak yang dekat dengan anak. 

3. Cara mengenali emosi dan mengelolanya

ilustrasi anak menangis (unsplash.com/unsplash+)

Gak bisa dimungkiri anak-anak dalam tumbuh kembangnya juga masih  sering menemui masalah dalam mengenali dan mengontrol emosi. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya karena pemahaman yang kurang tepat akan emosi yang dirasakan. Misalnya ketika anak-anak laki-laki menangis, orang-orang terdekat sering melarang  karena anggapan lemah dan cengeng. Padahal, setiap emosi termasuk emosi negatif  penting untuk diproses dengan baik.

Sebaliknya kalau terus ditolak, emosi ini akan menumpuk dan menyebabkan efek psikologis yang berbahaya pada perkembangan anak. Salah satunya menimbulkan kemarahan yang sulit dikendalikan. Maka dari itu, pemahaman mengenai  cara mengenali emosi dan mengelolanya perlu dikenalkan dalam pembelajaran di sekolah. Salah satunya dengan  menghindari hukuman dan lebih banyak mengapresiasi perubahan baik.

Namun lebih dari itu, hal pertama yang perlu ditekankan dalam memberikan pemahaman tersebut yaitu kerja sama antara orangtua, guru, serta lingkungan terdekat dengan anak. Melansir American Psychological Association (APA), John Lochman, PhD, ABPP, seorang psikolog di University of Alabama yang mempelajari program untuk pencegahan agresi berisiko tinggi pada anak-anak menyebut, bagi anak yang berjuang untuk mempelajari pengaturan emosi, konsistensi adalah kuncinya. Maka dari itu sangat penting bagi orang tua, kakek nenek, guru, dan pengasuh untuk bekerja sama mengatasi masalah regulasi emosi anak. Mereka perlu berkomunikasi dan rencanakan pendekatan terkoordinasi untuk menangani perilaku anak.

Baca Juga: 5 Bahaya Burnout yang Gak Terkontrol, Bisa Ganggu Kesehatan Mental!

Verified Writer

Aprilia Nurul Aini

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya