Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Sejarah dan Biografinya!

Tokoh penting dalam kemerdekaan

Tiga Serangkai adalah julukan bagi tiga orang tokoh pergerakan nasional, yaitu Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Ki Hadjar Dewantara alias Soewardi Soerjaningrat yang merupakan pendiri dan pemimpin organisasi Indische Partij (IP). Indische Partij (IP) atau Partai Hindia adalah partai politik pertama di Hindia Belanda.

Mereka membentuk IP karena menginginkan adanya kerja sama antara orang Indo dengan orang Indonesia asli atau disebut bumiputera. Lalu seperti apa tokoh tiga serangkai ini? Simak di bawah ini.

1. Siapa tokoh Tiga Serangkai?

Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Sejarah dan Biografinya!potret Tiga Serangkai (instagram.com/arsip_indonesia)

Mengutip laman Ensiklopedia Kemdikbud, Tiga Serangkai adalah tiga orang tokoh gerakan nasional, yaitu Ernest Francois Eugene Douwes Dekker, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo. Dekker lahir di Pasuruan pada 8 Oktober 1879.

Dia adalah cucu dari Eduard Douwes Dekker, penulis terkenal yang menyebut dirinya Multatuli. Sejak muda ia menyerukan penyematan identitas Indiër (orang Hindia) terutama kepada warga Indo-Eropa di Hindia Belanda. Menurutnya, masyarakat Hindia akan terbentuk dengan adanya asosiasi kelompok orang Indo-Eropa dengan orang Indonesia, bukan sebaliknya.

Soewardi lahir pada 2 Mei 1889 dari keluarga aristokrasi di Yogyakarta, Pakualaman. Dia tergolong sebagai priyayi Jawa konservatif, namun memiliki visi dan perjuangan untuk membebaskan bangsanya dari kolonialisme dan subordinasi bangsa lain.

Semula dia menyerukan politik sebagai alat pembaruan sosial. Namun sekembalinya dia dari pengasingannya di Belanda dia menggeser orientasinya pada perjuangan di bidang kebudayaan.

Di masa pengasingannya di Belanda, Soewardi mendapatkan ijazah guru. Dalam suatu Kongres Pendidikan Kolonial di Belanda, dia mengusulkan pendidikan nasional untuk orang Indonesia. Pada 3 Juli 1922 dia mendirikan sekolah Taman Siswa.

Tjipto Mangoenkoesoemo lahir di Jepara tahun 1896, putera seorang guru Bahasa Melayu di sekolah dasar pribumi, Holllands Inlandshe School (HIS). Dia adalah lulusan yang menonjol dari sekolah pendidikan guru pribumi (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, STOVIA).

Pengabdian kepada bangsanya sudah tampak pada kesediaannya dalam menanggulangi wabah pes di Malang tahun 1910-1911. Meskipun tergolong sebagai priyayi Jawa, Tjipto sangat menentang feodalisme. Konsukensi dari sikapnya tersebut, Tjipto tidak mendapatkan di tempat di kalangan priyayi mapan sekaligus pelindung mereka, penguasa kolonial Belanda.

Baca Juga: 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional: Ini Sejarahnya

2. Sejarah munculnya Tiga Serangkai

Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Sejarah dan Biografinya!Ilustrasi tiga serangkai (dok. Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah)

Kedua priyayi Jawa, yakni Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara, semula aktif dalam organisasi modern yang berorientasi Jawa, yaitu Boedi Oetomo (BO).

Kedua priyayi ini termasuk sejumlah kelompok muda yang memisahkan diri dari BO karena organisasi ini dianggap berhaluan moderat dan tidak memperjuangkan bangsa Indonesia secara menyeluruh. Soewardi dan Tjpto kemudian bergabung dengan Dekker membentuk Tiga Serangkai.

Pada tanggal 25 Desember 1912, mereka mendirikan sebuah organisasi untuk kalangan Indo Belanda yang memiliki semangat ke-Indonesiaan yang diberi nama Indische Partij (IP). Tujuan organisasi ini ialah kemerdekaan bangsa Indonesia yang di dalamnya termasuk kalangan Indo-Eropa.

3. Tokoh Tiga Serangkai diasingkan

Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Sejarah dan Biografinya!Ilustrasi diasingkan (pexels.com/Jimmy Chan)

Pada akhir tahun 1912, pemerintah kolonial Belanda menilai IP sebagai organisasi radikal dan melarang keberadaannya. Pada bulan Agustus 1913, Soewardi dan Tjipto dituduh menghasut rakyat untuk memboikot peryaan 100 tahun kemerdekaan Belanda.

Soewardi dianggap menghasut melalui artikelnya yang berjudul “Als ik een Nederlander was” (Seandainya saya seorang Belanda). Dalam karya yang juga tersebar dalam bahasa Melayu tersebut, dia mempertanyakan dan memprotes perayaan kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda.

Tjipto bersama dengan Soewardi, Abdoel Moeis dan Wignjasastra melalui Komite Boemi Poetra yang didirikan pada tahun 1913, dimana Tjipto sebagai ketua dan Soewardi sebagai sekretaris, mengkampanyekan boikot terhadap perayaan tersebut.

Sementara Dekker dianggap sebagai dalang di balik penghasutan tersebut. Oleh karenanya, ketiganya dihukum dengan mengasingkan mereka secara terpisah. Tjipto diasingkan ke Banda, dan Soewardi diasingkan ke Bangka, dan Dekker diasingkan ke Timor. Lalu atas permintaan mereka, pengasingan kemudian dialihkan ke Belanda.

Hidup di negeri orang, Soewardi hidup dengan segala keterbatasannya. Ia bertahan hidup dengan menjadi jurnalis untuk surat kabar dan majalah Belanda. Surat-surat kabar Belanda yang bersikap sangat bersahabat dengan Tiga Serangkai yaitu Het Volk dan De Nieuwe Grone Amsterdamer.

Kedua majalah itu memberi kesempatan kepada Tiga Serangkai untuk menulis dan menyalurkan pikiran-pikiran tentang cita-cita perjuangan kemerdekan bangsa Indonesia. Berkat pengaruh Tiga Serangkai, maka penghimpunan para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda yang tergabung dalam Indische Vereeniging semakin menonjolkan semangat kebangsaan dan semangat kemerdekaan. Mereka berani mengubah namanya dengan bahasa Indonesia menjadi Perhimpunan Indonesia.

Pengetahuan dan pemahaman sejarah sosial pendidikan yang memberi pencerahan dan pemikiran Soewardi, justru ketika beliau menjalani masa pembuangan di negeri Belanda. Di sanalah ia mempelajari masalah pendidikan dan pengajaran.

Itulah tadi pembahasan mengenai tokoh Tiga Serangkai yang perlu kamu tahu. Tentu ini menjadi nilai sejarah yang luar biasa dalam kemerdekaan Indonesia. Semoga informasi ini menambah wawasan baru ya.

Baca Juga: Biografi Douwes Dekker, Tokoh Tiga Serangkai Pendiri Indische Partij

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya