Mengenal Stoicism, Cara Menjalani Hidup yang Damai dan Bahagia

Bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari

Intinya Sih...

  • Stoicism adalah aliran filosofi Yunani Kuno yang mengajarkan ketenangan emosi dan kebebasan dari hasrat serta pengendalian perilaku dalam mengalami emosi.
  • Stoicism memiliki prinsip utama seperti hukum nalar, kebajikan, kesenangan, kejahatan, dan kewajiban yang membentuk konsep gaya hidup para penganutnya.
  • Penerapan stoicism dalam kehidupan sehari-hari meliputi menyadari keterbatasan diri, memahami hal yang bisa dan tidak bisa dikendalikan, serta meningkatkan kesadaran diri untuk mencapai kedamaian hidup.

Stoicism merupakan salah satu aliran filosofi yang berasal dari Yunani Kuno. Stoicism bisa diartikan sebagai sikap tabah atau perasaan menahan rasa sakit dan luka. Bisa pula didefinisikan sebagai sikap tenang yang tidak menunjukkan atau merasakan emosi.

Filosofi ini telah banyak memberi pengaruh pada aspek kehidupan, seperti etika dan cara mengelola stres. Bahkan, mungkin tanpa disadari kita telah menerapkan konsep Stoicism dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengenal stoicism secara lebih rinci, IDN Times telah membuat ulasannya berikut ini.

1. Apa itu stoicism?

Mengenal Stoicism, Cara Menjalani Hidup yang Damai dan Bahagiailustrasi orang tersenyum (pexels.com/Katerina Holmes)

Stoicism, Stoic, atau Stoisisme, berasal dari bahasa Yunani yaitu "stoikos" yang berarti stoa, beranda atau serambi dalam bahasa Indonesia. Stoicism lahir di masa Yunani Kuno, pada abad ke-3 SM dan mendapatkan pengaruh kuat dari para filsuf. Sebut saja Zeno dari Citium, Kleanthes dari Assos, dan Epictetus yang merupakan seorang sage Yunani Kuno.

Selain itu, ada pula Seneca, seorang politisi di era Kaisar Nero dan Marcus Aurelius, soeorang kaisar yang menerapkan stoicism. Uniknya, nama stoa muncul melalui kegiatan Zeno dari Citium, pendiri stoicism, yang saat itu mengajar pertama kali melalui sebuah beranda di Athena.

Nah, dari situ nama stoa (beranda) itu didapat. Di Indonesia, filosofi ini juga dikenal sebagai "filosofi teras". Stoicism mengajarkan bahwa manusia harus terbebas dari hasrat, tidak tergerak oleh sukacita atau kesedihan, serta tidak mengeluh tentang apa pun yang terjadi, yang tak bisa dihindari atau dengan kata lain takdir.

Stoicism juga menyatakan bahwa kebajikan adalah kebahagiaan dan nilai kehidupan didasari oleh perilaku, bukan semata-mata lewat kata-kata. Menurut para stoic, kebahagiaan juga bukan untuk dikejar. Mereka menekankan untuk mengurangi emosi negatif, sebab keputusan yang salah dapat menghasilkan emosi negatif yang bisa menghancurkan manusia.

Dilansir Stanford Encyclopedia of Philosophy, para Shopis atau orang yang memiliki kesempurnaan intelektual dan moral, dapat mengendalikan perilaku dalam mengalami emosi itu, misalnya :

  • Marah
  • Galau 
  • Stres
  • Takut

Intinya, semua yang terjadi dalam kehidupan itu netral. Tidak ada yang bersifat negatif atau positif. Dengan kata lain, tidak ada hal baik dan buruk. Satu-satunya yang membuatnya tampak baik atau buruk adalah pandangan atau pemikiran manusia itu sendiri.

2. Prinsip-prinsip utama dalam stoicism

Mengenal Stoicism, Cara Menjalani Hidup yang Damai dan Bahagiailustrasi orang menikmati alam (pexels.com/Uriel Mont)

Sebagai sebuah aliran filosofi, stoicism memiliki beberapa prinsip utama layaknya pilar yang membentuk konsep gaya hidup mereka. Menurut profesor NS Gill, dilansir ThoughCo, ada delapan gagasan yang mengacu pada prinsip-prinsip para penganut stoicism. Berikut penjabarannya :

1. Alam: Alam itu rasional

2. Hukum nalar: Alam semesta diatur oleh hukum nalar. Manusia tidak dapat benar-benar lepas dari kekuatannya yang tak terelakkan, tetapi mereka dapat secara unik, mengikuti hukum tersebut dengan sengaja.

3. Kebajikan: Kehidupan yang dijalankan sesuai dengan kodrat rasional adalah berbudi luhur.

4. Kebijaksanaan: Kebijaksanaan adalah akar kebajikan. Dari sana, muncul kebajikan-kebajikan utama: wawasan, keberanian, pengendalian diri, dan keadilan.

5. Apatheia: Karena nafsu bersifat tidak rasional, maka hidup harus dijalani sebagai bentuk perlawanan terhadap nafsu. Perasaan yang kuat harus dihindari.

6. Kesenangan: Kesenangan tidak baik atau tidak buruk. Kesenangan hanya dapat diterima jika tidak mengganggu pencarian kebajikan.

7. Kejahatan: Kemiskinan, penyakit, dan kematian bukanlah kejahatan.

8. Kewajiban: Kebajikan harus dicari, bukan demi kesenangan, melainkan demi kewajiban.

3. Konsep kebahagiaan dalam stoicism

Mengenal Stoicism, Cara Menjalani Hidup yang Damai dan Bahagiailustrasi orang tersenyum (pexels.com/Michael Burrows)

Untuk mendapatkan kebahagiaan dalam hidup, penganut stoicism harus berpegang teguh pada konsep yang telah disepakati. Beberapa konsep tersebut, seperti:

  1. Kemampuan melihat diri sendiri, dunia, serta manusia lain secara objektif dan menerima sifat mereka dengan apa adanya.
  2. Secara disiplin, mengendalikan diri sendiri dari keinginan untuk bahagia atau takut pada rasa sakit dan penderitaan.
  3. Memahami perbedaan antara apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan diri masing-masing.

Filosofi stoicism mengajarkan kita untuk bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi. Bahwa, penderitaan yang kita alami disebabkan dari ulah kita sendiri. Sebenarnya, kita sendiri yang dapat menentukan apa yang ingin dirasakan, baik itu penderitaan atau kebahagiaan.

Selain itu, kita juga harus bisa membedakan mana hal-hal yang bisa dikendalikan dan mana yang berada di luar kendali kita. Banyak orang terpuruk akibat mati-matian mengendalikan apa yang memang tidak bisa dikendalikan.

Ujung-ujungnya mereka merasa marah, tidak berdaya, dan tidak berguna. Nah, Filosofi stoicism mengajarkan kita untuk fokus pada apa yang dapat kita kendalikan saja. Ketika kita bisa fokus pada hal tersebut, niscaya hidup akan lebih mudah, teratur, efektif, dan kita dapat merasa berguna pada diri sendiri juga sesama.

Setiap masalah pun dapat diselesaikan dengan gampang. Kunci kebahagiaan itu sebenarnya mudah saja, yakni dengan mensyukuri apa yang telah dimiliki.

Baca Juga: 7 Manfaat Menerapkan Stoicism untuk Kecerdasan Emosional, Cek Guys!

4. Cara menjalani hidup ala stoicism

Mengenal Stoicism, Cara Menjalani Hidup yang Damai dan Bahagiailustrasi orang camping (pexels.com/Uriel Mont)

Setelah mengenal lebih dalam tentang stoicism, tidak ada salahnya untuk menerapkan konsep ini pada kehidupan sehari-hari demi mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Sebagai tuntunan, kita perlu memahami dulu bagaimana cara menjalani hidup ala stoicism. Berikut poin-poinnya:

1. Menyadari manusia itu terbatas

Poin penting dalam ajaran stoicism adalah menyadari ada hal yang bisa dan tidak bisa kita miliki. Tak perlu merasa stres akan apa yang memang tidak bisa kita ubah dari diri kita, karena itu sudah ditakdirkan sejak awal kelahiran.

Misalnya, tinggi badan, warna kulit, bentuk tubuh, orang tua, keluarga, dan kerabat. Tidak peduli seberapa keras usaha kita untuk berubah, kita tidak akan bisa memuaskan semua orang. Mereka yang membenci akan tetap jadi pembenci.

Lalu, apa saja yang bisa kita kendalikan? Menurut Epictetus, manusia sebenarnya bisa mengontrol dirinya sendiri. Kita memang tidak bisa menolak perbuatan buruk seseorang kepada kita. Tapi, apakah perbuatan tersebut akan melukai perasaan kita atau tidak, itu tergantung dari diri kita sendiri.

Jika sering merasa insecure, tidak percaya diri, dan rendah diri maka, rasa takut, cemas, khawatir akan melanda dengan sendirinya. Konsep stoicisme mengajarkan, bahwa semua rasa emosi itu merupakan hasil penilaian kita terhadap sesuatu. Apa yang tampak mengerikan bagi kita, mungkin biasa saja di mata orang lain. Jadi, jangan buru-buru menyimpulkan.

2. Memahami apa yang bisa dan tidak bisa dikendalikan

Sering kali di kehidupan sehari-hari kita menemukan beberapa hal yang diluar kendali kita. Sebut saja cuaca, opini orang lain, hasil dari tingkah laku orang lain, hingga kematian.

Sebaliknya, cara kita merespons, menanggapi, persepsi kita, dan tindakan kita adalah di dalam kendali diri kita masing-masing. Menerima kenyataan ini dengan sadar, akan membantu mencegah kita mengalami stres ketika sesuatu terjadi tak sesuai keinginan.

3. Punya penilaian pada diri sendiri

Seni menulis jurnal adalah hal yang penting dalam ajaran stoicism. Bukan sekadar bercerita tentang kehidupan sehari-hari layaknya buku harian, jurnal ini berisi penilaian pada perkembangan diri dari waktu ke waktu dan juga rencana kita untuk ke depannya.

Nantinya, jurnal ini bisa dijadikan cermin untuk menilai diri kita masing-masing. Juga sebagai koreksi, apakah sejauh ini kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik atau belum.

4. Mengamati pikiran dan meningkatkan kesadaran

Dengan melatih kesadaran, kita dapat menangkap pikiran negatif atau tidak produktif, lalu memilih untuk tidak bereaksi terhadapnya secara implusif. Ini akan membiasakan kita merespons dengan bijak daripada bereaksi tanpa berpikir lebih dulu.

Kesadaran akan diri sendiri memungkinkan kita untuk mengenali kebiasaan, pola pikir, dan respons kita, sehingga dapat menimbulkan perubuahan positif dalam hidup kita.

5. Tidak membesar-besarkan masalah

Perinsip hidup dalam stoicism selanjutnya adalah menyederhanakan masalah. Tak selamanya hidup diwarnai dengan keberuntungan dan kebahagiaan. Ada kalanya kita jatuh dan terluka.

Banyak orang memilih berdebat demi memaksakan pemikirannya ke orang lain. Padahal, itu cuma membuat masalah tambah rumit. Penganut stoicism akan lebih memilih menyederhanakan masalah agar cepat selesai. Bukan berarti meremehkannya, ya.

Hal semacam ini yang membuat hidup lebih tenang dan bahagia, karena kita tidak menumpuk banyak masalah. Apalagi membuat masalah sepele menjadi besar dan berlarut-larut.

6. Hidup selaras dengan alam

Ini berarti mau menerima dan memahami hukum alam dan keterbatasan kita sebagai manusia.

Contohnya; menerima bahwa kita akan menua dan mati suatu hari nanti dengan cara apa pun yang dikehendaki takdir akan membuat hidup lebih tenang dan damai.

7. Amor fati : Cintai segala sesuatu yang telah terjadi

Konsep stoicism yang satu ini mengingatkan bahwa hidup tak hanya berputar di kita saja. Sejalan dengan yang disampaikan Epictetus, bahwa jika kita berharap semesta akan memberikan hal-hal yang diinginkan, maka yang didapat justru hanya kekecewaan.

Sebaliknya, kedamaian dan kebahagiaan akan kita rasakan ketika diri ini mau menerima apa yang telah digariskan dan diberikan oleh alam semesta. Amor fati adalah latihan dan pola pikir yang perlu digunakan untuk mendapatkan yang terbaik dari apa pun yang terjadi.

Inti menjalani hidup ala stoicism sebenarnya sederhana saja, yaitu menyadari betapa kecilnya kita di dunia ini. Demikian pula dengan halangan, rintangan, dan kesedihan semua itu ibarat debu. Pencapaian bisa bersifat sementara dan hilang.

5. Filosofi stoicism masih relevan di masa sekarang

Mengenal Stoicism, Cara Menjalani Hidup yang Damai dan Bahagiailustrasi orang nongkrong di cafe (pexels.com/RDNE Stock project)

Meski filosofi stoicism lahir di zaman Yunani Kuno, namun ajaran, konsep, dan prinsip-prinsip di dalamnya masih sangat relevan dengan masa kini. Filosofi ini memberikan panduan praktis untuk mengatasi stres, menjalani hidup dengan lebih bermakna, dan mencapai kebahagiaan yang hakiki.

Di zaman modern dengan tingkat stres yang tinggi, dibutuhkan pemahan seperti filosofi stoicis, yang mengacu pada ketenangan hidup. Fokus pada hal yang dapat kita kendalikan, ketimbang meributkan sesuatu yang di luar kuasa kita adalah salah satu cara menemukan kedamaian hidup tersebut.

Nah, itu dia rincian filosofi stoicism secara singkat. Beberapa prinsip yang dibahas tadi mungkin tanpa sadar sudah pernah kita lakukan dan rasakan manfaatnya. Seperti yang dikatakan Marcus Aurelius, kebahagiaan hidup tergantung dari kualitas pemikiran kita.

Baca Juga: 5 Prinsip Utama Stoicism untuk Hidup yang Lebih Bahagia

Topik:

  • Angel Rose
  • Muhammad Tarmizi Murdianto

Berita Terkini Lainnya