TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Cara Efektif Ajarkan Anak Menerima Kekalahan dengan Bijak

Agar anak tahan banting dengan keadaan

ilustrasi anak kalah dalam kompetisi (freepik.com/freepik)

Menghadapi kekalahan adalah bagian penting dari pengalaman hidup, terutama bagi anak-anak. Dalam dunia yang penuh dengan persaingan, penting bagi anak untuk belajar bagaimana menerima kekalahan dengan sikap yang baik dan membangun kepribadian yang tangguh. Tugas ini penting untuk membentuk karakter mereka.

Sebagai orangtua, kita memiliki tanggung jawab untuk membekali anak-anak dengan keterampilan emosional yang kuat agar mereka dapat menghadapi kekalahan dengan bijak. Enam langkah berikut ini memungkinkan anak tumbuh sebagai individu yang kuat dalam menghadapi tantangan kehidupan. Tanpa basa-basi, ini dia caranya!

1. Jadikan kekalahan sebagai peluang belajar

ilustrasi anak stres belajar (freepik.com/jcomp)

Salah satu pendekatan terbaik adalah mengajarkan anak bahwa kekalahan adalah peluang belajar. Ketika anak mengalami kegagalan, bantu mereka memahami apa yang bisa dipelajari dari situasi tersebut. Ajak mereka berbicara, tanyakan tentang perasaan mereka, dan dorong mereka untuk merenung.

Orangtua memiliki peranan penting untuk melatih anak melihat kekalahan sebagai peluang untuk belajar, bukan akhir dari segalanya. Sebagai contoh, jika anak tidak mendapatkan nilai bagus di kelas, coba tanyakan apa yang bisa ia pelajari dari soal-soal yang salah. Dengan begini, anak dapat terampil mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya agar kegagalan tidak terulang kembali. 

2. Tanamkan sikap sportivitas

ilustrasi sportivitas (freepik.com/freepik)

Saat kita mengajarkan anak tentang cara menerima kekalahan, penting untuk membimbing mereka untuk memiliki sikap sportivitas yang kuat. Hal ini tidak hanya berlaku dalam arena olahraga, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika anak kalah dalam perlombaan lari sekolah, kita dapat membukakan mata mereka dengan hal positif lainnya. Kita dapat mengajari mereka bahwa yang terpenting bukanlah kemenangan semata, melainkan bagaimana mereka menaati aturan, menghormati pesaing, dan memberikan yang terbaik. 

Dengan sikap sportivitas yang kuat, anak akan belajar bahwa kemenangan tidak selalu mengukur keberhasilan, tetapi juga bagaimana mereka memperlakukan orang lain. Mereka akan tumbuh sebagai individu yang memiliki rasa empati dan penghargaan terhadap upaya serta dedikasi, baik mereka sendiri maupun orang lain. Anak-anak tidak melakukan hal ini secara spontan, melainkan butuh peran orang dewasa untuk mencontohkan dan menekankan perilaku ini.

Baca Juga: 5 Cara Ajarkan Sikap Sportif pada Anak, Wajib Dipraktikkan!

3. Mengapresiasi usaha daripada prestasi

ilustrasi mengapresiasi anak (freepik.com/freepik)

Hal penting lainnya adalah mengajarkan anak pentingnya usaha daripada prestasi semata. Ketika kita mengajarkan anak-anak untuk lebih memperhatikan usaha, kita membantu mereka memahami bahwa hasil akhir bukan satu-satunya tolok ukur keberhasilan. Contohnya, ketika anak berjuang keras memahami pelajaran tertentu namun tidak mendapatkan hasil memuaskan, cobalah untuk mengapresiasinya usahanya belajar.

Bantu anak untuk merayakan setiap progres kecil dalam hidupnya. Pendekatan ini membuat mereka belajar bahwa keberhasilan adalah tentang upaya yang mereka curahkan. Mereka akan lebih termotivasi untuk terus berusaha dan belajar dari kegagalan, karena memahami bahwa kekalahan bersifat sementara. 

4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan

ilustrasi menenangkan anak (freepik.com/Drazen Zigic)

Selain itu, orangtua dapat membantu anak mengekspresikan perasaannya saat gagal atau kalah. Ini merupakan langkah penting dalam proses belajar dan tumbuh. Misalnya, ketika anak kalah dalam pertandingan olahraga, kita perlu mendengarkan perasaan mereka. Bisa jadi hal itu adalah momen sarat emosi bagi mereka. 

Memberikan mereka kesempatan untuk berbicara tentang kekecewaan, kegagalan, atau frustrasi yang mereka rasakan, kita membantu mereka merasa didengar dan diberi perhatian. Perhatikan juga penggunaan bahasa yang sebaiknya dihindari seperti, “Kamu jangan menangis, kalah hal biasa, kok!” Walaupun terdengar menenangkan, tetapi melarang anak menangis membuat mereka menahan emosi negatif yang dirasakan. Ini membuat anak tidak bisa memproses kekalahan dengan baik. 

5. Berikan contoh sikap positif dalam menerima kekalahan

ilustrasi meditasi untuk meredakan emosi (freepik.com/our-team)

Dalam hal apa pun, orangtua merupakan figur utama yang membentuk karakter anak, termasuk dalam hal menerima kekalahan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah jika kita mengejek pertandingan tim sepak bola di televisi, anak cenderung mengadopsi perilaku yang sama. Sebaliknya, jika kita berterima kasih karena tim sepak bola sudah memberikan yang terbaik meskipun tidak menang, mereka akan meniru dan memahami bahwa kalah adalah hal yang wajar. 

Hal positif lain yang bisa diajarkan ke anak adalah teknik menarik napas dalam-dalam setelah mengalami kegagalan atau kekalahan. Selain itu, bantu anak menggunakan afirmasi agar semangat kembali, mengucapkan selamat untuk pesaing yang menang, membagikan pengalaman menghadapi kekalahan, dan melakukan hobi untuk meredakan kekecewaan. Dengan cara ini, kita tidak hanya memberikan contoh sikap positif, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang berpikiran terbuka, berani, dan penuh semangat. 

Baca Juga: 6 Kiat Menumbuhkan Jiwa Sportif pada Anak, Gak Perlu Takut Kalah!

Verified Writer

Annisa Isnaini H.

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya