5 Alasan Sex Education Sulit Diterapkan di Indonesia, Masih Tabu!

Pendidikan seks dan pornografi, dua hal yang berbeda

Indonesia sampai saat ini belum terlihat memiliki hilal untuk meresmikan sex education sebagai topik pembelajaran dalam pendidikan formalnya. Padahal, negara-negara tetangga lainnya, seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina sudah menerapkan sex education dalam kurikulum pendidikan mereka.

Pendidikan seksualitas seharusnya diberikan sejak dini secara formal dan edukatif di sekolah sesuai tahap perkembangan anak. Meski dianggap belum penting, minimnya edukasi seks justru meningkatkan potensi generasi muda menjadi korban atau bahkan pelaku kekerasan seksual, lho!

Pendidikan seksualitas di Indonesia sampai saat ini masih banyak ditentang dan ditabukan oleh masyarakat di negara kita sendiri. Kira-kira apa saja ya alasan pendidikan seksualitas sulit diterapkan di Indonesia? Yuk, disimak!

1. Cara pandang yang belum bisa membedakan antara pornografi dan pendidikan seksualitas

5 Alasan Sex Education Sulit Diterapkan di Indonesia, Masih Tabu!ilustrasi orang tua dan anak (unsplash.com/Vitaly Gariev)

Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap pendidikan seksualitas sebagai konten negatif yang seolah-olah hanya membicarakan hal yang bersifat porno dan tidak pantas dibicarakan ke anak-anak. Padahal, pendidikan seksualitas pada anak dan remaja sangat penting dalam dalam menekan perilaku seks dini dan pergaulan bebas.

Pendidikan seksualitas memberikan pemahaman mendalam tentang cara kerja dan cara menjaga organ reproduksi serta konsekuensi yang dapat timbul dari hubungan seks.  Berbeda halnya dengan pornografi yang memamerkan konten eksploitasi organ reproduksi untuk meningkatkan gairah seksual dalam konteks negatif. Jadi, pada intinya, pendidikan seks dan pornografi merupakan dua hal yang tidak boleh disamakan.

2. Pendidikan seksualitas dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya

5 Alasan Sex Education Sulit Diterapkan di Indonesia, Masih Tabu!ilustrasi keluarga (unsplash.com/Ben White)

Pendidikan seksualitas sampai saat ini masih dianggap tidak mencermikan budaya Indonesia sehingga sulit untuk diterapkan dalam kurikulum pendidikan. Selama ini, pemahaman masyarakat mengenai seksualitas hanya didapatkan secara terbatas dan tradisional.

Bahkan, pembelajaran mengenai seks dari orang tua seringkali hanya terbatas pada larangan-larangan yang berdasarkan pada norma-norma budaya dan agama. Penjelasan tentang mengapa hal tersebut dilarang, dan bagaimana menjalani kehidupan seks yang sehat, jarang diberikan karena dianggap sebagai topik yang tabu.

Baca Juga: Pendidikan Seks untuk Anak Tanpa Menimbulkan Ketidaknyamanan

3. Kekhawatiran terjerumus ke arah negatif

5 Alasan Sex Education Sulit Diterapkan di Indonesia, Masih Tabu!ilustrasi anak (unsplash.com/Morgan Basham)

Maraknya insiden-insiden kekerasan seksual dalam masyarakat seharusnya menjadi momentum bagi para orang tua dan orang dewasa untuk mendukung pelaksanaan pendidikan seksualitas anak di sekolah. Namun, masih banyak orang yang menganggap bahwa pendidikan seksualitas justru menjadi jalan menuju pornografi dan mendorong remaja untuk terlibat dalam aktivitas seksual.

Kurangnya pemahaman orang dewasa dalam seks itu sendiri juga menyebabkan timbulnya kebingungan bagi mereka untuk memahami maksud dan manfaat dari adanya pendidikan seksualitas. Pada akhirnya, penerapan pendidikan seksualitas kepada anak-anak hanya dianggap dapat menimbulkan permasalahan yang baru.

4. Pengetahuan seksualitas dianggap dapat tumbuh secara alamiah

5 Alasan Sex Education Sulit Diterapkan di Indonesia, Masih Tabu!ilustrasi anak-anak (unsplash.com/Avel Chuklanov)

Pada dasarnya, anak-anak dan remaja memang memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi terhadap hal-hal baru. Tidak menutup kemungkinan, bagi mereka untuk mencari tahu sendiri informasi tentang seks dari berbagai sumber di internet. Meski, pengetahuan seks dapat tumbuh secara alami, tetapi tanpa adanya batasan dan arahan yang tepat, hal ini malah dapat mengarahkan mereka melakukan aktivitas yang menyimpang.

Sekolah dalam hal ini berperan untuk memberikan batasan dan mengarahkan anak-anak dan remaja untuk mendapatkan akses tentang seksualitas yang memadai dan tepat sesuai umur mereka. Pendidikan seksualitas sejak dini di sekolah justru dapat membantu mencegah penyebaran informasi tidak benar tentang seks yang mungkin didapat dari lingkungan sekitar mereka.

5. Terbatasnya kurikulum dan kompetensi tenaga pendidikan tentang pendidikan seksualitas

5 Alasan Sex Education Sulit Diterapkan di Indonesia, Masih Tabu!ilustrasi tenaga pendidik (unsplash.com/National Cancer Institute)

Pengetahuan tentang seksualitas sebenarnya dipelajari dalam mata pelajaran biologi, namun belum begitu kompherensif dan berkelanjutan dalam pendalaman materinya. Padahal, pengetahuan seksualitas sebenarnya sangat luas, serta mencakup pengetahuan tentang orientasi seksual, identitas gender, dan hubungan antar pribadi.

Kurangnya tenaga pendidik yang berkompetensi dalam pendidikan seksual juga menjadi hambatan dalam penerapan pendidikan seksualitas yang efektif. Pengetahuan tenaga pendidik dalam mengenalkan pendidikan seksualitas perlu ditingkatkan dan dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar tidak berujung pada perilaku menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak jelas membutuhkan strategi yang tepat dalam pengenalan seks.

Pada intinya, stigma tabu masih menjadi penghalang utama penerapan edukasi seks dalam pendidikan formal di Indonesia. Yuk, kita berdoa agar kedepannya masyarakat Indonesia bisa lebih membuka pemikirannya tentang pendidikan seksualitas ini!

Baca Juga: 5 Bahaya Meremehkan Pendidikan Seks untuk Anak, Jangan Anggap Tabu!

Safira Zata Yumni Photo Writer Safira Zata Yumni

just an ordinary person

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya